Berita Surabaya Hari Ini
Sebanyak 6145 Warga Jatim Tertular HIV/AIDS, 663 Pasien Ada di Surabaya
Dari hasil pemeriksaan HIV yang dilaksanakan di Jatim telah ditemukan 6.145 pasien HIV/AIDS baru sampai Oktober 2022.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|SURABAYA - Kasus baru HIV/AIDS di Jawa Timur sepanjang 2022 (hingga Oktober) mencapai 6.145 kasus.
Dari jumlah tersebut, 10 persen di antaranya berasal dari Surabaya.
"Dari hasil pemeriksaan HIV yang dilaksanakan di Jatim telah ditemukan 6.145 pasien HIV/AIDS baru sampai Oktober 2022. Sedangkan total kasus kumulatif sebanyak 84.959 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Erwin Astha Triyono di Surabaya.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya pun mengungkap adanya tren kenaikan kasus HIV pada 2022 dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini, penemuan kasus HIV di Kota Surabaya sebesar 663 kasus atau naik sebelumnya di 2021 (323 kasus).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan, pasien HIV tersebut sebagian berasal dari luar Surabaya. Mengingat, banyak masyarakat luar Kota yang dirujuk untuk melakukan pengobatan di Kota Pahlawan.
Ini sama halnya dengan angka kasus COVID-19 yang cenderung tinggi dibandingkan daerah lain. "Kami memang sudah memisahkan antara wong (orang) Surabaya dan non Surabaya, tetapi kita tidak bisa membatasi, ini kan negara Indonesia," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dikonfirmasi terpisah.
"Ketika ada yang masuk ke Surabaya (untuk) berobat karena Surabaya adalah rujukan tempat orang berobat, secara otomatis orang akan jadi banyak. Tinggalnya disini, berobatnya disini,” jelas Cak Eri.
Bukan hanya Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya turut memberikan pencegahan. Khususnya, di lingkungan remaja.
Masyarakat akan diajak untuk bersama menghindari perilaku negatif. Terutama, yang mengarah pada penularan HIV.
“Misalnya, dengan ngajar bareng, pemuda lintas agama hingga lintas suku. Dengan kegiatan positif, maka kita akan terhindarkan dari perbuatan perbuatan yang dilarang agama, seperti tawuran, mendem (mabuk), LGBT, dan lainnya," katanya.
Tak hanya dengan pencegahan, Pemkot juga mendukung proses pengobatan pasien HIV. Saat ini, akses layanan pengobatan gratis bisa melalui puskesmas dan rumah sakit.
"Semua Puskesmas dan rumah sakit onok (ada). Kok nambah terus? nambah e teko njobo (nambahnya dari luar) Suroboyo," katanya.
"Tapi kan nggak boleh kita nolak, kota besar pasti akan terus didatangi. Dan memang pengobatan di Surabaya dan terutama di RSUD Soetomo ini bagus, sehingga banyak orang yang berobat di Surabaya,” terang dia.
Dinas Kesehatan Surabaya pun telah memetakan penyebab terjadinya penularan HIV tersebut. Di antaranya, perilaku seks berbeda jenis (heteroseksual) sebanyak 53,85 persen.
Kemudian, perilaku seks sesama jenis (homoseksual) sebesar 44,04 persen, dan perilaku berbagi jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba suntik (penasun) sebanyak 2,11 persen.