Berita Malang Hari Ini
Gurihnya Bisnis Keripik Tempe, Jadi Buruan Wisatawan di Kota Malang Sehari Hasilkan Omset Rp 10 Juta
Maria Ulfa atau yang lebih akrab disapa Maria merupakan seorang pengusaha Keripik Tempe Rohani 1988 di Kota Malang.
SURYAMALANG.COM|MALANG – Selain sari buah apel dan keripik buah, keripik tempe juga menjadi oleh-oleh khas Kota Malang.
Maria Ulfa merupakan pemilik usaha Keripik Tempe Rohani 1988, oleh-oleh yang diburu para wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh saat berlibur di Kota Malang.
Ditemui di rumahnya, Jalan Satsui Tubun I no 73D, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Maria menceritakan bagaiaman awal mula keluarganya merintis usaha keripik tempe.
Wanita berjilbab ini menceritakan, sesuai dengan nama merek keripik tempenyam berdiri sejak 1988.
Wanita berusia 43 tahun ini menuturkan, usaha keripik tempe tersebut dirintis pertama kali oleh ayahnya bernama Mohammad Rohani dan ibunya bernama Lilik Suprapti.
Maria Ulfa merupakan generasi kedua untuk meneruskan usaha orangtuanya yang telah berdiri selama 34 tahun.
Diceritakan Maria, sebelum memproduksi keripik tempe, Mohammad Rohani merupakan pengrajin tempe di wilayah Sanan, Kota Malang.
Kemudian, ibunya mempunyai ide untuk memproduksi keripik tempe yang kini menjadi oleh-oleh.
"Bapak dulu seorang pengrajin tempe di wilayah Sanan, Kota Malang. Wilayah sanan itu kan terkenal sebagai penghasil tempe terbesar di Kota Malang. Nah, dari situ namanya orang berjualan tidak selamanya laku terjual. Jadi, ibu mempunyai ide bagaimana mengolah tempe segar menjadi tempe untuk camilan sehari-hari," ucap Maria Ulfa.
Sebelum menjadi pengrajin tempe, Mohammad Rohani pernah bekerja di Pabrik Gula Kebon Agung Malang.
Musim giling tebu yang hanya dilakukan 6 bulan sekali dalam setahun membuat penghasilannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akhirnya, Mohammad Rohani menyisihkan sedikit penghasilannya sebesar Rp 200.000 untuk dijadikan modal awal berjualan tempe ke pasar.
"Sebelum saya dilahirkan, Bapak pernah bekerja di pabrik gula kebon agung malang. Jadi, musim giling hanya dilakukan 6 bulan sekali dalam setahun. Musim giling selesai, 6 bulan selanjutnya tidak masuk kerja dan tidak ada penghasilan. Upah dari bekerja disisihkan dan dijadikan modal untuk berjualan tempe. Kemudian bapak saya resign dari pekerjaannya," ucap Maria Ulfa.

Maria Ulfa menceritakan bahwa dulu rumahnya yang berada di Sanan, Kota Malang terdapat toko kelontong kecil yang digunakan ibunya sebagai tempat berjualan.
Semua produksi kue buatan ibunya, dipajang bersama keripik tempe.