Kesehatan

Rapid Test Antigen Cara Baru Deteksi Virus Corona, Inilah 4 Poin Penting yang Wajib Anda Diketahui

Rapid Test Antigen Cara Baru Deteksi Virus Corona, Inilah 4 Poin Penting yang Wajib Anda Diketahui

Editor: eko darmoko
Shutterstock
Ilustrasi rapid test antigen 

SURYAMALANG.COM - Syarat bepergian kian diketatkan pemerintah Indonesia demi mengetahui rantai persebaran virus corona atau Covid-19.

Syarat yang diwajibkan kepada para wisatawan atau turis adalah melakukan test swab atau rapid test antigen pada beberapa daerah tujuan.

Upaya ini dilakukan pemerintah demi menekan arus keluar masuk wilayah tertentu dan menekan klaster-klaster Covid-19 baru.

Pemerintah akan mulai meresmikan melakukan rapid test antigen pada 18 Desember 2020 mendatang.

Baca juga: Nasib Pilu Negara Miskin Soal Vaksinasi Covid-19, Terancam Gagal Total Atau Muncur Hingga Tahun 2024

Baca juga: Jokowi Siap Jadi Orang Pertama yang Disuntik Vaksin Covid-19, Demi Beri Kepercayaan pada Masyarakat

Namun, sebelum anda memutuskan untuk melakukan rapid test antigen ada empat hal yang wajib diketahu:

1. Dinilai Lebih Akurat

Rapid test antigen memerlukan spesimen swab orofaring atau swab nasofaring.

Rapid test antibodi menggunakan sampel darah.

Rapid test antigen sering pula disebut dengan swab antigen.

Tes ini dinilai lebih akurat dibandingkan tes antibodi karena dapat mengidentifikasi virus dalam sekresi hidung dan tenggorokan.

Pemeriksaannya dapat dilakukan di tempat yang mempunyai fasilitas biosafety cabinet.

Rapid test antigen dapat digunakan dalam mendeteksi kasus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) pada wilayah yang tak mempunyai fasilitas pemeriksaan Reverse Transcriptase-Polumerase Chain Reaction (RT-PCR).

Rapid test antigen hanya sebagai screening awal, yang hasilnya harus tetap dikonfirmasi dengan test RT-PCR.

Tes antigen juga disebut dapat mendeteksi protein virus corona saat virus di tubuh seseorang berada di tingkat paling menular.

Ilustrasi Virus Corona
Ilustrasi Virus Corona (Stocktrek Images/Getty Images via Kompas.com)

2. Harga Rapid Test Antigen

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui penggunaan tes cepat antigen secara darurat di negara-negara dengan jumlah tes PCR rendah.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, tes antigen dapat mengeluarkan hasil dalam waktu 15-30 menit. 

Pada Oktober lalu, WHO akan mendistribusikan dua tes antigen, merek Abbott (Amerika Serikat) dan SD Biosensor (Korea Selatan) ke sejumlah negara atas kerja sama dengan berbagai lembaga, seperti Bill & Melinda Gates Foundation.

Dilansir SURYAMALANG.COM dari Kompas.com, saat ini untuk harga rapid tes antigen Covid-19 di Indonesia masih bervariasi.

Adapun kisaran patokan harga yang berlaku per 18 Desember 2020 di Indonesia adalah  Rp 349.000 sampai Rp 665.000.

3. Tidak Diperuntukan Untuk Yang Belum Terinfeksi

Studi di Amerika Serikat (AS) soal rapid test antigen merujuk pada sebuah penelitian yang dipublikasi pada 2 November 2020.

Departemen Kesehatan Louisiana, Amerika Serikat, rapid tes antigen tidak disarankan untuk orang tanpa gejala yang belum pernah terpapar pasien Covid-19.

Test antigen seperti tes BinaxNOW dari Abbott Laboratories yang mencari tanda protein virus mungkin dapat melewatkan beberapa infeksi, seperti Covid-19.

Rapid test antigen disebut berpotensi memberikan hasil positif palsu.

4. Belum FDA "Aprrove"

Lembaga Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat memberikan peringatan keras pada masyarakat yang ingin melakukan rapid test antigen.

Pasalnya menurut FDA Rapid Test Antigen memiliki kemungkinan besar memberikan hasil positif terinfeksi Covid-19 secara palsu.

Terutama jika alat ini digunakan dengan cara yang kurang tepat.

FDA juga menyebutkan, pihaknya telah menerima laporan hasil positif palsu dari panti jompo dan layanan kesehatan lainnya.

Menurut FDA, membaca hasil tes, baik sebelum atau setelah dari waktu yang ditentukan dalam instruksi, dapat menunjukkan positif atau negatif palsu.

Hal tersebut merujuk pada ketentuan otorisasi EUA antigen yang menetapkan laboratorium resmi harus mengikuti petunjuk untuk penggunaan terkait administrasi pengujian dan pembacaan hasilnya.

Selain itu, tes antigen yang tidak disimpan dengan benar sebelum digunakan berisiko memberi hasil salah.

Memproses beberapa spesimen secara sekaligus dapat memengaruhi hasil tes karena kemungkinan sulit untuk memastikan waktu inkubasi yang tepat untuk setiap spesimen.

"Berhati-hatilah untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang saat menguji spesimen pasien, yang dapat menyebabkan hasil positif palsu," kata FDA.

FDA menyarankan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan protokol pengujian tes antigen di panti jompo dan mempertimbangkan melakukan pengujian ulang untuk mengonfirmasi hasil dalam waktu 48 jam setelah dinyatakan positif.

"Secara umum, tes antigen tidak sepeka tes molekuler," papar FDA.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved