Berita Malang Hari Ini
Pandemi Mereda, Pengrajin Keripik Tempe Sanan Mulai Banjir Pesanan
Meredanya pandemi Covid-19 di Kota Malang menjadi berkah bagi para pelaku usaha kripik tempe di Sanan Kota Malang.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|MALANG- Meredanya pandemi Covid-19 di Kota Malang menjadi berkah bagi para pelaku usaha kripik tempe di Sanan Kota Malang.
Hal tersebut dijadikan sebagai momentum bagi mereka untuk bangkit dalam memproduksi kembali keripik tempe.
Seperti yang dialami oleh Muhammad Hidayat Wicaksono, pengusaha keripik tempe Melati, yang kini mulai kebanjiran pesanan.
Pria yang sudah 22 tahun menggeluti usaha keripik tempe ini mengaku sudah menerima banyak permintaan dari konsumen dan distributor toko oleh-oleh di sejumlah daerah.
Baca juga: Penguatan UMKM Jadi Andalan Utama Pemkot Malang Hadapi Krisis Ekonomi Global
Selain dari Malang Raya, pesanan keripik tempe telah banyak dipesan dari distributor yang berasal dari Kota Kediri, Tangerang hingga Bali.
"Sejak lebaran diperbolehkan mudik. Produksi kami mulai normal. Perlahan-lahan kami mulai bangkit dan mulai banyak permintaan dari konsumen," ucapnya saat ditemui Surya, Selasa (8/11/2022).
Dalam sehari, Hidayat dapat memproduksi sekitar 80-90 tempe untuk dijadikan keripik tempe.
Jumlah tersebut, berbanding terbalik sebelum adanya pandemi Covid-19 silam.
Sebab, pada saat itu Hidayat mampu memproduksi sekitar 100-120 kilogram tempe setiap harinya.
"Setelah pandemi ini produksi kami mengalami kemerosotan sampai 30 persen. Jadi memang pandemi berdampak kepada usaha kami dan teman-teman kami lainnya di Sanan ini," ujarnya.
Hidayat menceritakan, pandemi Covid-19 ini sempat membuat dirinya berada di titik terendah sejak menggeluti usaha keripik tempe.
Hal ini diperparah dengan adanya kebijakan pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah pada saat itu.
Baca juga: MCC Harus Jadi Role Model Pengembangan Inkubasi Bisnis
Akibat adanya PSBB dan PPKM, Hidayat kehilangan permintaan pesanan dari para langganannya yang berasal dari luar Malang.
Kemudian juga ditambah dengan tidak adanya kunjungan wisatawan, yang membuat dirinya sampai berhenti untuk berproduksi.
"Saat itu, saya hanya produksi seminggu sekali. Semua permintaan di stop. Beberapa keripik dari toko oleh-oleh di Batu juga dikembalikan. Kunjungan wisatawan gak ada. Jadinya keripik di rumah menumpuk," terangnya.
Melihat kondisi dan situasi saat itu, Hidayat hanya bisa pasrah.
Beberapa keripik tempe yang dia produksi sebelumnya, kembali dia musnahkan untuk dijadikan sebagai bahan bakar menggoreng tempe.
Sedangkan sisanya ditimbun, sembari berharap pandemi Covid-19 usai dan pemerintah mencabut aturan pembatasan.
"Kami kan mengandalkan kunjungan wisata sama permintaan. Kalau gak ada keduanya, kami ya tidak bisa produksi. Sedangkan saya gak tega melihat enam karyawan saya yang tidak bisa bekerja," ungkapnya.
Meski saat ini pandemi mulai mereda, masih ada beberapa kendala yang masih dialami para pengrajin keripik tempe di Sanan.
Salah satunya ialah tidak stabilnya harga kedelai dan harga minyak goreng yang sempat naik turun.
Hal ini berdampak kepada proses produksi, yang berimbas kepada kenaikan harga tempe.
"Karena harga mengalami kenaikan, harga keripik tempe juga ikut naik. Itu cara yang bisa kami lakukan agar bisa survive sampai saat ini," ucapnya.
Hidayat juga berharap kepada pemerintah Kota Malang agar turut bersumbangsih dalam menstabilkan harga kedelai di pasaran.
Serta lebih masif dalam menggalakkan promosi wisata untuk mengundang wisatawan agar datang ke Malang Raya.
"Saat ini saya meyakini, kalau rezeki sudah pasti ada yang mengatur. Kita pasti dikasih jatah. Dan yang paling penting kita harus terus berusaha dan berdoa," tandasnya.