Berita Malang Hari Ini
30 Pelaku IKM Ikuti Sosialiasi Peluang Ekspor, Ada Yang Terbantu Pelanggan Loyal
30 IKM (Industri Kecil Menengah) di Kabupaten Malang mengikuti kegiatan “Sosialisasi dan Identifikasi Peluang Produk IKM Menembus Pasar Internasional”
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, MALANG - Sebanyak 30 IKM (Industri Kecil Menengah) di Kabupaten Malang mengikuti kegiatan “Sosialisasi dan Identifikasi Peluang Produk IKM Menembus Pasar Internasional” yang diadakan oleh Universitas Ma Chung (UMC), Selasa (23/8/2022) di Savana Hotel & Convention Kota Malang.
Tim Penelitian skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) UMC menghadirkan berbagai pihak seperti Ketua Dekranasda Kabupaten Malang, Hj Anis Zaidah Sanusi serta Kepala Disperindag Kabupaten Malang, Mahila Surya Dewi SSos MSi dan Kepala Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Jatim II Ir Oentarto Wibowo MPA dll.
30 Pelaku IKM itu antara lain bergerak di komoditas kopi, keripik tempe, keripik buah yang layak ekspor. "Ma Chung sudah kerjasama dengan Dekranasda selama sembilan tahun.
Selama ini kami kadang kesulitan membantu IKM. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat membantu IKM," jelas Ny Anis Sanusi.
Hal ini akan memberi manfaat bagi ekonomi Kabupaten Malang, khususnya bagi IKM.
Pelaku IKM dari Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang Riska Kwarti Hartini yang ikut kegiatan itu menyatakan senang karena ada bimbingan.
"Jadi, kami ini perlu bimbingan agar tahu seluk beluk bagaimana tata cara ekspor," kata Riska yang memiliki usaha "Rumah Bunda Riska" pada suryamalang.com di sela acara.
Usahanya bergerak kerajinan tangan, fashion dan suvenir yang berdiri sejak 1998.
"Ekspor memang saat ini yang kami harapkan. Selain bisa dikenal di wilayah sekitar, juga internasional," katanya.
Dikatakan, produknya sudah ekspor tapi dibawa oleh pelanggan loyalnya orang Indonesia yang bekerja di Korea untuk dipamerkan ketika ada kunjungan.
Produknya yang terjual seperti fashion, suvenir dan parfum. Jadi sejauh ini belum dilakukan sendiri olehnya.
Menurutnya, produk perdagangan Indonesia sebenarnya dilirik di luar negeri terutama yang handmade seperti home decor dll.
Karena itu IKM perlu pembinaan dan bimbingan dari yang tahu seluk beluknya.
"Selain kendala regulasi dan kesempatan yang belum menjangkau," jawabnya.
Untuk kesiapan ekspor jika pembeli butuh jumlah banyak, Riska menjawab memang perlu kolaborasi dengan IKM sejenis untuk memenuhi kuantitas.
Karena itu perlu saling sinergi dan saling mengenal antar pelaku usaha. Sedang Kepala Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Jatim II Ir Oentarto Wibowo MPA menyampaikan agar perbankan Himbara (Himpunan Bank Negara) memberikan pembiayaan berbagai skema membantu IKM.
"Produk harus ada foto dan deskripsinya. Buyer kan juga menanyakan dan jangan baperan. Katalog juga harus selalu diperbarui," kata dia.
Ia menyebutkan contoh dukungan IKM seperti di Kabupaten Bantul dan Kulonprogo, DIY.
Dimana pemdanya mewajibkan OPDnya untuk belanja produk lokal. Seperti beras dibeli ASN. Begitu juga produk batiknya.
Menururnya, Bea Cukai memiliki atase di beberapa negara dan bisa dipakai untuk membantu pemasaran internasional. Untuk ekspor, maka perlu diseleksi produksinya yang sudah mantap.
"Jangan kadnag-kadang saja produksi. Nanti pembeli kecewa," kata dia.
Sedang Rektor Ma Chung Dr Murphin Joshua Sembiring SE MSi memberi beberapa catatan agar IKM membentuk komunitas agar punya kekuatan.
Dukungan pendanaan jika selama ini IKM tak bank able, bisa dilihat dari omsetnya. Serta perlu ada link and match IKM dan industri besar sebagai anak angkat agar bisa membantu ekspor dan peningkatan peran perguruan tinggi.