TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
Alasan Laga Arema Vs Persebaya Tetap Digelar Malam Hari, PSSI Singgung Bonek dan Aremania
Penjelasan PSSI alasan laga Arema Vs Persebaya tetap digelar malam hari, prediksi meleset hingga singgung Bonek dan Aremania
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
"Di mana letak kerusuhannya ketika tidak ada rivalitas suporter dan tidak ada suporter Persebaya yang datang ke Malang. Akhirnya juga dilakukan atas kesepahaman bersama," ucap Yunus Nusi.
Prediksi PSSI dan jajaran terkait pada akhirnya luput.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pecah tidak lama setelah laga Arema FC vs Persebaya berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu.
Insiden itu bermula dari ribuan suporter Arema FC yang masuk ke lapangan untuk meluapkan kekecewaan.
Mereka pun bentrok dengan petugas keamanan yang berjaga di dalam lapangan.
Situasi kemudian menjadi semakin buruk ketika pihak keamanan menembakkan gas air mata ke arah lapangan dan beberapa tribune penonton.
Tembakan gas air mata itu membuat ribuan suporter di tribune Stadion Kanjuruhan panik dan berusaha keluar berbondong-bondong.
Pihak RS Syaiful Anwar sudah menyatakan bahwa kematian korban rata-rata adanya trauma di bagian kepala dan dada karena benturan yang disebabkan setelah terinjak, terjatuh atau berdesakan.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, jumlah korban jiwa akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan per Minggu (2/10/2022) pukul 21.18 WIB mencapai 125 jiwa.
Adapun jumlah korban luka berat 39 orang, sedangkan luka ringan-sedang sebanyak 260 orang.
Terkait kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Yunus Nusi menyatakan, tim investigasi sudah dibentuk dengan pimpinan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.
"Kami tetap akan menunggu hasil investigasi dari PSSI termasuk pihak kepolisan. Kami akan menunggu sore atau malam ini hasil kunjungan Ketua Umum dan Komite Disiplin yang ada di Malang," ujar Yunus.
"Tim investigasi untuk sementara dipimpin Ketua Umum, ada Komite Eksekutif, Komite Banding, tim kedokteran untuk melihat langsung korban di rumah sakit dan tim legal kami," kata Yunus Nusi.
Tragedi di Stadion Kanjuruhan ini menjadi salah satu pertandingan paling mematikan dalam sejarah.
Sebelumnya, dikutip dari Priceonomics, pertandingan paling mematikan di dunia adalah insiden di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964.