Berita Tulungagung Hari Ini
Hikmah di Balik Pendemi, Dua Perempuan Tulungagung Ini Sukses Menekuni Batik Ecoprint
Masa pandemi dimanfaatkan untuk mengasah kemampuan, dan menemukan teknik dan formula sendiri. Hasilnya, sekali pameran bisa untung puluhan juta rupiah
Penulis: David Yohanes | Editor: rahadian bagus priambodo
Seiring perkembangan waktu, semakin banyak permintaan produk ecoprint dari Binti.
Produknya pun diberi label Nawrah. Saat pandemi mulai memudar, produk Nawrah semakin digemari secara luas.
"Kami hanya mengandalkan promo lewat media sosial. Jika ada yang pembeli baru kami kirim," ungkapnya.
Namun memasarkan secara daring mempunyai keterbatasan.
Para peminat ecoprint rata-rata ingin melihat produknya secara langsung.
Binti bersama rekannya, Yayuk lebih aktif ikut dalam pameran.
Keduanya juga digandeng asosiasi untuk ikut di aneka pameran yang digelar pemerintah.
Bahkan keduanya kerap ikut pameran secara mandiri. Dengan aktif lewat pameran, produk Nawrah semakin banyak terjual.
Binti mencontohkan, saat pameran 20 hari di Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran Jakarta pusat, dirinya bisa untung hingga Rp 50 juta.
Sebelumnya Nawrah juga mengikuti pameran 7 hari di Cibubur bisa meraup keuntungan Rp 20 juta.
"Sekarang usaha ini benar-benar kami tekuni, karena hasilnya sangat menjanjikan. Usaha yang lama (toko pertanian) juga masih berjalan," tutur Binti.
Untuk produksi batik, Binti mempekerjakan empat orang.
Selain itu untuk memproduksi aneka sepatu, tas, dan baju Binti menggandeng sejumlah perajin.
Produksi ecoprint juga diimbangi dengan aktivitas menanam pohon.
Sebab aktivitas ecoprint harus mengambil aneka daun dan bunga dari alam. Untuk itu Binti tergerak mengembalikan tumbuhan di alam.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/Binti-Mudawamah-kanan-dan-Yayuk-Wahyuni-tengah-memamerkan-produk-ecoprint.jpg)