Setahun Tragedi Kanjuruhan

Mengenang Setahun Tragedi Kanjuruhan, Kronologi Kekalahan Arema FC dari Persebaya Jadi Awal Duka

Mengenang setahun Tragedi Kanjuruhan yang merenggut ratusan nyawa Aremania di Malang. Kronologi kekalahan Arema dari Persebaya jadi awal kerusuhan.

|
Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM
Mengenang Setahun Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktobber 2023 

Pria yang akrab disapa Aan ini sudah beberapa kali mengirim lamaran ke sejumlah perusahaan. Tapi, korban selamat tragedi Kanjuruhan ini tak kunjung bekerja.

Insiden di Stadion Kanjuruhan menyebabkan pria asal Desa Tegalsari, Kecamatan Kepanjen, Kabupateb Malang ini mengalami luka di kaki kiri dan wajah. Sekarang Aan masih berjalan dengan tertatih-tatih.

"Sekarang kondisinya sudah membaik. Dulu kaki kiri saya retak. Kalau kena hawa dingin, rasanya keram," ujar Aan kepada SURYAMALANG.COM, Jumat (29/9).

Sejak kondisinya pulih, Aan lebih banyak berada di rumah. Alumnus SMK Negeri 7 Gondanglegi ini mengaku ingin bekerja seperti teman-temannya.

Aan pun sudah melamar pekerjaan di berbagai tempat. Bahkan Aan pernah melamar kerja di pabrik yang tidak jauh dari rumahnya sebagai tiga kali.

"Saya melamar tiga kali. Hanya sekali mendapat panggilan untuk interview. Tapi setelah itu tidak ada kelanjutannya lagi," terangnya.

Kadang Aan iri dengan dengan teman-temannya yang sama-sama melamar di perusahaan itu dan langsung bekerja. Aan tidak tahu apa alasan dirinya tidak diterima di perusahaan itu. Aan hanya bisa menduga kondisinya yang menyebabkan gagal lolos interview.

Sekarang Aan hanya bisa berada di rumah. Kadang Aan membantu ayahnya bekerja di sawah.

"Agar tidak sumpek kalau berada di rumah terus. Saya juga memulihkan diri biar sedikit lebih kuat," ungkapnya.

Sang ibu, Dewi Fitriyah masih merasakan trauma jika mengingat kejadian kelam itu. Dewi ingat betul bagaimana anaknya harus berjuang untuk sembuh.

Menjelang satu tahun tragedi Kanjuruhan, Dewi masih merasa sedih.

"Kalau lihat status WhatsApp keluarga korban jelang satu tahun ini, saya terharu dan menangis. Alhamdulilah, anak saya bisa selamat," kata Dewi.

Devi Atok Yulfitri pun masih trauma dengan tragedi Kanjuruhan. Pria asal Kecamatan Bululawang ini kehilangan dua anaknya, Natasya (16) dan Nayla (13) dalam insiden yang menewaskan 135 orang tersebut.

Melalui akun Instagram @deviatok23, Devi ATok berkomentar di unggahan akun Malang Corruption Watch (MCW) @mcwngalam.

"Kami mpek gak bisa bekerja. Trauma dan keputusasaan kehilangan anak2 kami. Bagai kiamat dunia. Trauma melihat polisi berseragam di jalanan. Trauma melihat jalan di depan rs wava husada kepanjen. Trauma melihat lapangan sepak bola. Psikis kami hancur," tulis akun @deviatok23.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved