Berita Trenggalek Hari Ini

GP Ansor Trenggalek Apresiasi Sri Mulyani yang Mencpot Rafael Buntut Penganiayaan David

Ketua GP Ansor Trenggalek, Muhammad Izuddin Zakki atau Gus Zaki mengapresiasi langkah cepat yang diambil Sri Mulyani.

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: rahadian bagus priambodo
KOLASE Twitter @khoirul_umam
Anak seorang pejabat di Dirjen Pajak lakukan penganiayaan pada korban D (16) yang merupakan putra dari salah satu pengurus GP Ansor di Komplek Grand Permata, Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada hari Senin (20/2/2023) itu bermula dari urusan cewek . 

SURYAMALANG.COM | TRENGGALEK - Menteri Keuangan Sri Mulyani mencopot Rafael Talun Trisambodo sebagai Kepala Bagian Umum di Kanwil DJP Jakarta Selatan II buntut penganiayaan anakya yaitu Mario Dandy kepada David Latumahina anak pengurus PP GP Ansor Jonathan Latumahina.

Menanggapi hal tersebut, Ketua GP Ansor Trenggalek, Muhammad Izuddin Zakki atau Gus Zaki mengapresiasi langkah cepat yang diambil Sri Mulyani.

"Ini sebagai bentuk keberpihakan pejabat tinggi kepada anak buahnya yang dianggap telah gagal mengelola rumah tangganya sehingga membuat heboh masyarakat," kata Gus Zaki, Jumat (24/2/2023).

Langkah berani tersebut diharapkan bisa menjadi efek jera bagi semua pihak terutama orang-orang yang mendapatkan amanah jabatan di instansi pemerintah.

"Tindakan Gercep seperti ini lah yang sedikit mengobati luka masyarakat," lanjutnya.

Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah Kecamatan Pogalan tersebut juga mendukung langkah Sri Mulyani yang memerintahkan untuk memeriksa harta kekayaan Rafael.

"Memang harus diusut juga rekening sedemikian (Rp 56,1 miliar) itu wajar atau tidak bagi seorang PNS ditingkat seperti itu," ucap Gus Zaki.

Gus Zaki juga menilai sistem bonus yang diberlakukan bagi pegawai pajak yang telah memenuhi target juga perlu dievaluasi.

Menurutnya, memang sudah menjadi tugasnya seorang pegawai pajak bertugas untuk memungut pajak tanpa harus diberi bonus-bonus jika capaian pungutan pajak seusai target.

"Bonus itu menyakitkan, di masyarakat bawah, guru honorer itu digaji Rp 1,5 juta perbulan, itupun harus sertifikasi, harus mengajar sekian jam dan bahkan upahnya masih dipotong pajak penghasilan," lanjutnya.

Daripada untuk bonus pegawai pajak, Gus Zaki menilai ada baiknya setelah pajak terkumpul para guru honorer tersebut diberi apresiasi.

Gus Zaki lalu menyinggung gaya flexing atau pamer harta kekayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy.

Menurutnya, seorang anak yang dari awal hanya diberi kemewahan tanpa diberi pendidikan agama yang layak atau pendidikan etika dan sopan santun mereka akan kehilangan rasa humanis.

Bahkan Mario tidak menunjukkan rasa bersalah saat sudah ditetapkan tersangka oleh pihak kepolisian.

"Di desa cari Rp 50-100 ribu saja sulit, tapi di sana mereka memamerkan harta kekayaan orang tuanya," ucap Gus Zaki.

"Sedangkan kita di bawah, dikejar-kejar untuk membayar pajak tapi ternyata setelah terkumpul dibuat bonus untuk pegawai pajak, untuk apa kita membayar Pajak kalau sudah terkumpul malah dibuat bonus," pungkasnya.

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved