Berita Malang Hari Ini

Melihat Proses Pembuatan Keramik Metode Teknik Cetak Tuang di Kampung Wisata Keramik Dinoyo

Sudah sekitar 20 tahun, Suari bekerja sebagai perajin keramik di Kampung Wisata Keramik Dinoyo. 

Editor: rahadian bagus priambodo
Septyana Cahyani Eka Saputri
Suari, seorang perajin keramik cetak tuang di Kampung Wisata Keramik Dinoyo, Jumat (2/12/2022) 

SURYAMALANG.COM|MALANG –  Meski usianya sudah kepala lima, Suari tampak cekatan dalam menuangkan bahan baku  tanah liat  putih ke dalam cetakan gypsum.

Tidak ada satupun tetesan adonan bahan tanah liat putih yang terjatuh ke lantai.

Sudah sekitar 20 tahun, Suari bekerja sebagai perajin keramik di Kampung Wisata Keramik Dinoyo

Ditemui di tempat kerjanya, Jumat (2/12/2022) siang , Suari menunjukan proses pembuatan keramik menggunakan metode atau teknik pembentukan cetak tuang.

Suari mengatakan, proses pertama adalah mempersiapkan pengolahan bahan-bahan baku.

Bahan baku yang digunakan, di antaranya kaolin, felspard, kwarsa, dan bali clay. Semua bahan baku diolah menjadi satu  dan dicampur air waterglass, agar nantinya menjadi tanah liat putih.

Teknik tersebut ia pakai untuk membuat kerjainan keramik semi porselen.

Kedua, menyediakan alat-alat, seperti cetakan gypsum (untuk pembentukan cetak tuang), mixer untuk mengaduk bahan-bahan baku, tungku atau oven besar, pewarna, spons, glasir, dan kotak kayu yang digunakan untuk menyusun keramik.

Ketiga, proses menuangkan bahan-bahan baku ke dalam cetakan gypsum. Untuk menuangkannya harus dilakukan berulang-ulang agar ketebalannya sama.

Setelah bahan-bahan baku menempel di cetakan, barulah proses melepaskan dari cetakan dengan membuka karet pengikat.

Keempat, setelah bahan-bahan baku lepas dari cetakan gypsum, harus dilakukan penyempurnaan dan pengeringan menggunakan sinar matahari.

Teknik penyempurnaan melakukan tahapan merapikan dan menghaluskan dengan menggunakan pisau dan spons yang dibasahi air agar permukaan keramik menjadi rapi, dan proses pengeringan dengan matahari membutuhkan waktu sehari.

“Kendala pengeringan itu ada di musim hujan. Biasanya proses pengeringan bisa seminggu 2 kali, sekarang menjadi seminggu sekali,” kata wanita berusia 55 tahun ini.

Kelima, proses dekorasi  pewarnaan menggunakan  pewarna oksida.Dilanjutkan dengan proses pengglasiran. Tahapan ini adalah untuk memberi lapisan glosir dengan teknik semprot dan celup.

Proses keenam, yaitu  proses  pembakaran. Untuk pembakaran menggunakan bahan bakar gas elpiji dengan membutuhkan waktu 10 jam dan proses pembakaran dengan suhu bakar 1150 C.

Suari mengatakan produk yang ia kerjakan saat ini adalah pesanan dari daerah Bali. (suryamalang.com/Septyana Cahyani Eka Saputri)

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved