Berita Malang Hari Ini
Pemerhati Sejarah Berharap Pemkot Pasang Lampu Selanggam Arsitek Nieuw Bowen di Alun-alun Tugu
Meski ada rencana perubahan dekorasi lampu, namun lampu yang dipasang memiliki desain tiga lampu, sama seperti di kawasan Kayutangan.
Penulis: Benni Indo | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM, MALANG - Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang merencanakan mengubah dekorasi lampu di Alun-alun Tugu. Meski ada rencana perubahan dekorasi lampu, namun lampu yang dipasang memiliki desain tiga lampu, sama seperti di kawasan Kayutangan. Hal itu dijelaskan Kepala DLH Kota Malang, Noer Rahman saat ditemui di gedung DPRD Kota Malang.
"Lampu di Tugu dekornya berubah, tetap masih ada tiga pasang lampu, desainnya sama seperti di heritage," ujarnya.
Belakangan, ada saran dari pemerhati sejarah dan cagar budaya agar Pemkot Malang memasang lampu dengan ciri khas Kota Malang. Rahman mengatakan, dirinya tidak memiliki kewenangan yang luas untuk konsep bentuk lampu. Hal tersebut akan diserahkan sepenuhnya kepada perencana dan konsultan.
"Yang jelas, konsep perencanaan dari konsultan. Kami akan lihat pengerjaannya. Kami fokus pada persoalan normalisasi saluran, agar tidak ada genangan di sekitar alun-alun," ungkapnya.
Pemerhati sejarah dan cagar budaya, Tjahjana Indra Kusuma menyatakan, rencana pemasangan lampu dengan desain seperti Kayutangan bisa menjadi langkah pengaburan sejarah arsitektural. Terutama di kawasan Alun-alun Tugu yang desain awalnya sudah terbentuk sejak era kolonial.
"Lebih baik mencotoh saja yang seperti di Jembatan Kahuripan dan Majapahit. Itu sesuai langgamnya, memang didesain seperti itu dan satu set dengan jam kota. Itu desain nieuw bowen. Jika dipasang seperti lampu di kawasan Kayutangan, ini pengaburan sejarah arsitektural," terangnya.
Lampu penerangan yang terpasang di Kayutangan bukanlah langgam sejumlah bangunan sejarah di Kota Malang, tak terkecuali Balai Kota Malang. Kata Tjahjana, kompleks di Balai Kota Malang dan sekitarnya telah didesain sedemikian rupa, tak hanya bangunan, bahkan pohon pusaka yang ada dan mengelilingi kawasan tersebut merupakan bagian dari desain terukur.
"Kalau lampu seperti Kayutangan dipasang, tidak selanggam. Lampu di Kayutangan itu konteksnya Malioboro, kalau Malioboro kan langgam keraton. Kota Malang ini nieuw bowen, khas kolonial," terangnya.
Tjahjana menyarankan agar Pemerintah Kota Malang bisa membangun komunikasi dan koordinasi dengan pihak-pihak yang paham tentang cagar budaya sebelum melakukan pembangunan. Tjahjana sendiri mengaku sudah memberikan masukan kepada pemerintah terkait hal ini.
"Saya sudah sampaikan, tapi yang saya sampaikan itu seperti setitik air di tengah padang pasir yang luas," ungkapnya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Raymond Valiant Ruritan, warga yang memiliki perhatian terhadap sejarah Kota Malang juga menyuarakan hal yang sama seperti disampaikan Tjahjana. Saat ditemui, Raymond menjelaskan bahwa model lampu yang kini berada di Kayutangan mirip dengan kawasan Malioboro di Yogyakarta. Hal itu tidak menunjukan karakteristik Kota Malang.
Dipaparkannya, Kota Malang memiliki sejarah pembangunan gedung dengan gaya arsitek nieuwe bouwen. Gaya ini berkembang antara tahun 1920 hingga 1940. Ciri-cirinya, bangunan menggunakan bentuk yang universal seperti kubus, tabung atau garis horizontal.
Salah satu bangunan peninggalan arsitek nieuwe bouwen di Kota Malang adalah bangunan lama yang kini menjadi kantor PLN. Selain bangunan itu, peninggalan arsitek nieuwe bouwen yang berkembang pesat di Kota Malang pada era itu ialah bentuk tiang lampu yang berada di sebuah jembatan Jl Kahuripan dan Jembatan Speelman di Jl Majapahit.
Bentuknya mengerucut ke atas. Di pucuk, ada sebuah bola lampu. Tidak ada lengkungan seperti yang terlihat di Kayutangan. Raymond berpendapat, ciri khas tiang lampu itu lebih cocok dipasang di kawasan Alun-alun Tugu Kota Malang.
"Jadi gaya arsiteknya sederhana sehingga mudah perawatannya. Revitalisasi boleh saja, tapi sebaiknya ada karakter Kota Malang. Tidak ada cerita Kota Malang itu bergaya Mataraman atau ikut klasik Victorian dalam kesejarahannya. Jadi konsep arsitek nieuwe bouwen dan art deco jadi salah satu properti estetika di sini," ujarnya.
Ia berharap, karakter khas Kota Malang tersebut bisa terwujud dalam revitalisasi Alun-alun Tugu. Kota Malang menurutnya tempat yang unik dan khas sebagai kota sehingga kekhasan tersebut perlu dijaga. (Benni Indo)
Polemik Beli LPG 3 Kg di Distributor, Pemilik Pangkalan di Kota Malang sampai Bingung |
![]() |
---|
UMKM Kota Malang Tak Peduli Harga Mahal, Yang Penting LPG 3 Kg Selalu Ada |
![]() |
---|
Polemik Beli LPG 3 Kg di Pangkalan, Warga Kota Malang: Kebijakan Jangan Bikin Repot |
![]() |
---|
Bisnis Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka UB Malang, Maggot Jadi Pakan Kucing dan Busana Big Size |
![]() |
---|
Puluhan Napi di Lapas Malang Lolos Kompetensi, Diwisuda Jadi Guru Al-Quran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.