Berita Batu Hari Ini

MCW Soroti Proyek Kereta Gantung dan Kedatangan Luhut Binsar Panjaitan di Kota Batu

Menurut Divisi Advokasi Unit Monitoring Hukum dan Peradilan MCW, Raymond Tobing mengatakan, kedatangan Luhut ke Kota Batu untuk proyek kereta gantung

Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Panjaitan didampingi Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko saat berkunjung ke Kota Batu pada Senin, 26 April 2021. 

SURYAMALANG.COM, BATU – Malang Corruption Watch (MCW) menyoroti kedatangan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Panjaitan ke Kota Batu pada Senin, 26 April 2021. MCW mempertanyakan urgensi pembangunan kereta gantung di Kota Batu.

Menurut Divisi Advokasi Unit Monitoring Hukum dan Peradilan MCW, Raymond Tobing mengatakan, kedatangan Luhut ke Kota Batu untuk melihat progres proyek kereta gantung mengundang tanda tanya. Apalagi proyek kereta gantung di Kota Batu merupakan proyek besar yang membutuhkan dana ratusan miliar Rupiah.

“Kedatangan Luhut Binsar Panjaitan ke Kota Batu tentunya menjawab semuanya. Proyek ini sudah bisa ditebak sumber pendanaannya. Ya, lagi-lagi dari investor. Entah investor lokal maupun investor asing hanya tinggal menunggu waktu untuk mendapatkan jawabannya,” ujar Raymond dalam keterangan resmi yang dibagikan kepada SURYAMALANG.COM.

MCW menilai skema investasi dalam proyek kereta gantung hanya untuk kepentingan bisnis belaka. Bila memang sanggup menghimpun dana sebesar itu, MCW memandang bahwa Pemerintah Kota Batu seharusnya mempertimbangkan urgensi pembangunan kereta gantung.

“Sebab masih banyak sektor lain yang lebih mendesak, misalnya sektor pelayanan publik dasar,” paparnya.

MCW mengingatkan akan banyaknya catatan merah Pemkot Batu terkait pembangunan sektor pariwisata yang merusak lingkungan. Praktik “bangun dulu, izin belakangan” salah satunya.

Kota Batu yang katanya memiliki potensi agro wisata nyatanya gagal dan kerap abai dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Selain itu, minimnya perhatian kepada masalah penyusutan lahan pertanian juga menjadi ancaman.

Pembangunan kereta gantung ini menjadi perhatian serius MCW. Selain membutuhkan dana yang besar, juga melintasi wilayah yang luas. Proyek pembangunan pada umumnya menggunakan alat-alat berat dan pastinya membutuhkan ruang khusus.

“Untuk memenuhi kebutuhan ruang itu, hal yang biasanya dilakukan adalah membuka lahan. Tak terkecuali proyek pembangunan kereta gantung Kota Batu ini. Dari luasnya wilayah yang dilintasi untuk membangun proyek tersebut, tentu potensi kerusakan lingkungannya juga besar,” papar Raymond.

Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko berbicara mengenai rencana pembangunan kereta gantung yang sejauh ini masih dalam proses menyiapkan regulasi. Regulasi sedang disusun sematang mungkin karena kata Dewanti, kereta gantung di kota kali ini adalah yang pertama di Indonesia.

“Perlu diketahui, investornya tidak hanya investor besar tapi juga masyarakat Kota Batu. Saya dan kepala daerah Malang Raya berkolaborasi untuk mewujudkan Malang Raya membangun secara bersama sehingga ketiga daerah bisa maju bersama. Untuk itu, kami butuh arahan Pak Menteri untuk pembangunan Malang Raya ini sebaik-baiknya,” kata Dewanti di hadapan Luhut.

Kota Batu memiliki potensi wisata alam yang begitu besar. Selain ada wisata alam, di Kota Batu juga terdapat wisata buatan seperti wahana yang ada di Jatim Park Group. Dalam sebuah acara diskusi yang berlangsung di Graha Pancasila, Balaikota Among Tani, sejumlah investor besar turut dihadirkan di sana.

Mengenai kebutuhan pendanaan proyek kereta gantung itu, Luhut mengatakan akan membantu menindaklanjuti.

“Kereta gantung ini akan kami bantu follow up, tadi sudah sampai Desa Jeru itu ada beberapa fase. Nanti kebutuhannya akan dihitung,” ungkapnya.

Soal dana yang dibutuhkan, Menko Luhut mengaku telah mendapat masukan dari Deputi Seto. Ia pun menegaskan bahwa dana yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Dia juga menekankan, akan melihat dari sisi penghematan biaya.

"Tadi Seto sudah sampaikan, kebutuhannya Rp 470 miliar. Saya kira angka itu tidak terlalu besar, ini bisa dilakukan apalagi dengan pengalaman di Jakarta itu mengajari kami untuk bisa menghemat cost," tukasnya. 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved