TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
Kisah Memilukan Tragedi Arema: PNS Gendong Korban Hingga Tewas, Istri Kehilangan Suami dan Anak
Banyak kisah memilukan tragedi Arema yang sangat menyayat hati akan kengerian tragedi pada malam itu. Simak rangkumannya berikut ini.
Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Kemudian, ia menuju ke pintu keluar lain yang melalui tangga di Tribun 14, bersebelahan dengan Tribun VIP. Setelah berhasil keluar, ia malah disuguhkan pemandangan yang mengiris hati.
"Setelah tembakan ke-3, dan asap agak tipis, asap agak reda, saya mencari pintu di sebelah VIP, di tribun 14, begitu saya keluar, ya Allah, teman-teman saya sudah bergeletakkan. Saya menemukan satu korban, kebetulan itu teman saya, biasa guyonan ngopi mangan bakso, sudah tidak bergerak, meninggal dunia," ungkapnya seraya terisak.
Melihat kengerian itu, ia berupa menyelamatkan beberapa orang lain yang sekarat terkapar tak berdaya.
Kantung air mata Dadang jebol juga pada akhirnya, saat dirinya menceritakan bagaimana pilunya saat berusaha mencari dan menolong setiap orang yang terkapar di sana.
Dadang berusaha mengevakuasi seorang korban yang semula dikiranya masih hidup.
Ternyata ia salah, si korban yang ditolongnya itu, sedang sekarat, saking parahnya, sebelum tiba di area terbuka, si korban sudah tak bergerak.
"Saya lari lagi ke arah tribun untuk membantu teman teman, yang masih berdesak-desakan, padahal saat itu saya sudah bisa keluar, dan sudah lama itu," jelasnya.
"Hanya satu pintu, mereka berdempetan keluar, ada yang berdarah anak bojo, saya gendong dengan teman saya dari Lampung, sampai sakaratul maut atau meninggal di depan saya. Akhirnya saya letakkan jenazah itu, dan saya ke jenazah teman saya dona itu, lalu mencari bantuan polisi. Dan di situ polisi ada yang membantu," tambahnya.
Dadang berupaya membawa setiap orang yang terkapar itu ke dalam ruangan VIP. Sesampainya di ruang tersebut, ia mengira hanya ada hitungan jari orang-orang yang terkapar tak bergerak di sana.
Namun setelah ia mencoba melongok ke beberapa sudut area di dalam ruang tersebut. Ternyata, jumlah suporter yang terkapar tak bergerak berjumlah lebih dari hitungan jemari kedua tangannya.
Para korban itu, dibaringkan sejajar memenuhi ruangan, laiknya 'ikan pindang' yang dikemas pada rak pembungkus berbahan anyaman bambu.
"Kemudian saya minta tolong mengangkat Jenazah ke ruang VIP. Setelah tiba di VIP saya pikir jenazah hanya 4 (korban), ternyata di situ sudah ada 3, (yakni) 1 polisi, 2 jenazah perempuan, saya pikir hanya 7, lalu saya keliling di daerah tribun itu, innalillahi wainnailaihi raji'un, di musala VIP jenazah kayak pindang," terangnya, seraya mengusap air matanya.
Dari kengerian itu, Dadang secara tegas menyebut, pelontarkan gas air mata di tengah tribun yang masih penuh dengan suporter wanita dan anak-anak itu, merupakan aksi berlebihan yang dilakukan oleh aparat.
"Dan apa yang dilakukan kepolisian, saya kira sepakat, itu sangat berlebihan, sangat berlebihan. Sudah, Aremania itu suporter yang ngerti dan cerdas, cukup dibilangi, gak perlu dikasih kekerasan dan tembakan gas air mata," ungkapnya.
Selain itu, Dadang juga menyayangkan pihak penanggung jawab stadion tidak membuka semua pintu stadion, pada saat laga tersebut usai.