Berita Malang Hari Ini
PKM GT ITN Malang Bantu Atasi Limbah Batik Pekalongan
Limbah dari proses batik di Pekalongan, Jawa Tengah menjadi perhatian tiga mahasiswa Teknik Kimia S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: isy
Berita Malang Hari Ini
Reporter: Sylvianita Widyawati
Editor: Irwan Sy (ISY)
SURYAMALANG.COM | MALANG - Limbah dari proses batik di Pekalongan, Jawa Tengah menjadi perhatian tiga mahasiswa Teknik Kimia S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Mereka adalah, Yana Risma Aulia, Adrian Muhammad Zuhdi, Zabilla WulandayanI.
Mereka telah lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) dari Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud Tahun 2021.
Judul PKM GT mereka adalah Appropriate Concept to Advance Village: Optimalisasi Potensi Kekayaan Alam Desa Sebagai Upaya Mewujudkan Desa Kreatif Berbasis Ecopreneurship.
Menurut Ketua Tim PKM-GT, Yana Risma Aulia, daerah sentra pengrajin batik Pekalongan sebenarnya telah dilengkapi dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
Selain itu ada pengolahan dengan cara elektrolisis, merupakan pengolahan limbah cair tekstil/batik.
Zat warna dari senyawa organik dapat terurai dengan anoda, dan tidak memerlukan tambahan bahan kimia.
Tapi hal ini kurang dimaksimalkan oleh para perajin batik.
Bahkan ada yang dibuang ke sungai sehingga terjadi pencemaran sungai.
“Lewat PKM-GT ini, kami membuat konsep ecopreneurship. Yaitu membuat edu-water treatment yang dikemas dengan wisata pembelajaran tempat pengolahan limbah," jelas Yana pada wartawan lewat Zoom beberapa waktu lalu.
Maka tempatnya dibuat edukatif.
Selain masyarakat mendapatkan sumber air bersih yang menyehatkan, juga dapat menciptakan peluang ekonomi masyarakat.
Di kawasan sentra industri batik itu nantinya dikonsep ada dibuat taman edukasi, taman bermain, kolam pemancingan, taman wisata pengolahan limbah, dan lain-lain.
Untuk tempat edukasi, akan diberikan edukasi cara mengolah limbah batik.
Edukasi tidak hanya diberikan kepada wisatawan, tapi utamanya pada para pemilik dan perajin batik.
Seperti pentingnya menggunakan sarung tangan.
Sebab proses pewarnaan batik berpotensi menyebabkan kanker kulit, serta pentingnya menggunakan pewarna alami dari tumbuhan, seperti jambu biji, jati, nangka, dan lain-lain.
Dwi Ana Anggorowati ST MT, dosen pendamping PKM-GT menambahkan, dalam PKM-GT mahasiswa diminta mencari ide untuk mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.
Seperti halnya permasalahan limbah yang ada di desa-desa sentra pengrajin batik Pekalongan lewat program ecopreneurship.
Menurut Ana, permasalahan limbah perlu segera diatasi.
Mengingat kondisi pencemaran sungai sudah melewati ambang batas baku mutu air.
Selain mengatasi limbah, program ini juga memberikan dampak sosial pada masyarakat, yaitu bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar lokasi wisata tersebut.