Harga Kedelai Hari Ini Masih Tinggi, Produsen Naikkan Harga Tempe Tahu 30 Persen

Harga kedelai masih tinggi membuat para produsen tempe tahu menaikkan harga demi menutup ongkos produsi

Editor: Bebet Hidayat
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Agus Rohman, pengusaha tempe saat berada di pabrik pembuatan tempe miliknya di Desa Beji, Batu, Malang. Harga Kedelai Hari Ini Masih Tinggi, Produsen Naikkan Harga Tempe Tahu 30 Persen 

* harga kedelai Hari Ini Masih Tinggi, Produsen Naikkan Harga Tempe Tahu 30 Persen

SURYAMALANG.COM - Harga kedelai masih tinggi membuat para produsen tempe tahu menaikkan harga demi menutup ongkos produsi.

Seorang produsen tempe tahu di cipayung, Indah mengatakan, saat ini harga kedelai yang menjadi bahan baku utama pembuatan tempe tahu masih berkisar Rp 9.200 per kilogram.

"Belum turun, masih tinggi. Makanya sekarang harga dinaikkan 20 persen," kata Indah, Kamis (7/1/2021).

Baca juga: Daftar Zona Merah Jatim Hari Ini Kamis 7 Januari 2021: Lamongan & Ngawi Merah, Malang Zona Oranye

Kenaikan harga tempe tahu itu menjadi kesepakatan para produsen tempe tahu setelah aksi mogok produksi pada 1-3 Januari 2021.

Namun hingga saat ini, harga kedelai tidak ada tanda-tanda turun.

Selain menaikkan harga tempe tahu, kata Indah, ada produsen tempe tahu yang memilih mengecilkan ukuran produksinya.

Menurut Indah, hal itu menjadi pilihan masing-masing produsen tempe tahu.

"Kalau saya sih produksi tetap, enggak merubah ukuran. Hanya harganya saja yang dinaikkan, buat menutup ongkos produksi," ujarnya.

Ketua Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta, Sutaryo mengatakan para produsen sepakat kenaikan harga jual maksimal 30 persen dari sebelumnya.

"Kalau stok kedelai di pasaran memang dari awal tidak langka, stoknya ada. Tapi harganya naik, naik dalam waktu singkat," ujarnya.

Akan tetapi, stok kedelai di pasaran sekarang masih impor dari Amerika Serikat.

Sementara China sedang meningkatkan impor dari Amerika Serikat hingga awal Maret 2021 sehingga menjadi persoalan utama harga kedelai di Indonesia.

Amerika Serikat merupakan satu dari empat negara penghasil kedelai terbesar di dunia.

Ditambah produksi kedelainya paling cocok untuk dijadikan bahan baku tempe di Indonesia

Baca juga: Samsung Terbaru, Smartphone 5G, Harga Hanya Rp 2 Jutaan, Daftar HP Terbaru 2021

"Kalau nggak dikunci harganya (stabil), sekian hari, minggu depan naik lagi, kita goncang juga. Karena prediksinya harga terus naik sampai akhir Februari (2021),” ucapnya.

Pengusaha Tempe Bikin Inovasi

Naiknya harga kedelai impor membuat pelaku usaha tempe di daerah Sanan, Kota Malang menjerit.

Hal tersebut membuat omzet penjualan mereka menurun drastis.

Seperti yang dialami oleh Djumadi (40), produsen tempe asal Sanan ini mengaku bahwa naiknya kedelai impor membuat penghasilannya menurun.

Dia tidak bisa meraih untung lebih banyak, dikarenakan, harga jual tempe yang berada di pasaran tetap sama.

"Kalau kita mau naikkan harga tempe, penjual yang lain harusnya naik juga. Tapi di sini (Sanan) tidak ada yang mau. Jadinya harganya tetap sama dan penghasilan saya yang berkurang," ucapnya, Minggu (3/1/2021).

Pria yang sejak tahun 90 an menjadi produsen tempe itu mengaku, bahwa harga kedelai impor asal Amerika kini mencapai Rp 9.200 dari Rp 7.000 per Kilogramnya.

Selain rasanya yang enak, kedelai impor dipilih Djumadi karena memiliki ukuran yang lebih besar dan tidak basi.

Hal tersebut berbeda dengan kedelai lokal yang memiliki ukuran lebih kecil, namun lebih cepat basi saat diolah.

Baca juga: Gaji PNS Tahun 2021, Segini Besaran Gaji PNS Golongan 3A, Minimal Kantongi Rp 9 Juta Per Bulan

"Kedelai lokal itu kecil. Lebih enak jika diolah menjadi tahu. Beda dengan tempe. Nah sekarang kedelai impor yang mahal. Jadi kita yang aga kesusahan," terangnya.

Guna menaikkan omset penjualan itu, Djumadi kemudian berinovasi untuk membuat tempe dengan beragam varian rasa. Inovasi tersebut dilakukannya untuk menambah omset penghasilannya.

Jika biasanya per 200 gram tempe biasa dia jual senilai Rp 2.000. Dengan tempe rasa ini, Djumadi mampu menjual senilai Rp 4.000.

Tempe rasa tersebut diproduksinya sendiri di rumah, setelah sebelumnya Djumadi melakukan riset di Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Kedelai yang terletak di Kabupaten Malang.

"Jadi tempe rasa yang saya buat ini telah kami olah dan kami beri bumbu. Pembeli nanti tinggal menggorengnya saja di rumah. Dengan inovasi ini saya bisa menambah omset penghasilan saya," ucapnya.

Djumadi mengatakan, tempe rasa produksinya yang diberi nama Snack Asli Sanan (SAS) itu hanya ada satu di daerahnya yang merupakan sentra produksi tempe di Kota Malang.

Tempe rasa tersebut hanya dipasarkan di toko-toko penjualan tempe yang ada di daerah sanan saja. Dengan masing-masing toko dijatah dua bungkus per hari.

Melalui inovasi yang dia lakukan ini, Djumadi mengaku, dalam sebulan bisa meraih omset hingga Rp 4 Juta per bulan. Meski sebelum pandemi penghasilan ada di angka lebih dari Rp 10 juta.

"Ya sejak dua bulan kedelai naik ini saya melakukan inovasi ini. Sebelumnya tempe rasa ini hanya ada dipikiran saya saja. Namun baru saya kerjakan saat harga kedelai naik ini. Dan Alhamdulillah tempe rasa buatan saya laris," ucapnya.

Meski harga kedelai impor naik, Djumadi tidak memiliki pikiran untuk berhenti memproduksi tempe. Hal tersebut dia lakukan, karena permintaan tempe dari pembeli cukup tinggi.

Untuk itu, dia akan tetap berproduksi, meski untung yang dia dapat berkurang dari sebelum kedelai impor naik.

"Kami berharap pemerintah bisa segera mengatasi permasalahan ini. Pandemi belum selesai, kami malah dihantam lagi dengan harga kedelai naik. Semoga saja nanti bisa ada solusi," tandasnya.(*)

Baca juga: Harga Cabai di Angka Rp 78 Ribu/Kg, Begini Penjelasan Kepala Diskoperindag Tuban Agus Wijaya

Baca juga: Sinopsis Insidious: Chapter 2, Teror Kembali Mengintai, Film Horor di Trans TV Malam Ini 23.30 WIB

Sebagian artikel ini tayang di Wartakotalive dengan judul Harga Kedelai Masih Tinggi, Produsen Naikkan Harga Tempe Tahu 30 Persen

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved