Berita Batu Hari Ini

Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang Bikin Perusahaan Pengolahan Limbah Minyak Goreng

Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang Bikin Perusahaan Pengolahan Limbah Minyak Goreng

Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Foto bersama ibu-ibu dari Kecamatan Bumiaji dengan pihak PT Zerolim seusai sosialisasi tentang penanganan limbah jelantah di Kantor Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. 

SURYAMALANG.COM, MALANG – Di saat banyak masyarakat mencari minyak goreng untuk kebutuhan sehari-hari, di sisi lain ada anak-anak kreatif yang justru mencari limbah minyak goreng atau jelantah untuk kebutuhan mereka juga.

Anak-anak itu adalah para mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang yang mendirikan perusahaan bernama PT Zerolim Tekno Lestari pada 2021.

Zerolim adalah kependekan dari Zero Limbah. Sebuah gerakan yang bertujuan untuk melindungi lingkungan dan memperbaiki manajemen pengelolaan sampah di Indonesia.

PT Zerolim beralamat di Jl. Perusahaan Raya No 8, Singosari, Kabupaten Malang.

PT Zerolim didirikan oleh anak-anak muda berstatus mahasiswa. Mereka terdiri atas Fadli Robbi dari Fakultas Pertanian, lalu Fawwaz Daffa Muhammad dari Fakultas Ilmu Komputer, Rendy Teguh Bayu Asmoro dari Fakultas MIPA dan Trisa Oktavianti dari Fakultas Pertanian.

Meskipun semuanya berasal dari disiplin ilmu yang berbeda, namun mereka memiliki kesamaan visi dan misi, terutama tentang pengelolaan minyak jelantah.

Fadli, saat ditemui di Kota Batu menjelaskan, mereka belajar tentang minyak jelantah dan potensi ekonomisnya dari Google.

“Karena kami mahasiswa banyak keponya, makannya kami googling. Kami berguru ke Mbah Google. Dari situ, kami tahu permasalahan di lapangan seperti apa dan potensinya bagaimana.” Ujar Fadli kepada SURYAMALANG.COM.

Hasilnya, minyak jelantah yang diolah menjadi biodiesel telah diekspor ke pasar Eropa.

Negara-negara yang menerimanya seperti Jerman dan Belanda. Sebelum menjadi seperti saat ini, PT Zerolim adalah nama tim yang mengikuti lomba tingkat nasional mewakili Universitas Brawijaya pada 2019.

Empat orang di atas adalah kelompok mahasiswa yang mengikuti kompetisi. Di dalam kompetisi tersebut, para peserta harus bisa memecahkan persoalan sosial dan membuka wirausaha. Dari kompetisi itu, mereka memenangkan pendanaan sehingga memacu perkembangan.

“Hasilnya kami menang, lalu kami dapat dana hibah. Jadi starting point-nya di situ,” ujar Fadli.

Apalagi masih tidak banyak pihak yang bergerak di sektor pengolahan jelantah. Seiring waktu, Zerolim semakin berkembang dengan pendampingan universitas di bawah badan inovasi dan inkubator.

Menjadi pertanyaan banyak orang, mengapa harus jelantah? Fadli menjawab bahwa jelantah adalah persoalan lingkungan yang kerap ia temui di lingkungannya, terutama lingkungan perguruan tinggi. Di sejumlah tempat dekat perguruan tinggi, banyak dibuka warung-warung makan.

Di sana, banyak sekali jelantah yang dibuang sembarang. Padahal, pembuangan jelantah sembarangan tersebut tidak baik bagi lingkungan.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved