Pemimpin ISIS, Abu Ibrahim Al-Hashimi Al-Quraishi Tewas, Sosok Low-profile Tapi Brutal

Pemimpin ISIS, Abu Ibrahim Al-Hashimi Al-Quraishi tewas dalam serangan operasi khusus Amerika Serikat (AS) di Suriah.

Editor: Zainuddin
metro.co.uk
Militan ISIS 

Kemudian Al-Quraishi membelot dan mendirikan Negara Islam Irak (ISI), kemudian Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Al-Quraishi membantu Baghdadi menguasai kota utara Mosul pada tahun 2014, kata CEP.

Lembaga pemikir tersebut mengatakan Al-Quraishi cepat memantapkan diri di antara jajaran senior pemberontak dan dijuluki 'Profesor' dan 'Penghancur'.

Dia sangat dihormati di antara anggota ISIS sebagai 'pembuat kebijakan brutal' dan bertanggung jawab untuk menghilangkan mereka yang menentang kepemimpinan Baghdadi.

Dia mungkin paling dikenal karena memainkan peran utama dalam kampanye militan likuidasi minoritas Yazidi (Irak) melalui pembantaian, pengusiran, dan perbudakan seksual, kata Jean-Pierre Filiu, analis di Universitas Sciences Po di Paris.

Presiden AS, Joe Biden mengatakan ancaman teroris global telah hilang ketika Al-Quraishi meledakkan diri.

Al-Quraishi meledakkan diri setelah pasukan khusus AS menyerbu tempat persembunyiannya di Suriah dalam serangan helikopter malam hari.

Mantan pejabat PBB dan direktur CEP, Hans-Jakob Schindler menyebut kematian Al-Quraishi sebagai kemunduran besar bagi ISIS dalam hal kehilangan pemimpin kedua.

Schindler mengatakan Quraishi bukan pemimpin yang sangat transformasional.

Sebab, ISIS sudah mulai beralih dari kelompok yang menguasai wilayah di Irak dan Suriah ke jaringan internasional organisasi militan di bawah Baghdadi.

Tapi Filiu berpendapat bahwa pembunuhan Al-Quraishi bisa lebih sulit untuk diatasi daripada Baghdadi.

Dia adalah kepala operasional sejati yang eliminasinya berisiko mencegah kebangkitan kelompok militan, setidaknya untuk sementara.

Damien Ferre, direktur konsultan Jihad Analytics, mengatakan bahwa warisan Al-Quraishi akan menjadi penguatan cabang ISIS di Afghanistan, yang semakin aktif sejak Amerika Serikat setuju pada 2020 untuk menarik pasukannya dari negara itu.

Peneliti lain juga melihat munculnya cabang ISIS di sekitar Danau Chad di Afrika barat sebagai hal yang signifikan, dengan kelompok tersebut berhasil menarik pejuang dari jajaran kelompok teror Nigeria Boko Haram.

"Di front operasional pada masanya, ISIS mendapatkan kembali momentum pada 2020 sebelum melihat kualitas dan kuantitas serangannya turun tahun lalu," kata Ferre.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved