Berita Jawa Timur Hari Ini
Prostitusi Berkedok Warung Kopi Menjamur di Lamongan, Sekali Kencan Rp 70 Ribu
Polres Lamongan melakukan razia penyakit masyarakat (pekat), praktik prostitusi berkedok warung kopi yang kini berkembang di wilayah Lamongan.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|LAMONGAN - Polres Lamongan melakukan razia penyakit masyarakat (pekat), praktik prostitusi berkedok warung kopi yang kini berkembang di wilayah Lamongan.
Komitmen memberantas penyakit masyarakat itu dibuktikan oleh Polres Lamongan dengan merazia dua warung kopi yang kedapatan membuka dan menyediakan kamar untuk praktik prostitusi.
Selain menggerebek warung kopi di Dusun Kedungsono Desa Deket Agung Kecamatan Sugio, pada Rabu (25/5/2022), Tim Jaka Tingkir juga merazia warung di Desa Balun Kecamatan Turi, Senin (30/5/2022).
Dari dua warung yang dirazia ini polisi mendapati dua pasangan bukan suami istri yang sedang berhubungan badan.
Pasangan yang diamankan di warung milik SM (42) tercatat sebagai Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban diamankan pada dini hari, sedang di warung nenek KK (68) di Desa Balun Turi digerebek pada Senin (30/5/2022) pukul 10. 20 WIB.
Di warung milik KK ini, polisi juga mendapati pasangan bukan suami istri yang sedang berhubungan badan.
Penggerebekan yang dilakukan polisi tersebut bermula saat Tim Jaka Tingkir Satreskrim Polres Lamongan menggelar patroli dalam rangka operasi penyakit masyarakat (pekat).
"Dan mendapati informasi jika ada warung kopi yang diduga menjadi tempat prostitusi. Selain di Sugio juga di Desa Balun Kecamatan Turi," kata Kasi Humas, Ipda Anton Krisbiantoro saat dikonfirmasi Surya.co.id (Tribunjatim Network), Senin (30/5/2022) malam.
Kedua pemilik warung kopi berinisial SM (42) dan nenek KK (68) telah diperiksa dan ditetapkan sebagai tersangka.
Selain menetapkan keduanya sebagai tersangka karena menyediakan tempat atau menyewakan kamar untuk praktik prostitusi, polisi juga mengamankan barang bukti berupa, dua celana dalam warna merah dan putih, uang tunai Rp 120 ribu dan kasur lantai.
"Ya kita melakukan operasi pekat di sebuah warung kopi, yang kita duga sebagai tempat prostitusi," kata Anton.
Modus kedua tersangka sama, mereka menyediakan dan atau menyewakan kamar di warung miliknya untuk tempat mesum.
Dan di warung kopi tersebut masing-masing terdapat satu orang perempuan untuk melayani lelaki hidung belang.
Pemilik warung mengambil keuntungan dari penyedia kamar tersebut sebesar Rp. 25.000, sampai Rp 50.000 untuk sekali pakai.
Namun tarif itu masih bisa naik turun tergantung kesepakatan tarif dari laki laki hidung belang.