Kapal Selam Nanggala Hilang

Apa Itu Black Out Kapal Selam KRI Nanggala 402 dan Kenapa Ada Temuan Tumpahan Minyak? Ini Kata Pakar

Dispenal melalui keterangan tertulis pada Rabu malam menyebut Kemungkinan saat menyelam statis terjadi black out sehingga kapal tidak terkendali

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
Kolase - SURYAMALANG.COM/Sulvi Sofiana -Ahmad Zaimul Haq
Pakar Kelautan ITS, Ir Wisnu Wardhana MSc PhD dan Foto dokumen aksi KRI Nanggala-402 saat peringatan HUT ke-69 TNI yang digelar di Dermaga Ujung, Koarmatim, Surabaya, Selasa (7/10/2014) 

Penulis : Sulvi Sofiana , Editor : Dyan Rekohadi

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Pakar Kelautan ITS, Ir Wisnu Wardhana MSc PhD mencoba menganalisa kondisi yang dialami kapal selam KRI Nanggala 402 yang hingga kini dinyatakan hilang contak.

Wisnu Wardhana menganalisa berdasarkan kondisi terakhir KRI Nanggala 402 dari keterangan resmi Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) .

Salah satu keterangan resmi Dispenal menyebutkan kapal selam KRI Nanggala-402 diduga sempat mengalami black out atau mati listrik sebelum hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021). 

Dispenal melalui keterangan tertulis pada Rabu malam menyebut : "Kemungkinan saat menyelam statis terjadi black out sehingga kapal tidak terkendali dan tidak dapat dilaksanakan prosedur kedaruratan (seharusnya ada tombol darurat untuk menghembus supaya kapal bisa timbul ke permukaan). Sehingga kapal jatuh pada kedalaman 600-700 meter,"

Selain itu disebutkan dalam upaya pencarian kapal melalui pemantauan udara menggunakan helikopter, ditemukan adanya tumpahan minyak di sekitar area hilangnya KRI Nanggala-402.

Tumpahan minyak itu kemungkinan muncul karena kerusakan tangki BBM akibat tekanan air laut. 

Terkait dugaan black out KRI Nanggala 402, Wisnu Wardhana menyebut kemungkinannya harus dilihat dari beberapa sisi.

Apakah akibat media air yang resultannya nol ataukah kerusakan peralatan teknis ?

Ia menerangkan, sistem komunikasi dalam kapal selam ada 2, yaitu saat kapal di permukaan dan kapal di bawah permukaan air.

Jika berada di permukaan air, sebagian badan kapal selam muncul di permukaan dan komunikasi lewat radar bisa relatif lebih stabil.

Kalau saat kapal di bawah permukaan (di air penuh) komunikasi melewati sonar (ada mekanisme bergetar) frekuensi ini yang dirambatkan melalui air.

Kalau media komunikasi lewat air maka kualitas komunikasi tergantung dari karakter air.

"Misalkan arusnya tinggi, maka media komunikasi akan terbawa mengikuti arus air. Belum lagi parameter media komunikasi yang lain."

"Semua parameter media berinteraksi dengan satu sama lain. Maka bisa terjadi resultan nol yang sampai ke penerima. Ini yang dinamakan black out atau hilangnya kontak" papar Wisnu pada SURYAMALANG.COM.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved