Waspada Gangguan Mental Saat Lakukan Isolasi Mandiri, Risiko 1 dari 5 Pasien Covid-19 Bisa Mengalami
Studi yang dipublikasikan di jurnal The Lancet mengungkap jika sekitar 20 persen pasien Covid-19 mengalami masalah mental.
Penulis: Frida Anjani | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Waspada alami gangguan mental bagi pasien Covid-19 saat melakukan isolasi mandiri.
Studi yang dipublikasikan di jurnal The Lancet mengungkap jika sekitar 20 persen pasien Covid-19 mengalami masalah mental.
Masalah itu bahkan bisa terjadi hingga berminggu-minggu.
Masalah mental yang bisa terjadi seperti depresi, kecemasan, atau demensia, dan itu bisa terjadi dalam waktu 3 bulan setelah diagnosis.
Risiko mereka berlipat ganda dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar Covid-19.
Dilansir dari Healthline via Tribun Wow, sebuah survei terbaru dari Ekuador juga menunjukkan bahwa pasien Covid-19 umumnya mengalami kecemasan, insomnia, depresi, dan gangguan stres pascatrauma.
“Covid-19 dapat mengakibatkan masalah psikologis karena stres pandemi dan efek fisik dari penyakit ini,” kata Brittany LeMonda, PhD, neuropsikolog senior di Lenox Hill Hospital di New York City.

Para peneliti dari University of Oxford dan NIHR Oxford Health Biomedical Research Center mengevaluasi catatan kesehatan 69 juta orang di Amerika Serikat, termasuk lebih dari 62 ribu orang yang didiagnosis dengan Covid-19.
Hampir 6 persen orang dewasa yang didiagnosis dengan Covid19 mengembangkan gangguan kejiwaan untuk pertama kalinya dalam 90 hari, dibandingkan dengan hanya 3,4 persen pasien yang tidak memiliki Covid-19.
Dengan kata lain, mereka yang terinfeksi Covid-19 memiliki risiko dua kali lebih besar untuk mengalami gangguan mood atau kecemasan untuk pertama kalinya.
Orang yang lebih tua dan terinfeksi Covid-19 juga memiliki risiko dua hingga tiga kali lebih besar untuk mengalami demensia.
Para peneliti menemukan bahwa memiliki gangguan kejiwaan pada tahun sebelum dites positif Covid-19 dikaitkan dengan risiko 65 persen lebih besar untuk terkena penyakit tersebut.
Hal ini diduga karena kebaruan dan dampak dari penyakit Covid-19.
Meski merupakan penyakit yang tergolong baru, penyakit ini telah memberikan dampak besar bagi masyarakat.
Terlebih ketika angka-angka kematian yang terpampang setiap harinya.