5 Fakta Jenazah Covid-19 Tertukar di Malang: Ada Petugas Pingsan Kena Pukul, Keluarga Sakit Hati

Inilah deretan 5 fakta jenazah Covid-19 tertukar di Kota Malang yang menjadi sorotan. Videonya sempat viral di media sosial.

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Tribunnews
Ilustrasi - Pemakaman Jenazah Covid-19 Tertukar di Malang 

SURYAMALANG.COM - Inilah deretan 5 fakta jenazah Covid-19 tertukar di Kota Malang yang menjadi sorotan. 

Bahkan beredar video Insiden jenazah Covid-19 tertukar di Malang yang sampai viral di media sosial.

Pihak keluarga merasa sakit hati mengetahui jika jenazah orang tua mereka tertukar sesaat sebelum dimasukkan ke liang kubur. 

Kasus jenazah yang tertukar ini berujung kepada pemukulan petugas yang dilakukan keluarga jenazah.

Insiden jenazah Covid-19 tertukar di Malang terjadi di TPU Kasin, Kota Malang, Kamis (28/1/2021).

Daftar Zona Merah Jawa Timur Minggu 31 Januari 2021, Ada 7 Daerah Termasuk Ponorogo, Magetan, Blitar

Kronologi Artis Tik Tok Ditembak Mati Suami karena Marah Lihat Lekuk Tubuh Istri saat Pamer Begini

Gubernur Khofifah Langsung Beraktivitas Lepas Kapal Kemanusian ke Kalsel Bersama ACT

Koordinator Pemakaman Covid-19 PSC 119, Dhana Setiawan jenazah tersebut berinisial W yang memiliki nomor antrean 4 untuk dimakamkan.

Kejadian ini bermula saat tim pemakaman menuju kamar jenazah RSSA untuk mengambil jenazah yang akan dimakamkan di TPU Sukun sekitar pukul 14.45 WIB.

Petugas Public Safety Center (PSC) Kota Malang yang bertugas memakamkan jenazah pasien Covid-19 salah membawa peti dari Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar (RSSA).

Kasus jenazah yang tertukar ini berujung kepada pemukulan petugas yang dilakukan keluarga jenazah.

MNH, anak dari pasien Covid-19 yang meninggal itu mengaku kecewa mendapati peti jenazah ayahnya tertukar dengan orang lain.

Menurut MNH, keluarganya sempat menshalati jenazah itu saat tiba di pemakaman. Saat itu, keluarganya belum mengetahui ternyata peti jenazah itu keliru.

"Saat peti ini mau dimasukkan ke liang kubur, saya baru sadar karena posisi saya memang agak tinggi dari peti. Jadi saya lihat tulisan di peti itu bukan nama bapak saya," kata MNH di Mapolresta Malang Kota, Jumat (29/1/2021).

Berikut deretan fakta terkait jenazah Covid-1 tertukar di Malang dari berbagai sumber:

1. Pemakaman kloter keempat

Ilustrasi - Suasana kamar mayat RSSA Kota Malang
Ilustrasi - Suasana kamar mayat RSSA Kota Malang (KOMPAS.COM/ANDI HARTIK)

Belasan Pejabat di Kabupaten Malang Jalani Vaksinasi Covid-19

Kronologi Cinta Segitiga Rumit Terbongkar, Niatnya Bantu Pacar Bayar Tilang Justru Ketahuan Istri

TERUNGKAP Ujaran Angel saat Kepergok Michaela Bareng James Arthur di Mobil, Simpanan Anggota Dewan?

MNH mengaku memukul salah satu petugas PSC karena kesal yang memuncak. Ia tak habis pikir petugas membawa peti jenazah yang salah.

Kejadian itu bermula ketika dirinya menelepon pihak PSC untuk penyelenggaraan jenazah ayahnya yang meninggal karena Covid-19 di RSSA Kota Malang pada Kamis (28/1/2021).

Ia menanyakan pihak PSC tentang jadwal pemakaman ayahnya. Saat itu, petugas menjawab ayahnya akan dimakamkan pada kloter keempat.

"Terus saya tanya kira-kira itu jam berapa. PSC tidak bisa memastikan, lalu saya pulang dulu sambil menunggu konfirmasi selanjutnya," kata MNH.

Sekitar pukul 12.27 WIB, MNH mendapat telepon dari petugas PSC. Petugas meminta MNH dan keluarganya bersiap karena kloter pemakaman ketiga telah berangkat.

MNH bersama sepupunya berangkat ke RSSA Kota Malang untuk menunggu penyelenggaraan jenazah.

"Saya sama sepupu berangkat berdua ke rumah sakit untuk menunggu. Sebagian (keluarga) ke makam," katanya.

Tak lama menunggu di rumah sakit, ambulans pun datang. Tetapi, petugas justru memakamkan jenazah pasien Covid-19 lain.

Petugas beralasan ingin menyelesaikan pemakaman jenazah yang dikbur di TPU Sukun. MNH mengatakan, ayahnya akan dimakamkan di TPU Kasin.

"Saya diloncatin satu dulu enggak apa-apa. Tapi selanjutnya bapak saya," katanya.

2. Tak kunjung mendapat giliran

Kejadian Jenazah pasien Covid-19 yang Tertukar di Kota Malang
Kejadian Jenazah pasien Covid-19 yang Tertukar di Kota Malang (IST)

Setelah pemakaman jenazah di TPU Sukun selesai, petugas malah berencana memakamkan jenazah lain. MNH yang mendengar rencana itu protes.

Ia meminta petugas memakamkan jenazah ayahnya. Ia pun menjelaskan kondisinya saat itu kepada petugas.

"Saya jelaskan kalau saya habis ditelepon oleh call center untuk persiapan, harusnya bapak saya. Tapi kok kenapa bapak saya tidak diangkat malah diloncatin lagi," katanya.

Namun, protes itu justru memicu ketegangan antara dirinya dan petugas PSC.

"Ada petugas yang mungkin karena capek mereka emosi. Dia menganggap seakan-akan saya melawan petugas," kata dia.

Padahal, MNH mencoba menjelaskan seharusnya giliran jenazah ayahnya yang dimakamkan.

"Tapi mereka mengatakan bahwa bukan bapak saya yang diberangkatkan, bapak saya nanti," tambah dia.

Ketegangan berlanjut ketika MNH mengancam akan membawa jenazah ayahnya secara mandiri. Petugas tersinggung mendengar ucapan itu.

Gesekan pun mulai terjadi. Salah satu petugas menabrak sepupu MNH.

"Salah satu dari petugas ini menabrak kakak (sepupu) saya. Saya mencoba untuk memisahkan," katanya.

Ia pun heran proses pemakaman jenazah ayahnya menjadi berbelit-belit.

"Bapak saya meninggal kok urusannya berbelit. Saya coba mendinginkan kakak saya. Saya bilang nggak apa-apa diangkat saja," kata MNH.

MNH dan petugas menemui jalan tengah, jenazah ayahnya akhirnya dibawa ke TPU Kasin.

Setibanya di TPU, keluarga telah menyalati jenazah sebelum dimakamkan. Saat hendak diturunkan ke liang lahat, MNH mendapati nama di peti jenazah berbeda.

Ia pun memberi tahu keluarganya, peti jenazah yang dibawa petugas ternyata keliru.

"Saya bilang ke keluarga bahwa ini bukan bapak saya. Di situ timbul kekacauan lagi antara keluarga saya dan petugas," jelas dia.

3. Terpancing emosi

Potongan vido viral jenazah Covid-19 tertukar jelang pemakaman di TPU Sukun, Kota Malang, Kamis (28/1/2021).
Potongan vido viral jenazah Covid-19 tertukar jelang pemakaman di TPU Sukun, Kota Malang, Kamis (28/1/2021). ()

MNH berusaha mencari koordinasi petugas PSC. Tetapi, ia tak menemukannya.

"Kami terpancing emosi, kakak saya menabrak salah satu petugas. Tidak lama, karena saya spontanitas emosi, saya memukul salah satu petugas," jelasnya.

Meski begitu, ia membantah ada keluarga yang memegang petugas tersebut.

"Perlu saya luruskan, tidak ada orang memegang terus saya pukuli tidak ada. Jadi pertama memang ditabrak oleh saudara saya, dipegang oleh orang-orang. Disusul oleh saya yang spontan memukul salah satu petugas itu," katanya.

Sebelumnya, MNH (21) dan sepupunya, BHO (24), ditangkap Polresta Malang Kota akibat insiden pemukulan tersebut.

Sementara itu, Koordinator Public Safety Center (PSC) 119 Dinas Kesehatan Kota Malang, Dhana Setiawan mengatakan, insiden tertukarnya jenazah itu merupakan ketidaksengajaan dari petugas.

Menurutnya, petugas di lapangan sedang tidak fokus akibat capek. Ditambah, petugas dan keluarga jenazah sempat bersitegang.

4. RSSA Kota Malang Evaluasi Pemberian Identitas di Peti

Kasubbag Humas RSSA Malang, Dony Iryan Vebri Prasetyo
Kasubbag Humas RSSA Malang, Dony Iryan Vebri Prasetyo (SURYAMALANG.COM/Kukuh Kurniawan)

Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang akan mengevaluasi pemberian identitas di peti jenazah yang akan dimakamkan untuk mengantisipasi agar kejadian jenazah tertukar tidak terulang kembali. 

Kasubbag Humas RSSA Malang, Dony Iryan Vebri Prasetyo mengatakan, pemberian identitas di setiap peti jenazah akan ditinjau ulang.

Bagaimana pemberian identitas di setiap peti jenazah yang terbaik untuk diterapkan nantinya akan diputuskan bersama jajaran manajemen di RSSA Malang.

"Tentunya kami akan melakukan evaluasi. Kami akan putuskan di tingkat manajemen, nanti seperti apa," ujar Dony, Sabtu (30/1/2021).

Ia menjelaskan hingga saat ini, pemulasaraan jenazah dengan protokol Covid-19 menggunakan mekanisme pemberian identitas di peti jenazah.

Yakni dengan menuliskan nama jenazah di peti jenazah menggunakan spidol permanen.

"Selama ini identitas jenazah di peti dari rumah sakit cuma dikasih spidol, yang bertuliskan jenazah atas nama dan nomor ini. Atau gelang pasien yang dikenakan pasien waktu masih hidup, itu akan dipaku di peti. Dan sebenarnya selama ini sudah terbaca, dan tidak ada masalah," bebernya.

Sementara itu, disinggung mengapa tidak menggunakan kertas agar lebih jelas terkait penamaan identitas di peti jenazah, Donny mengaku jika menggunakan kertas tidak akan tahan lama dan cepat rusak.

"Kalau di kertas, tidak akan tahan lama dan mudah rusak. Dan kalau sudah rusak, akan menyulitkan petugas yang memakamkan," tambahnya.

Dirinya menerangkan terkait pemulasaraan jenazah dengan protokol Covid-19, dibutuhkan waktu 30 menit hingga satu jam. Di mana jenazah tersebut siap diberangkatkan untuk dimakamkan.

"Mulai dari meninggal, dimandikan, disterilisasi, hingga siap dimakamkan, dibutuhkan waktu 30 menit hingga satu jam tiap satu jenazah," ungkapnya.

Ia pun menambahkan, terkait data kematian yang dibagikan oleh pihak RSSA Malang, belum tentu semuanya merupakan pasien RSSA Malang.

"Kalau saya share data kematian atau share tatalaksana di kamar jenazah, itu belum tentu semua pasien dari RSSA. Melainkan pasien dari rumah sakit lain, yang mana untuk penatalaksanaannya dengan protokol Covid 19 dibawa menuju RSSA Malang," pungkasnya.

5.Penjelasan UPT Pengelolaan Pemakaman Umum Kota Malang Soal Video Viral Jenazah Covid-19 Tertukar

Potongan video viral jenazah Covid-19 tertukar di Kota Malang, Kamis (28/1/2021).
Potongan video viral jenazah Covid-19 tertukar di Kota Malang, Kamis (28/1/2021). ()

Beredar video viral jenazah Covid-19 tertukar di Kota Malang, Kamis (28/1/2021).

Video viral berdurasi kurang dari satu menit tersebut memperlihatkan sejumlah orang mengamuk karena jenazah keluarganya tertukar dengan jenazah lain.

Insiden itu menyebabkan seorang petugas PSC 119 Dinas Kesehatan Kota Malang pingsan akibat kena pukulan anggota keluarga tersebut.

Kepala UPT Pengelolaan Pemakaman Umum Kota Malang, Takroni Akbar mengatakan insiden jenazah tertukar tersebut karena petugas kelelahan imbas dari banyaknya pemakaman jenazah Covid-19 selama dua hari kemarin.

"Itu manusiawi. Teman-teman kecapekan karena sebelumnya sehari semalam diguyur hujan. Jadi harus dimaklumi," ucap Takroni kepada SURYAMALANG.COM, Jumat (29/1/2021).

"Petugas ini merasa tertekan sehingga panik dan keliru mengambil jenazah. Saya imbau masyarakat bersabar. Ini bencana."

"Tim kami hanya itu-itu saja. Kami susah mencari ganti orang. Bahkan saya selalu membuka pendaftaran relawan," ucapnya.

Takroni menyesalkan keluarga yang sampai memukul petugas.

Padahal insiden tersebut bisa diselesaikan secara baik-baik.

"Kami akan serahkan ke pemerintah, karena kami kerja secara institusi. Saya tetap menjalankan tugas. Apapun kondisinya, kemanusian harus diutamakan," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved