Berita Malang Hari Ini

Pulau Jawa Diramalkan Krisis Air di Tahun 2040, Ekoliterasi Salah Satu Jawaban Krisis Air Masa Depan

Banyak lahan seperti hutan yang beralih fungsi, sehingga tidak dapat menyerap air dalam tanah dan cenderung menjadi run off atau luapan air, banjir

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Departemen Humas dan Informasi Publik PJT
Kegiatan Temu Ilmiah secara daring yang membahas betapa pentingnya air bagi kelangsungan hidup umat manusia 

Penulis : Benni Indo , Editor : Dyan Rekohadi

SURYAMALANG.COM, MALANG - Ekoliterasi perlu dikembangkan dan diajarkan kepada masyarakat.

Tujuannya tidak lain agar masyarakat dapat memahami kondisi lingkungan sekitarnya sehingga memahami cara menjaganya, terutama menyangkut air.

Ekoliterasi juga diyakini Direktur Utama Perusahaan Umum Jasa Tirta 1, Raymond Valiant Ruritan sebagai jawaban masa depan terhadap problematika air.

Hal tersebut disampaikan Raymond dalam acara Temu Ilmiah bersama Jaring-jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JKPKA) dan Universitas Negeri Malang (UM), Selasa (15/12/2020).

Temu Ilmiah juga bagian dari pembelajaran terkait hubungan antara air, lingkungan, serta manusia untuk menumbuhkan wawasan akan pentingnya kelestarian alam.

“Saya percaya ekoliterasi menjadi salah satu jawaban bagi kita semua untuk menentukan masa depan,” ungkapnya, Selasa (15/12/2020).

Dikatakannya, air menjadi komponen dasar kehidupan manusia. 70 persen lebih tubuh manusia terdiri atas air.

“Tentunya juga tidak bisa dilepaskan dari sumber daya ini," jelasnya.

Ia memberikan pemahaman bahwa air, lingkungan dan manusia adalah hal yang menyatu.

Mengutip kalimat Marilyn Ferguson, seorang visioner yang pada 1995 menulis buku tentang The Aquarian Conspiracy, Raymond menyampaikan masa depan manusia ditentukan bagaimana caranya mengatasi krisis.

“Saat itu yang dibahas adalah krisis lingkungan dan pemanasan global. Dan hari ini kita masih berhadapan dengan krisis tersebut. Saat ini juga ada krisis Covid-19 yang dampaknya sangat luas," ungkapnya.

Ia menegaskan, kalimat Marilyn Ferguson bahwa krisis menjadi penentu apakah manusia menghadapi berbagai perubahan.

Karena pandemi pula, lanjut dia, Temu Ilmiah yang sebelumnya menjadi ajang pertemuan para guru dan pembina JKPKA dalam ruang fisik, kini hanya bisa bertatap muka lewat daring.

Namun hal itu menurutnya, tak mengurangi makna dari pembelajaran bagi para guru dan siswa yang tergabung dalam JKPKA.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved