Ramadan 2021

Inilah Dialog Nabi Muhammad SAW dan Nabi Musa Tentang Perintah Salat, Awalnya 50 Waktu, Lalu Jadi 5

Inilah Dialog Nabi Muhammad SAW dan Nabi Musa Tentang Perintah Salat, Awalnya 50 Waktu, Lalu Jadi 5

Penulis: Eko Darmoko | Editor: eko darmoko
islampos.com
Nabi Muhammad SAW 

Peristiwa Isra selalu lekat dengan keberadaan hewan Buraq. Mengenai Buraq, dalam Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad SAW berkata (Hadits Shahib Tirmidzi): “Ketika aku mendekati hewan tersebut untuk menaikinya, hewan tersebut menunjukkan sikap tidak suka, kemudian Malaikat Jibril menegurnya dan berkata ‘Kenapa engkau tidak malu atas apa yang engkau perbuat, wahai Buraq? Demi Allah, engkau memang pernah dinaiki hamba Allah sebelum Muhammad namun tak satu pun dari mereka yang lebih mulia di sisi Allah daripada Muhammad’. Buraq pun merasa malu hingga keringatnya bercucuran. Setelah itu, ia bersikap jinak kemudian aku menaikinya.”

Setelah Nabi Muhammad SAW menuntaskan perjalanan Isra, kemudian beliau melanjutkan perjalanan Miraj menuju langit bertemu dengan para nabi, para malaikat, dan Allah SWT.

Ibnu Ishaq berkata: “Demikianlah yang terjadi dengannya hingga sampai di langit ketujuh, lalu beliau bertemu dengan Tuhan-Nya dan Allah mewajibkan kepadanya lima puluh salat wajib dalam sehari.”

Setelah mendapat perintah salat lima puluh, Nabi Muhammad SAW turun dan berpapasan dengan Nabi Musa. Terjadilah dialog atau percakapan antara Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Musa tentang jumlah salat.

Nabi Musa beranggapan bahwa salat lima puluh kali sangat berat untuk diterapkan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Nabi Musa meminta Nabi Muhammad SAW menemui Allah SWT kembali untuk meminta keringanan.

Singkat kisah, setelah bolak-balik menemui Allah SWT untuk meminta keringanan ihwal jumlah salat, Nabi Muhammad SAW pun menyampaikan kepada Nabi Musa bahwa jumlah salat dikurangi menjadi lima kali. Namun, Nabi Musa menganggap salat lima waktu masih terlalu berat untuk diterapkan kepada umat.

Nabi Musa meminta Nabi Muhammad SAW kembali meminta keringanan kepada Allah SWT, namun Nabi Muhammad SAW sungkan karena terus-terusan meminta keringanan kepada Allah SWT.

Tentang hal ini, dalam Sirah Nabawiyah Nabi Muhammad SAW berkata (Hadits Shahih Bukhari Muslim): “Aku telah bolak-balik menghadap Tuhanku dan meminta-Nya hingga aku merasa malu kepada-Nya. Aku tidak melakukannya lagi.” (Eko Darmoko)

Sirah Nabawiyah karya Ibnu Ishaq Syarah dan Tahqiq Ibnu Hisyam edisi bahasa Indonesia terbitan Akbar Media terbitan 2018
Sirah Nabawiyah karya Ibnu Ishaq Syarah dan Tahqiq Ibnu Hisyam edisi bahasa Indonesia terbitan Akbar Media terbitan 2018 (SURYAMALANG.COM/Eko Darmoko)

Sejarah Asal Usul Nama Nabi Muhammad SAW dari Kesaksian Abdul Muttalib dan Aminah, Ada Cahaya Terang

Nabi Muhammad SAW merupakan putra dari pasangan Abdullah bin Abdul Muttalib dan Aminah bin Wahab bin Abd Manaf bin Zuhra.

Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT ke dunia untuk menyempurnakan ajaran agama Islam.

Muhammad diutus untuk menyampaikan risalah sekaligus kabar baik kepada seluruh manusia.

Muhammad lahir pada Tahun Gajah atau tahun 570 Masehi, dikutip SURYAMALANG.COM dari buku ‘Sejarah Hidup Muhammad’ karya Muhammad Husain Haekal terbitan Pustaka Jaya cetakan kelima 1980.

Dalam buku itu disebutkan, mengutip Caussin de Perceval dalam Essai sur I’Histoire des Arabes, Nabi Muhammad SAW dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan di Mekkah di rumah kakeknya, Abdul Muttalib.

Perihal pemberian nama Muhammad kepada bayi yang dilahirkan Aminah, masyarakat Quraisy bertanya-tanya soal 'keanehan' nama itu, nama yang terdengar asing di kalangan Quraisy.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved