Berita Malang Hari Ini

Sosok Ibu Hebat Puji Astutik: Ingin Mencari Tantangan Sebagai Guru Sekolah Luar Biasa

Memperingati Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember, ada kisah inspiratif dari Kepala Sekolah Luar Biasa Putra Jaya Malang, Kamis (22/12/2022), pagi.

Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM/ Septyana Cahyani Eka Saputri
Puji Astutik Kepala SLB Putra Jaya Malang 

SURYAMALANG.COM|MALANG – Memperingati Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember, ada kisah inspiratif dari Kepala Sekolah Luar Biasa Putra Jaya Malang, Kamis (22/12/2022), pagi.


Menjadi sosok Ibu sekaligus Guru SLB (Sekolah Luar Biasa), itulah yang dapat dirasakan oleh Puji Astutik. Wanita kelahiran Malang ini mengaku sangat menikmati pekerjaannya menjadi seorang Ibu sekaligus Guru SLB.


Puji Astutik yang kerap disapa Tutik memulai karir menjadi seorang guru selepas mengenyam pendidikan dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru) setara SMA dan SMK tahun 1983.


Menjadi guru pengganti di SDK St Dionysius 2 Malang, membuatnya tidak memiliki suatu tantangan. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, ia menginginkan adanya suatu tantangan.


"Saya mengajar di Sekolah Dasar Swasta yaitu SDK St Dionysius 2 Malang. Kalau mengajar anak-anak yang normal tidak ada suatu tantangan tersendiri. Mengajar, menangani kasus siswa, lalu pulang. Saya ingin dalam mengajar ada tantangannya," tuturnya.


1984 ia memutuskan untuk keluar dari SDK St Dionysius 2 Malang. Akhirnya, nasib baik berpihak kepada Puji Astutik. Ia dipertemukan kembali dengan guru SMP terdahulu sewaktu Puji Astutik menjadi seorang siswi.


"Saya keluar dan bertemu kembali dengan guru saya sewaktu SMP, diajak untuk mengajar di SLB Bhakti Luhur  Malang untuk dipertemukan dengan pastor. Setelah itu, saya disuruh untuk membuat surat lamaran pekerjaan. Keesokan harinya saya sudah bisa bekerja," ucap Puji Astutik.


Dengan latar belakangnya sebagai lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) yang notabennya mengajar anak-anak normal. Keinginan Puji Astutik dapat terwujud dengan mengajar siswa dan siswi berkebutuhan khusus.


Puji Astutik juga dituntut untuk bisa dan memahami cara metode pembelajaran yang baik bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). 


"Saya kebetulan jurusan SD umum, ilmu tentang metode pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus tidak ada. Saya kemudian mencari cara dengan belajar secara otodidak tentang cara menangani anak-anak disabilitas," ungkapnya.


Ia juga memiliki keinginan untuk kuliah kembali mengambil jurusan psikologi. Tetapi, mimpinya tersebut belum bisa tercapai.


"Dulu saya ķepingin kuliah mengambil jurusan psikologi tapi belum kesampaian. Setelah bekerja beberapa tahun barulah saya kuliah S1 dengan mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Budi Utomo Malang tahun 2007-2011," tuturnya.


Alasan Puji Astutik memilih jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia karena jurusan tesebut bisa untuk mendapatkan cuti. Saya kan bekerja sembari kuliah. Sedangkan, jurusan Psikologi mahasiswa diminta datang setiap hari ke kampus untuk proses pembelajaran berlangsung.


Ia kemudian menceritakan awal mula beradaptasi mengajar di SLB Bhakti Luhur Malang. Sempat memiliki rasa ketakutan dikarenakan perawakan badan siswanya itu besar.


"Saya sudah meniatkan diri untuk mengajar di SLB. Pertama kali melihat siswanya takut karena badannya besar-besar. Usianya kira-kira 15-35 tahun. Tetapi, saya tetap menjalaninya dan alhamdulillah semuanya bisa terlewati dengan baik," ungkapnya.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved