Pemerintah Teruskan Subsidi Kedelai Rp 1000 Per Kg, Harga Kedelai Melandai

SURYAMALANG.COM|MALANG-Pemerintah lewat Badan Pangan Nasional membeli kedelai impor dari Amerika Serikat (AS) sebanyak 53.000 ton dari perusahaan swasta pada Januari 2023.

Harganya Rp 12.000 per kg dan pemerintah memberi subsidi Rp 1000 per kg.

Sehingga harapannya sampai ke perajin tempe dll bisa mencapai Rp 11.000 per kg. 

Menurut Chamdani, Ketua Primkopti (Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia) Bangkit Usaha di Jl Sanan Kota Malang mengatakan memang sudah mendengar diteruskannya subsidi pemerintah itu.

"Pada tahun 2022 sudah pernah ada sebelumnya. Namun harga kedelai sekarang sudah melandai. Relatif stabil di sekitar Rp 12.600-Rp 12.700 per kg," jelas Chamdani pada suryamalang.com, Senin (16/1/2023) di rumahnya.

Dikatakan, subsidi itu nanti langsung diberikan pemerintah pada perusahaan swastanya. Bukan langsung dipotong ketika dibeli perajin.

Ia menyatakan pada April hingga Desember 2022 lalu, pemrerintah sudah menyalurkan subsidinya dalam empat tahap, namun pernah terhenti September 2022.

Sehingga, bisa dikatakan harga kedelai impor relatif turun. 

"Kalau Januari 2023 ini, harga jualnya Rp 12.600-12.700 per kg itu harga reguler. Tidak ada subsidi," kata perajin tempe dan keripik tempe ini. Ia menyatakan sejak tiga bulan terakhir di tahun 2022 memang relatif turun. "Memang harga kedelai impor ini fluktuatif banget. Naik turun. Sampai perajin memilih mengalir saja," jawab pria berkacamata ini.

Pernah harga kedelai impor mencapai Rp 14.000 per kg. Dulu juga pernah Rp 8000 per kg. "Kalau kedelai impor misalkan Rp 10.000 per kg itu yang meringankan beban produksilah,"kata dia. Di satu sisi ia juga paham. Dikatakan, meski ada subsidi pemerintah, tapi kondisi di lapangan berbeda. Hal ini karena ada ongkos yang dikeluarkan. Seperti transportasi dll .

"Yang mendapatkan subsidi harga kedelai pemerintah itu tidak semua kota. Namun yang ada Primkopti-nya dan aktif," Chamdani. Sejauh ini meski harga kedelai import naik turun, namun tidak terlalu berdampak di Kota Malang. Perajin tetap membuat tempe dan ada di pasar meski dengan modifikasi seperti mengurangi ukurannya namun harga jualnya tetap.

Dikatakan, Kopti adalah kepanjangan tangan pemerintah dalam menyediakan kedelai buat perajin. Untuk penyediaan kadelai, sebanyak 85 persen impor dari Amerika Serikat. Jumlah perajin tempe yang mendapatkan subdisi kedelai di Kota Malang sebanyak 380 orang. Kopti ini tak hanya melayani anggota tapi juga umum.

Tak Berani Naikkan Harga

Syamsul Arifin, penjual tahwa asal Dinoyo Kota Malang mengatakan setiap lima hari sekali ia membeli 10 kg kedelai impor di Primkopti. Saat ini ia membayar Rp 126.000 untuk 10 kg. "Sejak lama saya beli disini. Harganya kedelai sekarang memang cenderung turun," kata dia saat bertemu di Primkopti.  

Ia berjualan keliling sejak 2009. Soal adanya subsidi pemerintah pada harga kedelai impor, ia kurang paham. "Tapi memang cenderung turun," kata dia. Adanya fluktuasi harga kedelai import tidak langsung disikapi dengan menaikkan harga. Namun memang mengurangi laba. Dikatakan, jika memakai kedelai impor memang sarinya banyak. 

"Saya pernah pakai kedelai lokal dari lahan sendiri. Tapi sarinya kurang. Contohnya  memakai 1 kg kedelai impor mendapatkan sari kedelai sesuai harapan. Tapi jika memakai kedelai lokal perlu 1,5 kg. Hasil tahwa dengan kedelai lokal juga kurang enak. Ia berharap harga kedelai impor bisa mencapai dibawah Rp 10.000 per kg lagi seperti dulu.