Efek Teh Sianida di Kasus Sekeluarga Tewas di Magelang Begitu Mematikan, Pantas Anak Tolak Autopsi
Dhio atau DDS (22) dengan kejam melakukan pembunuhan pada anggota keluarganya, kakak dan orangtuanya lewat minuman teh sianida dan es kopi sianida
Penulis: Dyan Rekohadi | Editor: Dyan Rekohadi
"Bahwasanya yang bersangkutan sakit hati motifnya adalah sakit hati. Sakit Hati karena bapak orangtua tersangka sejak dua bulan lalu baru saja pensiun.," ungkap Mochammad Sajarod Zakun.
Ia memaparkan, kebutuhan untuk rumah tangga korban cukup tinggi karena orangtua dari tersangka kebetulan memiliki penyakit.
Sedangkan, anak pertama korban yang perempuan belakangan tidak bekerja lagi karena kontrak kerja di tempat kerja sebelumnya telah habis.
Tersangka nampaknya jadi sakit hati karena ia merasa dibebani menanggung perekonomian keluarga, sedangkan kakaknya tidak dibebani tanggung jawab menopang ekonomi keluarga meski tidak bekerja .
Menurut Kapolres, sakit hati pelaku terhadap orang tua dan kakaknya ini bermula saat sang ayah memasuki masa pensiun sekitar dua bulan silam.
Otomatis pemasukan untuk keluarga hanya bersumber dari uang pensiun yang diterima oleh AA.
Sebab, DDS dan DK tidak bekerja.
Sementara kebutuhan keluarga cukup tinggi karena AA juga menderita sakit.
Uang pensiun tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengobatan AA.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, DDS pun dibebani untuk membantu perekonomian keluarga.
"(Kakak tersangka) tidak diberikan beban untuk menanggung semua kebutuhan yang ada. Yang diberikan (tanggung jawah ekonomi) adalah anak kedua saat ini yang kita tetapkan sebagai tersangka. Sehingga di situlah muncul niat karena sakit hati, ide untuk menghabisi daripada orangtua maupun kakak kandungnya sendiri," paparnya.
Baca juga: Teh Sianida Penyebab Satu Keluarga Tewas di Magelang? Anak Kedua Tega Racuni Ayah, Ibu dan Kakak
Dari pengamatan SURYAMALANG.COM di rumah korban, keluarga korban dan tersangka bisa dikategorikan sebagai keluarga yang berkecukupan.
Hal itu setidaknya terlihat dari kondisi dan luasan rumah mereka yang bagus.
Di dalam rumah yang masih diberi garis polisi itu juga terlihat dua mobil dan satu motor matik premium yang terparkir di car port.
Berdasarkan keterangan dari pihak keluarga, korban yang ayah tersangka baru saja pensiun per Oktober 2022 lalu dari jabatannya dulu sebagai kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kementerian Keuangan.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com