Berita Tulungagung Hari Ini

Penyebab Banyak Penderita Katarak di Kawasan Pesisir Menurut Analisa Mensos Risma

Operasi katarak sebenarnya termasuk operasi kecil dan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun masyarakat sering kali takut mendengar kata operasi.

Penulis: David Yohanes | Editor: Yuli A
david yohanes
Mensos Tri Rismaharini bertemu pasien operasi katarak di RSUD dr Iskak Tulungagung. 

“Para nelayan ini biasa melaut, terpapar radiasi matahari. Itu yang membuat angka katarak mereka tinggi,” ungkap Risma.

SURYAMALANG.COM, RULUNGAGUNG - Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini menghadiri operasi katarak dalam rangka hari jadi ke-106 Kabupaten Tulungagung di RSUD dr Iskak Tulungagung, Rabu (22/11/2023).

Penanganan katarak menjadi salah satu prioritas  Kemensos, dengan harapan bisa mencegah kebutaan.

 

Harapannya warga tidak terlambat melakukan operasi sehingga tidak semakin banyak warga yang menjadi disabilitas.

 

“Temuan kami, banyak warga yang menjadi disabilitas karena terlambat operasi katarak. Dari situ, maka harus kita cegah,” ujar Risma.

 

Warga yang menjadi buta karena terlambat operasi katarak menjadi tidak produktif dan tergantung pada orang lain, khususnya keluarga dekat.

 

Selain itu kondisi ini juga membuat anggota keluarganya menjadi tidak produktif.

 

Karena itu Kemensos berupaya menggelar operasi katarak dengan menggandeng para donatur.

 

“Setiap bulan kami lakukan. Bulan kami lakukan depan di seluruh balai kami  yang ada di seluruh Indonesia,” tegas Risma.

 

Sebelumnya Risma mengaku mendapat data dari Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami), bahwa angka kebutaan Jawa Timur salah satu yang tertinggi.

 

Karena itu Kemensos melakukan penyisiran, paralel dengan upaya serupa yang dilakukan di luar Pulau Jawa.

 

Sasaran utamanya adalah daerah pesisir Jawa Timur yang ternyata menyumbang angka katarak paling tinggi.

1

“Para nelayan ini biasa melaut, terpapar radiasi matahari. Itu yang membuat angka katarak mereka tinggi,” ungkap Risma.

 

Karena itu setelah dari Tulungagung, akan dilakukan di wilayah pesisir Kabupaten Malang.

 

Selain itu wilayah Pantai Utara (Pantura) juga menjadi sasaran penyisiran pasien.

 

Tahun lalu upaya operasi katarak secara simultan ini telah menyelamatkan 6000 orang lebih dari kebutaan.

 

Secara khusus Risma juga mengapresiasi para dokter mata, karena mereka tidak dibayar namun bekerja secara luar biasa.

 

Upaya pencegahan kebutaan ini juga menyasar kalangan anak-anak yang ternyata juga banyak yang mengalami katarak sejak dini.

 

Risma mencontohkan, dua anak di Kediri sudah diselamatkan dari kebutaan, demikian juga anak di NTB.

 

“Ternyata ada katarak karena faktor keturunan. Namun ada ada satu di NTB yang terlambat, kita bawa ke Jakarta tapi sudah tidak bisa,” ucap Risma.

 

Operasi katarak sebenarnya termasuk operasi kecil dan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Namun masyarakat sering kali takut setelah mendengar kata operasi, karena terbayang biaya yang mahal.

 

Karena itu kerap diadakan operasi massal dengan menggandeng donatur, untuk menjangkau masyarakat agar tidak merasa terbebani.

 

Di luar Pulau Jawa, operasi katarak ini kerap menjadi masalah karena jaraknya yang jauh.

 

Kemensos kerap menjemput pasien dan diinapkan di balai selama seminggu, sampai selesai di operasi.

 

“Kalau di luar Jawa sering kali jaraknya memang sangat jauh. Karenanya masyarakat kami minta menghubungi Dinsos atau balai kami agar dijembatani,” pungkas Risma. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved