Berita Malang Hari Ini

5 Kemungkinan Sumber Suara Dentuman Keras di Malang Sudah Gugur, Masih Misterius

Kapolres Malang, AKBP Hendri Umar menegaskan suara dentuman yang terjadi di Malang Raya pada Rabu dini hari bukan berasal dari kegiatan manusia

Penulis: Mohammad Erwin | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Salah satu dugaan sumber suara dentuman keras di Malang dari proyek JLS. Pengguna jalan melintasi pohon yang dirobohkan alat berat pada proyek Jalan Lintas Selatan (JLS) di Kawasan Hutan Lindung Kondangmerak, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Kamis (13/6/2019). - FOTO DOK 

Penulis : M Erwin Wicaksono/ M Rifky Edgar , Editor : Dyan Rekohadi

SURYAMALANG.COM, MALANG - Kemungkinan sumber suara dentuman keras di Malang pada Rabu (3/2/2021) dari aktivitas proyek Jalur Lingkar Selatan (JLS) 'dibantah' oleh Kapolres Malang, AKBP Hendri Umar.

Hal senada juga disampaikan Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata, mengatakan dentuman yang didengar dan dirasakan warga diduga kuat bukan dari ledakan bom atau benda lain.

Kemungkinan Suara Dentuman Keras di Malang Berasal dari Proyek Jalur Lingkar Selatan (JLS)

Ini berarti, setidaknya sudah ada 6 kemungkinan sumber suara dentuman keras di Malang yang sudah gugur, berdasarkan pernyataan resmi dari pihak terkait.

Hendri menyatakan jika Polres Malang membuka pintu bagi masyarakat yang ingin memberikan informasi bila sumber suara berasal dari tempat tinggal mereka.

"Tolong segera diinformasikan pada Polres Malang atau BPBD. Untuk memastikan, mengidentifikasi dan mengetahui apa penyebab yang menimbulkan dentuman cukup keras ini. Bahkan ada info terdengar sampai Surabaya," tutup Hendri.

Di sisi lain, Pakar kebencanaan Universitas Brawijaya (UB) Prof Adi Susilo PhD menyebutkan soal dentuman yang terdengar sampai di Malang pada Rabu dini hari bukan aktivitas dari dalam bumi. Tapi dari permukaan bumi. 

"Sebuah kegiatan di atas permukaan bumi dengan aktivitas tekanannya besar," jelas Adi yang merupakan Dekan FMIPA UB pada suryamalang.com, Rabu (3/2/2021).

Berikut ini daftar kemungkinan sumber suara dentuman keras di Malang yang sudah gugur 

1. Bukan Dari Bahan Peledak atau aktivitas Proyek JLS 

Seperti diketahui, sebelumnya Wali Kota Malang, Sutiaji menyatakan ada kemungkinan suara dentuman di saat dini hari itu berasal dari aktivitas proyek JLS di Kabupaten Malang.

Sejauh ini memang belum ada pernyataan resmi dari pelaksana proyek JLS, tapi Kapolres Malang, AKBP Hendri Umar menegaskan suara dentuman yang terjadi di Malang Raya bukan berasal dari kegiatan manusia maupun aktivitas gunung berapi.

Seperti yang disampaikan oleh Sutiaji, memang ada kemungkinan aktivitas di proyek JLS menggunakan bahan peledak untuk membuka akses perbukitan.

Tapi dengan memperhatikan pernyataan Kapolres Malang, maka kemungkinan sumber suara dari JLS terpatahkan.

Ini artinya sumber suara dentuman keras di Malang pada Rabu (3/2/2021) dini hari itu hingga kini masih misterius.

Hendri menegaskan, suara dentuman yang terdengar sekira pukul 00:00 WIB tersebut juga bukan berasal dari kegiatan latihan militer di Kabupaten Malang.

"Kami juga memastikan kepada beberapa pihak yang memiliki bahan peledak seperti PT Pindad dan Satuan TNI. Hasilnya, tidak ada kegiatan latihan atau kegiatan yang menggunakan bahan peledak atau bahan yang bisa mengakibatkan dentuman besar," jelasnya.

2Bukan Asteroid

Pihak Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) mengkonfirmasi tidak ada asteroid yang jatuh ke bumi, terkait suara dentuman keras di Malang.

Seperti telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, peneliti di Pussainsa Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Andi Pangerang, menegaskan, sejauh ini tidak ada catatan asteroid yang tiba pada Rabu (3/2/2021) tengah malam.

Hal itu diketahui, setelah Lapan melakukan pengecekan dengan menggunakan NEO Earth Close Approaches dengan alamat http://cneos.jpl.nasa.gov/ca/ selama 2-3 hari terahir.

"Belum ada," kata Andi kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2021).

Batu meteorit yang menghantam rumah warga di Lampung Tengah pada 28 Januari 2021. Peneliti Itera Lampung memastikan batu itu adalah pecahan meteor yang masuk atmosfer bumi.
Batu meteorit yang menghantam rumah warga di Lampung Tengah pada 28 Januari 2021. Peneliti Itera Lampung memastikan batu itu adalah pecahan meteor yang masuk atmosfer bumi. (Dok. Humas Itera Lampung)

Meskipun, terdapat dua asteroid yang melintas dekat dengan bumi, tetapi kata Andi, waktu tiba di Bumi bukan tengah malam tadi.

Ia menjelaskan, berdasarkan database Close-Approached Center of Near Earth Object Studies (CNEOS) NASA, asteroid yang melintas dekat dengan bumi dengan jarak kurang dari 1 jarak bulan (jb) hanyalah asteroid 2020 SO.

Lanjutnya, asteroid 2020 SO memiliki jarak kurang lebih 225.900 km dan bergerak dengan kecepatan 36.864 km/jam.

Sementara, untuk asteroid kedua yaitu asteroid 2020 TB12 memang melintas dekat bumi pada 1 Februari pukul 12.51 WIB dengan jarak 6,75 jarak bulan atau 2.594.000 km.

Nah, dengan ukuran sekitar 110-240 meter dan jika kelajuannya 32.000 km per jam, maka seharusnya baru akan tiba 81 jam lagi atau 3 hari 9 jam.

3. Bukan gempa bumi

Menanggapi kejadian dentuman di Malang , Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono pun angkat bicara.

Daryono menyampaikan, berdasarkan catatan sensor BMKG di Pandaan (MLJI) tidak mencatat anomali seismik sesuai dari laporan warganet bahwa mendengar suara dentuman misterius tersebut pada sekitar pukul 00.50 WIB - 1.18 WIB dan pukul 03.00 WIB - 03.22 WIB.

Perlu diketahui, catatan anomali seismik umumnya digunakan untuk mengetahui adanya aktivitas gerakan atau gempa bumi.

4. Bukan dari Gunung Raung dan Gunung Semeru

"Kami telah melakukan koordinasi dengan BPBD bahwa di Gunung Semeru tadi malam tidak ada suara dentuman. Kami juga menerima informasi dari Gunung Raung Bondowoso, namun saat kita dalami itu juga bukan dari sana," beber Kapolres Malang, AKBP Hendri Umar ketika dikonfirmasi pada Rabu (3/2/2021).

Pihak BPBD Kota Malang juga memastikan jika sumber suara dentuman keras di Malang bukanlah dari Gunung Raung dan Gunung Semeru. 

Pihak BPBD Kota Malang sudah berupaya menggali informasi dari kantor BPDB kota lain yang terdekat. 

Lalu, dapat dipastikan jika suara dentuman keras misterius tersebut bukanlah berasal dari Gunung Raung maupun Gunung Semeru. 

"Sudah ditanyakan ke rekan-rekan BPDB Lumajang dan BPDB Banyuwangi. Sumber suara tidak berasal dari Gunung Raung dan Gunung Semeru," jelas Adin, Operator Pusdalops BPBD Kota Malang. 

"Dan sudah dikonfirmasi di posko terdekat di gunung-gung tersebut," lanjut Adin.

Pakar kebencanaan Universitas Brawijaya (UB) Prof Adi Susilo PhD menyebutkan, ia sudah ngobrol dengan Kepala BMKG Karangkates dan Tretes. Bahwa tidak ada aktivitas di dalam bumi. Jika ada pasti sudah tercatat di sistemnya.

5. Bukan Aktivitas Penerbangan

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono suara dentuman keras bisa saja berasal dari shockwave pesawat supersonik.

Tapi suara dentuman keras di Malang Raya dipastikan bukan berasal dari aktivitas penerbangan di sekitar Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang.

"Kami tidak melakukan aktivitas penerbangan apapun pada Selasa (2/1/2021) malam dan Rabu (3/1/2021) dini hari," ujar Letkol Sus. Dodo Agus Prio, Kepala Penerangan Lanud Abdulrachman Saleh kepada SURYAMALANG.COM.

"Kalau terbang malam, jadwalnya mulai pukul 18.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB," tandasnya.

Pernyataan Wali Kota Malang

Kemungkinan suara dentuman keras di Malang berasal dari Jalur Lingkar Selatan (JLS) disampaikan Wali Kota Malang, Sutiaji.

Ia mengaku sempat mendengar suara dentuman keras beberapa kali, Rabu (3/2/2021) dini hari.

"Saya khawatir itu disebabkan pembangunan JLS. Karena proses pembangunannya sedang berlangsung."

"Tapi saya belum koordinasi apakah proyek itu yang menyebabkan dentuman keras," ucap Sutiaji kepada SURYAMALANG.COM.

Sutiaji mengatakan pembangunan proyek JLS harus menggunakan dentuman karena wilayah tersebut merupakan pegunungan dan perbukitan dan tidak mungkin menggunakan alat kecil.

Sutiaji minta masyarakat tetap tenang dan terus meningkat keimanan sembari menunggu konfirmasi dari pihak terkait terkait asal usul dari suara dentuman keras tersebut.

"Saya sudah koordinasi dengan BPBD dan BMKG. Ini tidak ada kaitannya dengan aktivitas vulkanik di Gunung Semeru."

"Saya minta masyarakat tetap tenang dan meningkatkan keimanan kepada Tuhan sembari kami mendapatkan informasi lebih lanjut," tandasnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved