Berita Tulungagung Hari Ini
Kisah Kecap Cap Kuda Han Kioe Bertahan Sejak Tahun 1916 di Tulungagung
Kisah Kecap Cap Kuda Han Kioe Bertahan Sejak Tahun 1916 di Tulungagung
Penulis: David Yohanes | Editor: Zainuddin
Kontrol kualitas dilakukan terutama jika ada komponen produksi yang berubah.
Misalnya jika biasanya menggunakan garam merek tertentu, namun terpaksa ganti merek karena stok yang kosong.
Diakui Hendra, ada nilai-nilai kemanusiaan yang dipertahankan di perusahaan ini.
Secara turun temurun perusahaan menolak menggunakan mesin, dan mempertahankan tenaga manusia.
Hendra menyebut perusahaan padat karya, bukan padat modal.
"Bisa saja saya ganti mesin agar lebih efektif. Tapi sejak dulu papa komitmen, kami tidak sekedar mengejar keuntungan," ucapnya.
Saat ini perusahaan Kecap Cap Kuda Han Kioe mempekerjakan 20 karyawan. Lanjut Hendra, pendahulunya dulu bertekat menjadikan perusahaan ini sarana untuk membantu banyak orang.
Salah satunya merekrut tenaga manusia, dan meningkatkan taraf hidupnya.
Hendra juga bertekat mempertahankan bahan alami untuk bahan baku.
Meski saat ini marak dijual bahan-bahan instan pembuat kecap. Mulai dari olahan fermentasi kedelai yang diubah jadi bahan bubuk instan, pengawet, pemanis buatan, pewarna hingga pengental.
Penggunaan bahan tersebut bisa menekan ongkos produksi dan memperbesar keuntungan.
Menurutnya, ada tanggung jawab memastikan keamanan produknya.
"Setiap tahun kami selalu diperiksa Dinas Kesehatan, dan tidak pernah ditemukan kandungan bahan kimia. Semuanya alami, sejak dulu dari kakek buyut saya," katanya.
Nilai yang tetap terjaga di perusahaan ini adalah memastikan harga tetap terjangkau.
Sebab para pendahulunya menyadari, kecap menjadi bumbu yang sangat berpengaruh pada usaha kuliner. Jika kecap semakin mahal, akan banyak usaha kuliner yang terdampak langsung.