KH Agus Sunyoto Meninggal Dunia

Biodata KH Agus Sunyoto yang Wafat, Pengasuh Ponpes Tarbiyatul Arifin Malang dan Ketua Lesbumi PBNU

Ketua Lesbumi PBNU KH Agus Sunyoto meninggal dunia di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya, Jawa Timur pada Selasa (27/4/2021).

Editor: Dyan Rekohadi
Dok PBNU
Ketua Lesbumi PBNU KH Agus Sunyoto meninggal dunia di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya, Jawa Timur pada Selasa (27/4/2021). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Innalilahi wa innalilahi rojiun, telah meninggal dunia, KH Agus Sunyoto, Ketua Lesbumi PBNU pada Selasa (27/4/2021)

Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi)  PBNU ini meninggal dunia di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya, Jawa Timur. 

Kabar duka meninggalnya KH Agus Sunyoto juga disampaikan melalui akun resmi Nahdlatul Ulama.

"Sunyoto, Ketua Lesbumi PBNU. Semoga seluruh amal baik almarhum diterima Allah Swt, seluruh khilaf diampuni-Nya dan memperoleh tempat yang terbaik di sisi-Nya. Al Fatihah," tulis @nahdlatululama.

KH Agus Sunyoto merupakan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Labiyatul Arifin di Malang.

Beliau meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit.

Sekretaris Lesbumi PBNU, Sastro Adi, KH Agus Sunyoto menyebut KH agus Sunyoto diketahui menderita penyakit diabetes. 

Pemakaman KH Agus Sunyoto disebut akan digelar di pemakaman keluarga yang berlokasi di Dusun Mbabatan, Desa Sumber Cangring, Kecamatan Nggurah, Kediri.

Sebelumnya sempat dikabarkan almarhum akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Tembok Surabaya.

Salah satu penulis,  Abdullah Wong mengenak sosok Kh Agus Sunyoto sebagai sosok yang tidak hanya memberi teladan akan kedalaman intelektual yang bersifat kognitif dan rasa, tetapi juga pengetahuan yang berbasis local wisdom. 

"Satu hal yang membedakan KH Agus Sunyoto, beliau mencerminkan pelaku ulama yang asketik. Ketika orang lain mudah melekat dengan gelimang harta, Ki Agus memilih jalan melepaskan dari itu semuanya," kata Abdullah Wong. 

Sebagai sosok yang sederhana, Ki Agus pernah menjual motornya untuk bisa menerbitkan bukunya. Ki Agus juga kadang tidak menerima gajinya untuk diberikan kepada orang lain. 

"Ki Agus mendatangi sendiri janda tua dan anak yatim untuk memberi bantuan," kata Abdullah. 

Kyai Agus juga dikenal keras membicarakan tentang menjadi mandiri tetapi juga terus mengingatkan untuk tidak melupakan sejarah.

"Dari seluruh karyanya, karya besar Ki Agus adalah dirinya sendiri. Ki Agus adalah buku yang belum tuntas kami baca. Selamat jalan Guru, Kyai," tutup Abdullah. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved