Berita Surabaya Hari Ini

Mahasiswa Politeknik di Surabaya Diduga Tewas Dianiaya Seniornya, Mulut Mengeluarkan Darah

Remaja berinisial MRFA (19) asal Mojokerto, Jatim, diduga tewas setelah mendapat tindak kekerasan dari kakak kelasnya di kampus politeknik di Surabaya

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: rahadian bagus priambodo
surya.co.id/Luhur Pambudi
M Yani ditemui saat ditemui awak media di halaman Mapolsek Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2/2023). 

SURYAMALANG.COM | SURABAYA - Remaja berinisial MRFA (19) asal Mojokerto, Jatim, yang merupakan mahasiswa atau taruna muda dI sebuah kampus politeknik Surabaya, dipulangkan pihak kampus dalam keadaan tak bernyawa, pada Senin (6/2/2023) dini hari. 

Pihak keluarga korban menduga kuat, tewasnya remaja bertubuh tinggi berkulit sawo matang itu, karena menjadi korban perundungan yang disertai dengan kekerasan fisik oleh kalangan seniornya. 

Pasalnya, pihak keluarga menemukan sejumlah bukti kasat mata, yakni bekas luka memar dan bercak darah pada beberapa bagian kulit luar tubuh korban. 

Bak disambar petir siang bolong. Ayahanda korban M Yani mengaku, baru mengetahui kabar anaknya tewas, pada Senin (6/2/2023) dini hari tadi. 

Kabar yang menyita sejuta pertanyaan berkalang duka itu, diperoleh darinya melalui tim kesehatan dari pihak kampus anaknya. 

"Dapat kabar anak saya meninggal itu jam pukul 22.48. Dikabari dokter W poltekpel, kalau anak saya sudah meningggal ada di rumah sakit Sukolilo Surabaya," ujarnya saat ditemui awak media di halaman Mapolsek Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2/2023). 

Setelah tiba di bangsal kamar mayat di RS Haji, Sukolilo, Surabaya, dan melihat kondisi tubuh sang anak yang terbujur kaku tak bergerak. 

Rasa penasaran M Yani mendadak bergejolak, setelah ia mendapati sejumlah bekas tanda memar pada beberapa bagian kulit tubuh sang anak. 

"Soalnya bibirnya itu bengkak, pecah. terus hidung kanan itu juga bengkak. Dahi kanan kiri memar. Pipi, leher sama dada memar gosong-gosong semua. Terus mulut mengeluarkan darah, gak ada hentinya," terang 

Atas dasar temuan kondisi jenazah sang anak itu. M Yani menduga, anaknya yang baru menjalani masa perkuliahan kurun waktu lima bulan pada semester satu itu, tewas karena luka akibat penganiayaan. 

"Nggak tahu, kalau yunior kan. mungkin sama seniornya dibuat tradisi atau gimanakan. Sering dihajar," katanya. 

Apalagi, M Yani juga mengaku dibuat bingung dengan pernyataan dari beberapa perwakilan pihak sekolah yang sempat berkomunikasi dengan dirinya. 

Bahwasanya, disebutkan ada dugaan bahwa tewasnya sang anak, karena terpeleset di kamar mandi, sehingga menyebabkan kondisi yang fatal dan berujung menghilangnya nyawa si korban.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan pihaknya untuk tetap berusaha mengusut kasus kematian sang anak, yang dianggapnya janggal. 

"Kalau penuturan kata pembinannya, terpleset di kamar mandi kan ya nggak masuk akal. Makanya saya laporkan," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca. 

M Yani merasa yakin terhadap dugaan mengenai tewasnya sang anak akibat penganiayaan seniornya itu, karena selama menjalani perkuliahan kurun waktu lima bulan ini sang anak memang kerap mengeluh atas adanya aksi dugaan perundungan tersebut. 

Keluhan dari sang anak itu, acap disampaikan kepada sang nenek atau ibunda dari A Yani, setiap pulang akhir pekan, Sabtu dan Minggu. 

"Tapi Sebelumnya anaknya, sering mengeluh kalau dirumah (cerita) sering dibully, dihajar sama seniornya. Terus bilang gini, ini kakau kuat saya teruskan, kalau nggak kuat, saya juga keluar," jelasnya. 

Kemudian, setiap dirinya mendengar keluhan dari sang anak. M Yani mengaku, selalu memberikan motivasi kepada sang anak. Termasuk untuk memfasilitasi jikalau keluar dari kampus dan memilih menjadi wirausaha. 

"Terus saya bilang gini nak kalau nggak kuat keluar aja. Nanti kan cari usaha lain juga bisa. Iya sudah sering mengeluh. Tiap pulang sabtu minggu. Itu cerita sama neneknya di rumah," pungkasnya. 

Sementara itu, Kapolsek Gunung Anyar Polrestabes Surabaya Iptu Roni Ismullah membenarkan, bahwa pihak orangtua korban telah membuat laporan kepolisian di SPKT Mapolsek Gunung Anyar, pada pagi hari tadi. 

Namun, proses penyelidikan dan penyidikan secara lengkap atas kasus tersebut. Pihaknya melibatkan pihak Unit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya.

"Iya sudah, lidik sidiknya ditangani Polrestabes, unit resmob. Namun hanya laporan resminya di sini. Iya laporan kepolisian, tetap diterima (di Polsek Gunung Anyar). Penyelidikan lebih lanjut tim resmob," ujarnya saat dihubungi.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved