Wawancara Eksklusif
Wawancara Ekslusif GM Angkasa Pura I Bandara Juanda Surabaya Kolonel Laut (P) Kicky Salvachdie
Berikut petikan wawancara ekslusif SURYAMALANG.COM dengan GM PT Angkasa Pura 1 Bandara Juanda Surabaya Kolonel Laut (P) Kicky Salvachdie.
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: isy
Kicky Salvachdie: Kami akan segera mengoperasikan terminal baru. Terminal baru ini untuk Umrah dan haji. Kalau tidak ada halangan Juni dibuka. Sambil menunggu kebijakan Arab Saudi.
SURYA: Soal karier, Dengan usia relatif muda (47), Anda sudah dipercaya menjadi GM yang mengurusi bisnis dalam situasi pandemi?
Kicky Salvachdie: Sebagai prajurit siap saat diperintah atasan kapan pun. Pak Kasal memberi kepercayaan harus dijaga dengan baik. Saya pernah menjadi Komandan Pusdik Kodiklatal yang mendidik para prajurit. Juga Direktur Perencanaan di Puspenerbal. Terus terang saya tak menduga bisa jadi GM. Artinya pebisnis. Ini Tantangan besar karana dalam situasi pandemi. Makasih apa pun, masalah harus jadi peluang.
SURYA: Sempat grogi saat dinyatakan pimpin Bandara Juanda?
Kicky Salvachdie: Saya sudah kuat mental. Sudah terbiasa hubungan dengan masyararakat dengan berbagai lapisan.
SURYA: Januari 2021 jadi GM. Tantangan utama yang paling dirasakan setelah beberapa bulan memimpin Bandara Juanda dalam situasi pandemi?
Kicky Salvachdie: Saat ini memang masih dalam situasi yang tidak mudah karena pandemi. Target pusat mendapatkan benefid. Mendapat
Keuntungan, efisiensi dan memberikan rasa aman dan nyaman penumpang. Saya tidak boleh lelah kejar target ini.
SURYA: Tentang keluarga, adakah putra Bapak yang ingin jadi tentara?
Kicky Salvachdie: Saya dibesarkan dari keluarga besar TNI AU. Bapak sebagai staf Administasi atau sipil di Jakarta. Daftar taruna Akabri 1992 diterima. Ibu sebenarnya ingin saya jadi sarjana komputer. Saat ini tiga anak saya, anak yang terakhir yang ingin seperti bapaknya.
SURYA: Hal yang paling tidak bisa dilupakan sepanjang karier sebagai perwira TNI AL hingga saat ini apa?
Kicky Salvachdie: Lulus Akabri (AAL) konsentrasi pendidikan penerbangan di Penerbangan AL (Penerbal). Komandna Skuaddok hingga jadi Komandan Lanal. Kemudian diminta menjadi Direktur Perencanaan Puspenerbal dan terakhir Komandna Pusdik Kodiklatal.
Momen yang tidak mungkin saya lupakan sampai kapan pun adalah saat sekitar tahun 2000 saya mendapat tugas patroli dari Jakarta ke Selat Bangka. Di tengah terbang, pesawat nomad (Double engine), satu mesin mati. Saat itulah pikiran tidak-tidak muncul. Saya merasa hidup saya berakhir. Namun berkat Doa dan tetap tenang untuk terus berusaha hingga sampai ke Bangka. Sekembalinya ke Jakarta normal karena sudah diperbaiki.
Saya juga bangga saat membawa pejabat dalam cuaca buruk. Tapi saya melihat penumpang saya ini tenang. Padahal sangat berisiko. Saya tanya, kok pejabatnya tenang. Dijawab karena pilotnya tenang, penumpangnya ikut tenang.