Nasional
Kerja Mencuci Piring, Kakek Payutri Menabung Uangnya dalam Karung, Jumlahnya Bikin Heboh dan Viral
Kerja Mencuci Piring, Kakek Payutri Menabung Uangnya dalam Karung, Jumlahnya Bikin Heboh dan Viral
SURYAMALANG.COM - Payutri (81), kakek di Payakumbuh, Sumatera Barat memiliki banyak uang yang disimpan dalam karung di rumahnya.
Kakek yang akrab disapa Biok ini diketahui menyimpan lima karung uang, dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com.
Jumlah lima karung itu diketahui saat dilakukan pengecekan oleh petugas kelurahan di rumah Payutri.
"Sebelumnya hanya satu karung yang ditemukan dengan total Rp 81 juta."
"Sekarang sudah ada lima karung lagi," kata Lurah Tigo Koto Diateh, Payakumbuh, Musleniyetti saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/2/2021).
Musleniyetti menyebutkan, uang-uang lainnya disimpan dengan disembunyikan di sejumlah tempat di rumah Biok.
"Ada di balik kasur, dibungkus kain, di dalam celengan dan lainnya."
"Posisinya disembunyikan, namun kita berhasil temukan," kata Musleniyetti.
Menurut Musleniyetti, pencarian uang Biok itu telah dilakukan sejak Senin kemarin, dan hingga saat ini masih terus dilakukan.
Dari pencarian sejak kemarin itu, sudah ada lima karung yang ditemukan.
"Tiga karung uang logam, satu setengah karung uang kertas dan setengah karung uang kertas yang tidak laku lagi," kata Musleniyetti.
Rencananya, menurut Musleniyetti, uang tersebut akan dihitung dan kemudian disimpan di bank.
"Nanti kita hitung dan disimpan di bank."
"Pihak keluarga telah menyetujuinya dan ini untuk keamanan Pak Biok sendiri," kata Musleniyetti.
Kisah kakek Payutri yang tunarungu ini pun viral di media sosial.
Kakek ini mencari uang dengan bekerja mencuci piring di setiap pesta pernikahan yang ada di Payakumbuh dan sekitarnya.
Uniknya, uang dari upah mencuci piring itu selalu disimpan di dalam karung ukuran 50 kilogram.
Musleniyetti menyebutkan, awalnya kakek tersebut viral di media sosial karena dinilai kurang perhatian.
Namun, saat dicek ke rumah yang bersangkutan, ternyata kakek Biok memiliki uang satu karung.
Uang satu karung tersebut akhirnya dihitung.
Butuh 2 hari dengan 12 orang yang menghitungnya.
"Totalnya ada sekitar Rp 81 juta. Dihitung selama dua hari," kata Musleniyetti.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kakek Tunarungu Ini Ternyata Punya Berkarung-karung Uang yang Disimpan di Rumah

Harta Rp 4 Triliun Hilang di Tumpukan Sampah, Pemilik Rencana Bikin Sayembara untuk Menemukannya
Seorang pria apes berniat mengorek tumpukan sampah demi menemukan hartanya yang hilang senilai Rp 4 Triliun.
Pria ini diketahui bernama James Howells, berasal dari Wales, Inggris.
Harta James Howells yang hilang adalah berupa Bitcoin yang tersimpan dalam harddisk.
Masalah kehilangan Bitcoin rupanya sering terjadi di dunia ini.
Dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com (19/1/2021), kasus seperti James Howells sering dialami pengumpul Bitcoin lainnya.

Perjalanan Bitcoin selalu diwarnai kejadian-kejadian apes di mana sejumlah besar cryptocurrency tersebut raib karena kealpaan pemiliknya.
Misalnya seperti dialami oleh pria asal Inggris yang bernama James Howellsini.
Howells yang bekerja di bidang TI sudah mengumpulkan Bitcoin sejak 2009.
Pada 2013, saat sedang membereskan barangnya, dia membuang sebuah hard disk.
Belakangan dia baru sadar bahwa di dalamnya ada 7.500 Bitcoin.
"Saya menganggap bahwa harddisk ini telah berusia lebih dari tiga tahun."
"Maka saya membuangnya ke tempat sampah," kata Howells.
Di tahun yang sama, harga bitcoin meroket hingga menembus 1.000 dollar AS per keping.
Howells pun gondok bukan kepalang.
Harga ribuan bitcoin tersebut sekarang sudah meningkat lebih jauh lagi hingga mencapai 280 juta dollar AS atau hampir Rp 4 triliun.
Kesialan yang menimpa Howells sebenarnya sudah diberitakan pada 2013.
Namun, dia sepertinya masih penasaran dan berusaha menemukan hard disk tersebut.
Salah satu upaya terbaru Howells adalah mengajukan permohonan agar dewan kota tempat tinggalnya di Newport, Wales, membongkar tempat penimbunan sampah.
Dia ingin bikin sayembara, menjanjikan iming-iming 25 persen dari Bitcoin di dalam harddisk, untuk diberikan ke sekitar 300.000 penduduk kota tersebut.
Artinya, masing-masing orang bisa mendapat 240 dollar AS atau sekitar Rp 3,4 juta.
Namun, permintaan Howells ditolak mentah-mentah oleh dewan kota karena membutuhkan biaya sangat besar untuk menggali, menyimpan, dan mengolah limbah yang ada.
"Itu pun tidak ada jaminan hard disk yang bersangkutan dapat ditemukan, atau masih bisa berfungsi," ujar seorang juru bicara dewa kota Newport, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Business Insider, Selasa (19/1/2021).
Howells pun terpaksa gigit jari lagi.
Bitcoin yang hilang dari kejadian macam begini ternyata terbilang besar.
Jumlahnya diperkirakan mencapai 20 persen dari 18,5 juta bitcoin yang ada, atau senilai 140 miliar dollar AS. (Rp 1.970 triliun).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pria Ini Buang Hard Disk Berisi Bitcoin Senilai Rp 4 Triliun

Kehilangan Uang Rp 3,1 Triliun Gara-gara Lupa Password
Nasib pahit dialami lelaki bernama Stefan Thomas yang kehilangan uang senilai Rp 3,1 triliun.
Nasib pahit ini dialami Stefan Thomas gara-gara ia lupa dengan password atau kata sandi.
Stefan Thomas, programer asal Jerman ini, memiliki 7002 keping Bitcoin senilai 220 juta dollar AS atau setara Rp 3,1 triliun.
Nah, lantaran lupa dengan kata sandi dalam dompet digitalnya, Thomas tidak bisa mengakses harta kekayaannya.
Dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com (14/1/2021), Thomas diketahui menyimpan private key (kunci privat) dompet Bitcoinnya dalam sebuah USB flash drive terenkripsi bernama IronKey.
Untuk memperketat keamanan, flash drive tersebut juga diberikan kata sandi oleh Thomas.
Sayangnya, ia lupa formulasi kata sandi apa yang ia gunakan untuk mengunci IronKey tersebut.
Alhasil, saat ini, Thomas tidak bisa mengakses Bitcoin milikya.
Usut punya usut, Thomas ternyata kehilangan secarik kertas, yang mana ia gunakan untuk menulis kata sandi dari IronKey tersebut beberapa tahun lalu.
IronKey milik Thomas hanya memberikan 10 kesempatan mengisi password.
Thomas sudah mencoba delapan kali dan gagal.
Ia sudah mencoba berbagai formulasi kata sandi yang paling umum ia gunakan, namun tak ada yang membuahkan hasil.
"Kini saya hanya akan berbaring di tempat tidur dan memikirkannya," kata Thomas.
"Lalu saya akan mencobanya lagi di komputer dengan strategi baru, dan tetap tidak berhasil, dan saya akan putus asa lagi," lanjut Thomas.
Kini, Thomas hanya punya dua kesempatan terakhir sebelum flash drive tersebut mengenkripsi seluruh isi data di dalamnya, selamanya.
Jika sudah terenkripsi, Thomas akan kehilangan akses pada seluruh Bitcoin miliknya selamanya.
Cara kerja Bitcoin berbeda
Sebagai mata uang elektronik, Bitcoin memiliki cara kerja yang berbeda dengan mata uang konvensional, terutama dari segi penggunaan pengaman kata sandi.
Jika uang biasa, pengguna bisa menyimpannya melalui bank (PayPal, BCA, dan lainnya) atau dompet digital (GoPay, DANA, OVO, dan sebagainya) di mana pengguna sewaktu-waktu bisa mengatur ulang kata sandinya ketika lupa dengan melakukan berbagai verifikasi data.
Hal ini berbeda dengan Bitcoin. Pencipta mata uang virtual yang dikenal sebagai Satoshi Nakamoto mengatakan, ide utama Bitcoin adalah memungkinkan siapa pun di dunia untuk memiliki rekening bank digital dan menyimpan uang dengan cara yang tidak dapat dicampuri atau diatur oleh pemerintah.
Jadi hanya pemilik Bitcoin saja yang mengetahui private key sebagai akses ke dompet Bitcoinnya.
Skema inilah yang membuat Bitcoin menjadi mata uang yang berisiko.
Karena sekali pemilik Bitcoin melupakan private key, tidak ada cara untuk mengatur ulang kunci rahasia tersebut.
Banyak orang kehilangan private key
Thomas bukan satu-satunya orang yang tak bisa mengakses private key, karena lupa kata sandi.
Brad Yasar, seorang pengusaha di Los Angeles, juga pernah mengalami hal serupa.
Ia kehilangan private key Bitcoinnya bertahun-tahun yang lalu.
“Selama bertahun-tahun saya menghabiskan ratusan jam mencoba untuk bisa masuk ke dompet tempat Bitcoin berada, tapi sia-sia,” kata Yasar, yang memiliki beberapa komputer desktop yang berisi ribuan Bitcoin yang ia buat, atau dari hasil tambang.
Lain cerita dengan Gabriel Abed, ia kehilangan kehilangan sekitar 800 Bitcoin ketika seorang kolega memformat ulang laptop miliknya pada 2011 lalu, yang mana berisi private key ke dompet Bitcoin.
Menurut firma data cryptocurrency, Chainalysis, dari 18,5 juta Bitcoin yang ada, sekitar 20 persennya diyakini hilang atau berada di dompet digital yang terabaikan, sebagaimana dihimpun KompastTekno dari New York Times, Kamis (14/1/2021).
Jika dikonversi, jumlah Bitcoin yang hilang itu mencapai 140 miliar dollar AS atau kira-kira Rp 1.978 triliun.
Fenomena lupa kata sandi ini, akhirnya mendatangkan berkah bagi layanan servis dompet digital, sebuah bisnis yang membantu menemukan kunci digital yang hilang.
Pihak layanan servis melaporkan setidaknya mereka menerima 70 permintaan recovery password dalam sehari, dari orang-orang yang menginginkan bantuan untuk memulihkan akun mereka.
Jumlah tersebut naik tiga kali lipat dibandingkan bulan lalu.
Sebagai informasi, harga aset kripto Bitcoin (BTC) terus mencetak rekor-rekor baru dalam setahun belakangan.
Pada awal Januari 2021, harga Bitcoin tembus Rp 500 juta per koin.
Secara tahunan, harga Bitcoin sudah mengalami kenaikan lebih dari 400 persen.
Karena tren yang positif ini, banyak pemegang Bitcoin menjadi sangat kaya dalam waktu singkat, bahkan ketika pandemi virus corona telah menghantam ekonomi dunia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Lupa Password, Pemuda Ini Tak Bisa Akses Bitcoin Senilai Rp 3,1 Triliun