Berita Malang Hari Ini

Data Sementara PPDB Zonasi di SMPN 18 Kota Malang Terjauh 1038 Meter

Pagu PPDB zonasi mencapai 50 persen dari pagu sekolah. Srijatun, Kepala SMPN 18 Kota Malang pada suryamalang.com mengatakan memang ada pergeseran. 

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Yuli A
sylvianita widyawati
Kegiatan panitia PPDB di SMPN 18 Kota Malang, Rabu (14/6/2023). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - PPDB zonasi masuk SMPN di Kota Malang sudah hari ketiga, Rabu (14/6/2023).

Sudah banyak calon peserta didik baru (CPDB) yang berguguran karena bertarung jarak.

Pagu PPDB zonasi mencapai 50 persen dari pagu sekolah. Srijatun, Kepala SMPN 18 Kota Malang pada suryamalang.com mengatakan memang ada pergeseran. 


"Hari pertama agak tenang. Tapi mulai Selasa (13/6/2023) mulai terasa. Sedang server agak lemot karena bersamaan di hari kedua. Saat hari pertama juga agak lemot karena zonasi kan banyak peminatnya," kata dia. Sebab zonasi adalah tahap akhir PPDB setelah tahapan satu, dua, tiga sudah gagal. "Ini tahap terakhirnya sebagai harapan," jawab mantan Kepala SMPN 25 ini.


Pagu zonasi di SMPN 18 sebanyak 120 siswa dari pagu total 240 total. Sampai Rabu siang pukul 11.00 WIB, catatan di server, jarak terdekat adalah 99,07 meter. Sedang terjauh 1038 meter. Ini dari 120 siswa yang memilih SMPN 18 sebagai pilihan pertama. Jarak 1 km an itu dari SMPN ini kira-kira di sekitar kantor PDAM di kawasan Sudimoro itu. Karena pagu yang diterima hanya 50 persen, maka persaingan juga ketat dari sisi jarak.


Dari wawancara sebelumnya dengan siswa SD kawasan Dinoyo, SMPN 18 adalah sebagai salah satu pilihan zonasi. Namun ternyata jarak sementara yang masuk dalam kuota adalah tak lebih dari 1 km dari sekolah. Sekolah itu sendiri berada di kawasan perumahan Griya Shanta yang padat penduduk. Tahun ini, SMPN 18 menerima delapan rombel. 


Di kesempatan itu Srijatun menceritakan tentang pengalaman masuknya calon siswa inklusi yang mendaftar dalam zonasi. "Padahal untuk inklusi ada jadwal PPDB sendiri. Namun ada calon siswa yang merasa rumahnya dekat dengan sekolah mendaftar lewat zonasi," kata dia. Padahal ini berdampak pada pelayanan yang didapatkan.


"Jika sejak awal sudah diketahui inklusi, maka pelayanan juga maksimal karena ada GPK (Guru Pendamping Khusus)," jawab dia. Karena ada kejadian seperti itu, maka sekolah selanjutnya melakukan tes diagnosis. Saat ini ada 12 siswa inklusi yang naik kelas 8 dan 9. Sedang sekolah sudah mendapatkan empat calon siswa kelas 7 yang dari jalur inklusi.


"Kenapa membatasi empat orang karena kemungkinan ada lagi dari zonasi," jawab dia. Calon siswa inklusi yang diterima di sekolah reguler adalah yang memiliki ketunaan ringan. "Misalkan austis berat, ya gak berani. Difabel tuna daksa tidak berani karena sarprasnya belum mendukung," jelas dia. Dikatakan, di juknis PPDB disampaikan setiap sekolah wajib menerima anak inklusi dengan ketentuan memiliki dua ketunaan dan tidak lebih serta disesuaikan sarpras sekolah yang ada. 


Pengalaman menerima siswa inklusi dari jalur zonasi diketahui saat anaknya kurang berkembang. "Ternyata sejak SD sudah inklusi tapi ditutupi dengan ikut reguler. Tapi ya rugi. Anaknya tidak bisa berkembang. Akhirnya menyerah kembali ke inklusi," paparnya. Siswa inklusi juga diberikan pembekalan life skill berupa pendidikan vokasi misalkan membuat konektor, batik, membuat gorengan dan lainnya agar bisa jadi bekalnya kelak. 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved