Berita Tuban Hari Ini
Fakta Proyek Kilang Minyak Pertamina di Tuban Senilai Rp 211,9 Triliun, Pantas Banyak Miliarder Baru
Adapun total nilai proyek sebesar 16 miliar USD atau mencapai Rp 211,9 triliun. Untuk proyek tersebut, Pertamina akan menggunakan lahan seluas 821 ha
Penulis: Mochamad Sudarsono | Editor: Dyan Rekohadi
Rinciannya, lahan warga 384 hektar, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.
Untuk kebutuhan yang menggunakan lahan milik warga ada di tiga desa, di antaranya Sumurgeneng, Wadung dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu.
Di Desa Sumurgeneng, setidaknya terdapat 225 warga yang mendapatkan uang penjualan tanah dari Pertamina.
Rata-rata para warga menerima sekitar Rp 8 miliar.
Sebagai gambaran, desa di Kecamatan Jenu ini bukanlah desa yang istimewa.
Sekilas tak ada yang berbeda dengan keberadaan Desa Sumurgeneng dengan perkampungan pada umumnya.
Kepala Desa Sumurgeneng, Gihanto mengungkap, sejak dimulainya pencairan lahan oleh Pertamina hingga kini sudah ada 176 warga yang membeli mobil baru.
Pembelian mobil bersama-sama itu dilakukan setelah warga mencairkan dana melalui konsinyasi dari Pengadilan Negeri Tuban. Adapula yang melalui pencairan di awal tanpa proses pengadilan.
"Mobil baru Minggu kemarin ada 17 yang datang, kalau sampai sekarang sudah ada 176. Semua baru," kata Kades di rumahnya, Rabu (17/2/2021).
Dia menjelaskan, jenis mobil yang dibeli warga berbagai macam jenis, seperti kijang Innova, Honda HR-V, Fortuner, Pajero dan Honda Jazz.
Rata-rata satu orang membeli satu mobil, namun ada juga yang satu orang beli 2-3 mobil.
Warga desanya terdapat 840 KK, sedangkan yang menjual tanahnya untuk kepentingan kilang minyak sekitar 225 KK.
Harga yang diterima warga untuk penjualan tanah per meter mulai dari Rp 600-800 ribu. Sehingga penjualan yang didapat warga rata-rata mencapai miliaran rupiah.
"Bermacam-macam untuk jenis mobilnya. Untuk penjualan tanah paling sedikit Rp 36 juta, paling banyak warga sini Rp 26 miliar, sedangkan ada warga luar mendapat Rp 28 miliar. Kalau rata-rata Rp 8 miliar," terangnya.

Kades mengaku sempat khawatir atas rejeki nomplok yang diterima warganya, dengan mendapat miliaran rupiah dari penjualan lahan.