Berita Blitar Hari Ini

Pelaku Usaha Tahu dan Tempe Kota Berharap Ada Subsidi dari Pemerintah Saat Harga Kedelai Mahal

Mahalnya harga kedelai sangat berdampak terhadap produksi para pelaku usaha tahu dan tempe di Kota Blitar.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Samsul Hadi
Pekerja sedang memproduksi tahu di sentral pabrik tahu dan tempe Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Jumat (4/6/2021). 

SURYAMALANG.COM, BLITAR - Mahalnya harga kedelai sangat berdampak terhadap produksi para pelaku usaha tahu dan tempe di Kota Blitar.

Para pelaku usaha tahu dan tempe berharap ada kebijakan dari pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menstabilkan lagi harga kedelai.

Kelurahan Pakunden merupakan sentral produksi tahu dan tempe di Kota Blitar

Koordinator Paguyuban Pelaku Usaha Tahu dan Tempe di Kelurahan Pakunden, Imam Sutanto mengatakan sampai sekarang belum ada kebijakan baik dari pemerintah khususnya Pemkot Blitar yang menyentuh para pelaku usaha tahu dan tempe di Kelurahan Pakunden saat terjadi kenaikan harga kedelai

Selama ini, para pelaku usaha menyiasati sendiri produksinya agar tetap bisa bertahan di tengah harga kedelai mahal. 

"Belum ada kebijakan dari Pemkot Blitar untuk membantu produksi para pelaku usaha tahu dan tempe saat harga kedelai mahal," kata Imam kepada SURYAMALANG.COM, Jumat (4/6/2021).

Imam berharap ada subsidi maupun operasi pasar untuk menstabilkan harga kedelai.

Dengan begitu, para pelaku usaha tahu dan tempe bisa sedikit bernapas untuk mempertahankan produksinya.

"Kalau belum bisa melakukan operasi pasar, setidaknya ada subsidi bagi para pelaku usaha tahu dan tempe untuk membeli kedelai," ujarnya.

Wakil Ketua DPRD Kota Blitar, Agus Zunaidi mengatakan Pemkot Blitar harus segera turun tangan untuk membantu para pelaku usaha tahu dan tempe di saat harga kedelai mahal.

Agus meminta Pemkot Blitar memberikan subsidi kepada para pelaku usaha tahu dan tempe untuk membeli kedelai sebagai bahan baku produksi.

"Pemkot harus memberi subsidi agar para pelaku usaha tahu dan tempe tetap bisa produksi."

"Di masa pandemi dan harga kedelai mahal menjadi masa sulit bagi para pelaku usaha tahu dan tempe untuk mempertahankan produksi," kata politikus PPP itu. 

Seperti diketahui, para pelaku usaha tahu dan tempe di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, terseok-seok untuk mempertahankan usahanya selama pandemi Covid-19.

Produksi usaha tahu dan tempe sempat surut di awal-awal terjadi gelombang pandemi Covid-19 pada 2020.

Pandemi belum berakhir, para pelaku usaha dihantam kenaikkan harga kedelai yang menjadi bahan baku utama produksi pada 2021.

Sekarang, harga kedelai tembus di angka Rp 10.500/kg sampai Rp 11.000/kg.

Sebelumnya, harga normal kedelai sekitar Rp 6.800/kg sampai Rp 7.000/kg.

Untuk tetap bertahan, para pelaku usaha tahu dan tempat di Kelurahan Pakunden, Kota Blitar, menyiasati dengan memperkecil ukuran produksi.

Selain itu, mereka juga mengurangi produksi selama harga kedelai masih tinggi.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved