Berita Batu Hari Ini

RS Prasetya Husada Malang Bantah Dugaan Malapraktik, Dokter : Kami Sudah Lakukan Sesuai SOP

RS Prasetya Husada Karangploso Kabupaten Malang buka suara terkait dugaan malapraktik yang dialami anak berusia 6 tahun Alvito Ghaniyyu Maulida

Penulis: Dya Ayu | Editor: rahadian bagus priambodo
suryamalang.com/myu
Direktur RS Prasetya Husada dan Dokter Anak Rs Prasetya Husada 

SURYAMALANG.COM, BATU - Rumah Sakit Prasetya Husada Karangploso Kabupaten Malang buka suara terkait dugaan malapraktik yang dialami anak berusia 6 tahun bernama Alvito Ghaniyyu Maulidan yang meninggal pada Rabu (14/6/2023) lalu, setelah disuntik dua spet obat ke cairan infusnya oleh perawat.

Pihak RS Prasetya Husada mengatakan,proses penanganan pasien Alvito sudah sesuai SOP atau Prosedur Operasi Standar.

"Setelah kami lakukan audit internal, terkait penanganan pasien anak atas nama Alvito, tidak ditemukan adanya pelanggaran SOP dan sudah sesuai prosedur,” kata Direktur RS Prasetya Husada, Dr Prima Evita, Kamis (22/6/2023).

Sedangkan Dokter Spesialis Anak RS Prasetya Husada, dr Agung Prasetyo Wibowo yang saat kejadian dikonseling untuk menangani pasien Alvito, menuturkan kondisi ketika anak Alvito tiba di rumah sakit.

“Anak datang bersama keluarganya sekitar pukul 23.00 WIB. Waktu itu keluhannya muntah, sulit makan dan memang anaknya agak lemes. Tangan dan kakinya dingin, denyut nadinya sudah mulai meningkat. Kemudian pasien diputuskan sebagai infeksi pencernaan dengan dehidrasi,” ujar Agung Prasetyo Wibowo.

Kemudian Agung menjelaskan, sempat ada kendala saat pemasangan infus. Saat itu pihaknya mengaku pemasangan infus memakan waktu sekitar 1 jam dan baru diberikan suntikan. 

“Pemasangan infus saat itu tidak gampang. Kemudian tak lama setelah dipasang infus, pasien muntah dan pada akhirnya diberi suntikan obat anti muntah dan lambung,” jelasnya.

Selanjutnya Agung yang saat itu hanya dikonsuli via telefon oleh dokter UGD Prasetya Husada, mendapat laporan Alvito mengalami dehidrasi berat namun saat dilihat kondisinya sadar.

“Itu saya juga heran karena secara umum anak dengan dehidrasi atau kurang cairan berat biasanya tidak sadar. Biasanya kalau kaki tangan dingin dan detak jantung meningkat ini dikarenakan mengalami syok atau mengalami gangguan sirkulasi, di mana cairan tidak cukup dipompa diseluruh tubuh,” terang Agung.

Pihaknya tidak menampik jika saat itu dirinya tidak bisa memastikan sakit yang diderita Alvito, sekalipun ia sudah berpengalaman sebagai dokter spesialis anak.

“Saya juga bimbang saat itu karena kasusnya agak susah. Kondisi yang ditunjukkan pasien. Baru saya menimbang-nimbang infus apa yang diberikan. Sebab, dehidrasi biasa dengan berat itu berbeda-beda. Saat saya masih menimbang apa tindakan yang akan dilakukan pasien tiba-tiba kejang,” lanjutnya.

Saat di dalam telefon ia mengaku juga mendengar teriakan dari keluarga jika anaknya kejang. Selanjutnya Agung meminta evaluasi ulang sebab menurutnya  kondisi pasien bisa berubah kapanpun.

“Akhirnya dokter IGD minta izin ke saya untuk mengevaluasi ulang. Waktu itu saya berpikiran, karena insting saya sebagai dokter spesialis anak, saya pernah beberapa kali mengalami kasus seperti. Saat dokter UGD mengevaluasi dan ternyata terjadi henti jantung. Akhirnya dilakukan upaya pijat jantung dan diberikan adrenalin,” ungkapnya.

“Yang pasti posisi ini (henti jantung,red) resiko meninggal. Karena selama saya menjadi spesialis anak ketika henti jantung hampir seluruhnya tidak tertolong,” tambahnya.

Hingga pada akhirnya Alvito dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis RS Prasetya Husada.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved