Travelling

Jejak Langkah Pendakian Gunung Semeru, Kematian Soe Hok Gie Hingga Predikat Seven Summits Indonesia

Jejak Langkah Pendakian Gunung Semeru, Kematian Soe Hok Gie Hingga Predikat Seven Summits Indonesia

Penulis: Eko Darmoko | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Eko Darmoko
Kawah Jonggring Saloko di Puncak Gunung Semeru, Mahameru. Foto tahun 2012. 

Disarankan, perjalanan ke Ranu Kumbolo dilakukan pada pagi atau menjelang siang. Alasannya sederhana, agar tiba di Ranu Kumbolo sebelum petang. Rata-rata durasi yang dibutuhkan untuk rute Ranu Pani - Ranu Kumbolo sekitar tiga sampai empat jam. Semua tergantung kondisi fisik masing-masing pendaki. Namun, sewaktu Harian Surya menempu rute ini, butuh waktu sekitar enam jam, lantaran perjalanan diselingi dengan berburu foto lanskap untuk keperluan dokumentasi Gunung Semeru.

Sepanjang perjalanan menuju Ranu Kumbolo, pendaki akan disuguhkan dengan trek yang lumayan ‘ringan’, hanya sedikit trek berupa tanjakan. Sebelum sampai di Ranu Kumbolo, pendaki akan menemui empat shelter (pondokan kecil untuk istirahat). Ketika musim kemarau, saat malam hari, suhu di Ranu Kumbolo bisa turun hingga minus derajat celcius. Suhu ekstrem ini mengakibatkan munculnya bunga-bunga es di Ranu Kumbolo, biasanya muncul di atap tenda para pendaki.

Tanjakan Cinta

Tanjakan Cinta adalah berupa ‘dinding’ yang harus dirayapi pendaki sebelum tiba di savana mahaluas, Oro-oro Ombo. Dengan bahasa lain, Tanjakan Cinta adalah gerbang menuju savana Oro-oro Ombo. Konon ada folklor ikhwal nama Tanjakan Cinta. Bahwa, pendaki dilarang menoleh ke belakang saat merayapi Tanjakan Cinta. Jika menoleh, maka kisah cintanya akan kandas. Jika tanpa menoleh, niscaya kisah cintanya akan mulus. Demikianlah folklore yang berkembang; boleh percaya boleh tidak!

Kalimati

Dari Ranu Kumbolo-Tanjakan Cinta, lanjut ke Oro-oro Ombo, pendaki akan tiba di Alas Jambangan sebelum akhirnya tiba di basecamp Kalimati. Perjalanan ini membutuhkan waktu sekitar empat sampai lima jam. Di Kalimati inilah, biasanya otoritas setempat menentukan batas akhir pendakian saat aktivitas Gunung Semeru meningkat.

Di Kalimati ada shelter berukuran besar, seperti yang berdiri di pinggir Ranu Kumbolo. Kemping di Kalimati bakal disuguhi suasana syahdu, jauh dari hiruk-pikuk absurd metropolitan. Kita seperti dibawa ke dunia dongeng; pohon-pohon berjajar, dahannya diembus angin menghasilkan nyanyian alam yang membikin telinga damai. Secawan kopi bisa menambah suasana makin luar biasa.

Kebetulan, saat itu, status Semeru sedang ‘tenang’. Jadi, Harian Surya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Puncak Mahameru. Saat itu, Harian Surya bertemu dengan rombongan pendaki asal Jepang dan Amerika.

“Tadi pendaki asal Jepang sudah ke puncak. Saya juga ingin ke puncak,” begitu kata pria asal Amerika, sejauh yang teringat, yang ditemui Harian Surya di basecamp Kalimati, saat pendakian tahun 2012.

Kalimati, Gunung Semeru.
Kalimati, Gunung Semeru. (SURYAMALANG.COM/Eko Darmoko)

Mahameru

Dari Kalimati, umumnya pendakian ke Puncak Mahameru dimulai saat tengah malam. Supaya ketika sampai di Mahameru bisa menikmati sunrise. Bukan hanya butuh fisik untuk mencapai Mahameru, tapi pendaki harus menyiapkan mental sekuat baja. Banyak pendaki yang gagal menginjakkan kaki di Mahameru karena mental ambruk.

Di perjalanan ini, pendaki akan melewati Arcapada, sebuah hutan yang biasanya digunakan untuk camp. Namun, hal ini tidak disarankan. Camp terakhir hanya disarankan di Kalimati. Dari Arcapada, pendakian akan berlanjut ke batas vegetasi. Pendaki tidak akan menemui pepohonan. Selepas batas  vegetasi, pendaki akan dihadapkan pada hamparan pasir cadas yang ketika diinjak akan merosot. Ada jargon; naik satu langkah, pijakan akan turun tiga langkah. Mahameru memang berat untuk digapai.

Perjalanan dari Kalimati ke Mahameru dilakoni Harian Surya hampir sembilan jam. Berangkat pukul 01:00 dinihari dan tiba di Mahameru sekitar pukul 10:00 pagi. Tiba di Mahameru, kita akan disuguhi keperkasaan kawah Jonggring Saloko yang memuntahkan material vulkanik. Sepanjang mata memandang, selain hamparan datar Mahameru, mata juga dimanjakan oleh samudera awan mahacantik.

Tak boleh berlama-lama di Mahameru, sebab pada siang hari, biasanya gas berancun keluar dari Jonggring Saloko. Makanya, selepas mengunyah beberapa lembar roti tawar diolesi selai dan menenggak minuman soda, Harian Surya beserta rombongan langsung bergegas turun.

Pada pendakian tahun 2012 ini, Harian Surya masih menemui papan memoriam Soe Hok Gie di Puncak Mahameru. Soe Hok Gie adalah aktivis era 1960-an yang meninggal di Puncak Mahameru. Untuk mengenangnya, papan memoriam itu dipasang di Mahameru. Namun, beberapa waktu kemudian, papan memoriam itu dicopot, karena alasan tidak boleh mendirikan apa pun di Puncak Mahameru.

Kawah Jonggring Saloko di Puncak Gunung Semeru, Mahameru. Foto tahun 2012.
Kawah Jonggring Saloko di Puncak Gunung Semeru, Mahameru. Foto tahun 2012. (SURYAMALANG.COM/Eko Darmoko)
Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved