Berita Batu Hari Ini
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang Bikin Perusahaan Pengolahan Limbah Minyak Goreng
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang Bikin Perusahaan Pengolahan Limbah Minyak Goreng
Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
“Karena banyak ditemukan warung makan pinggir jalan. Itu banyak sekali di sekitar universitas, mahasiswa makan di situ. Dulu kami tidak berpikir jelantah, kami berpikir menyelesaikan masalah lingkungan, ketika kami datang, ternyata permasalah lingkungan yang berpotensi jelantah ini,” ungkapnya.
Berdasarkan pengalaman Fadli di lapangan, masih banyak pengelola warung yang bingung mengelola jelantah. Ada yang dibuang langsung, ataupun dimasukan terlebih dahulu ke botol.
“Jelantah bisa mencemari biota di sungai. Cahaya matahari juga tidak bisa masuk ke perairan. Semakin asam karena sering dipakai menggoreng, itu berbahaya bagi makhluk hidup. Kalau dibuang ke tanah, tanah menjadi tidak subur,” terangnya.
Sejak saat itu, konsen terhadap pengelolaan jelantah didalami. Berbagai program dijalankan, terutama menyasar kepada kesadaran masyarakat. Mereka menggandeng para ibu-ibu rumah tangga untuk menjadi pahlawan, yakni orang-orang yang mengumpulkan minyak jelantah lalu ditukarkan dengan uang kepada PT Zerolim.
“Jadi ibu-ibu bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari limbah yang tidak terpakai. Di sisi lain tidak perlu modal. Ini yang kami angkat di publik, ini benar-benar bisa menghasilkan penghasilan sendiri,” terangnya.
Saat ini, PT Zerolim bisa menampung 50 ton jelantah per bulan. Pasokan itu berasal dari masyarakat, skala industri besar, lalu home industri. Mereka mendapat kepercayaan mengelola limbah jelantah.
“Awalnya, justru kami yang dihubungi. Kami telah membangun personaliti melalui sosial media. Kami membranding itu, sehingga banyak perusahaan yang menghubungi kami untuk mengelola limbah. Ada beberapa perusahaan, tapi kami juga fokus di masyarakat,” ujarnya.
Sampah-sampah jelantah yang terkumpul itu berasal dari Kota Malang, Kota Batu, dan sedang dalam tahap penjajakan di Kabupaten Blitar dan Lamongan. Seiring semakin moncernya PT Zerolim, dari yang semula hanya empat orang, saat ini telah ada 20 orang karyawan.
Untuk mengembangkan bisnisnya, dalam waktu dekat ini, PT Zerolim juga berencana mengelola limbah sampah plastik. Mereka bekerjasama dengan perusahaan untuk mengelola limbah bijih plastik. Di akhir wawancara, Fadli menegaskan komitmen untuk menjadi platform solusi manajemen sampah di Indonesia.
“Gerakan sosial banyak dilakukan karena bencana alam, sementara masih belum banyak yang peduli dengan alam. Kami ingin masyarakat bisa menaruh kepedulian terhadap lingkungan atau alam,” tutup lelaki berusia 22 tahun tersebut.