TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
42 Wanita dan 37 Anak Meninggal Jadi Korban Tragedi Arema, Ada Kisah Pilu Ibu Kehilangan Balitanya
Setidaknya ada 42 wanita dan 37 anak-anak yang menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi Arema yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022
Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Hujan gerimis yang menghujani stadion tersebut mampu menghilangkan bubuk kimia gas air mata.
"Ternyata, ada yang menolong saya. Saya diajak ke atas tribun lagi. (Gas air mata hilang) bukan karena angin, tapi karena hujan," terangnya.
"Saya dirawat saudara saya. Saya diminta istirahat dan saudara saya itu pergi cari suami dan anak saya," tambahnya.
Baca juga: Tragedi Arema Vs Persebaya, Siapa yang Beri Perintah Tembakkan Gas Air Mata?
Berbekal dokumentasi foto wajah sang anak dan sang suami, dalam memori kamera ponselnya Elmiati mengaku, berhasil menemukan keberadaan sang anak, sekitar pukul 01.00 WIB, atau tiga jam seusai kerusuhan tersebut.
Foto tersebut dicocokkan oleh beberapa orang saudaranya yang berusaha membantu mencari keberadaan sang suami dan anaknya.
Ternyata, wajah imut nan tampan dari buah hatinya itu, telah terbujur kaku di dalam kantung mayat yang teronggok di salah satu lorong kamar mayat RSUD Kanjuruhan Malang.
Sedangkan, sejam kemudian, jasad sang suami ternyata berhasil ditemukan di kamar mayat RS Wava.
Kedua jasad orang tercinta Elmiati itu, akhirnya dibawa ke rumah duka Jalan Sumpil Gang 2, Purwodadi, Blimbing, Malang, sebelum adzan petanda Salat Subuh berkumandang.
Elmiati merasa, dirinya tidak memiliki firasat yang menandai adanya insiden nahas tersebut.
Hanya saja, sekitar dua pekan sebelum insiden tersebut terjadi, Sang suami sempat mengaku kepadanya, bermimpi kalau rambutnya terpotong.
Namanya juga bunga tidur. Cerita bagaimana rambut sang suami bisa terpotong dalam penggalan mimpi itu, juga tak terlalu jelas.
Hanya saja, ungkap Elmiati, semenjak sang suami menceritakan pengalaman aneh tentang mimpinya itu, perilaku sang suami dirasa belakangan berubah. Seperti merasa resah dan takut.
"Rambutnya sudah dipotong. 'Ma aku kok mimpi rambutku aku potong yo' sembari istigfar.
Dan (belakangan) terlihat resah, enggak seperti biasanya, habis mimpi itu," jelasnya.
Menonton sepak bola di dalam stadion, kini menjadi kengerian tersendiri bagi Elmiati, sejak peristiwa yang membuatnya kehilangan nafsu makan sejak dua hari lalu.
Trauma mendalam, tentu itu yang dirasanya kini.
Apalagi, sebenarnya sang suami dan dirinya juga bukan pegiat sepak bola.
Malam kelabu itu, merupakan pertandingan kedua yang ditontonnya bersama sang suami dan sang buah hati, kurun setahun ini.
Hanya sebatas sebagai hiburan di kala senggang mengisi momen liburan.
Elmiati menyebut tujuannya ke pstadion Kanjuruhan malam itu untuk menyenangkan hati si kecil anak bungsu yang gemar dengan olahraga mengocek si kulit bundar itu.
"Baru 2 kali ini nonton sepak bola. Kurun setahun. Sebenarnya suami saya engga terlalu fanatik, hanya saja, pingin cari hiburan biar gak bosen. Yang suka sepak bola, anak saya yang kecil," ujar perempuan berkerudung itu.
Saat disinggung harapannya terkait tragedi itu, Elmiati tak ingin muluk-muluk.
Ia hanya meminta agar sejumlah pihak dan stakeholder terkait, mengevaluasi sistem pengamanan di dalam stadion.
"Kenapa yang ricuh di lapangan. Tapi kok yang ditribun juga ikut ditembak gas air mata, karena ada anak kecil.
Elmiati mengaku, dirinya sudah tak peduli dengan penanganan kasus tragedi maut tersebut. Apakah bakal diusut atau tidak. Ia memilih pasrah.
"Terserah, pasrah (soal penyelidikan). Yang penting agar tidak terjadi masalah lagi," pungkasnya.
(SURYAMALANG.COM/Luhur PAmbudi)
>> Ikuti updatenya di Google News SURYAMALANG.COM