Berita Malang Hari Ini

Curhat Panji, Dosen Poltekom Malang Dibayar Rp 1 Juta Per Bulan, Bertahan karena Beban Moral

Curhat Panji, dosen Poltekom Malang dibayar Rp 1 juta per bulan, bertahan karena beban moral.

|
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
Suryamalang.com/Sylvianita Widyawati
Spanduk protes mahasiswa (kiri) dan kondisi kampus Poltekom Malang (kanan). Curhat Panji, dosen Poltekom Malang dibayar Rp 1 juta per bulan, bertahan karena beban moral. 

SURYAMALANG.COM, - Curhat Panji dosen Poltekom Malang digaji Rp 1 juta per bulan selama 3 tahun memperjelas situasi di kampusnya. 

Kampus Politeknik Kota Malang alias Poltekom Malang itu belakangan memang jadi sorotan. 

Mahasiswa Poltekom Malang pun protes kepada kampus mereka sebab banyak dosen yang keluar dan proses perkuliahan tidak berjalan.

Poltekom Malang yang kini ada di ujung tanduk itu praktis membuat mahasiswanya terlantar termasuk salah satu dosen bernama Panji Peksi Branjangan.

Panji hanya diberi gaji Rp1 juta per bulan selama tiga tahun terakhir. 

Panji yang mengajar untuk program studi Teknik Mekatronika itu mengatakan seharusnya upah yang diterima setiap dosen sekitar Rp 3 juta.

Sedangkan sejak April 2020 upah yang diterima tidak sesuai.

Baca juga: Kepala LL Dikti VII Jatim Terkait Polemik di Poltekom : 88 Mahasiswa Harus Diberi Pembelajaran

Artikel Kompas.com 'Pengakuan Dosen Poltekom Malang, Hanya Digaji Rp 1 Juta Per Bulan'.

Tampak depan kampus Politeknik Kota Malang (Poltekom), Senin (20/11/2023).
Tampak depan kampus Politeknik Kota Malang (Poltekom), Senin (20/11/2023). ()

Meski demikian, Panji tetap bertahan menjadi Dosen di Program Studi Teknik Mekatronika tersebut. 

Panji memilih untuk bertahan mengajar karena merasa masih memiliki tanggung jawab moral.

"Mengingat karena masih ada dua angkatan yang belum saya luluskan," kata Panji saat dihubungi Selasa (21/11/2023) mengutip Kompas.com (grup Suryamalang). 

Pembayaran upah yang tidak sesuai berdampak pada sistem pembelajaran bagi mahasiswa sebab para dosen harus menyesuaikan ongkos akomodasi untuk mengajar.
 
"Jadi kami perhitungkan untuk transportasi Rp 1 juta itu cukupnya untuk berapa kali berangkat ke kampus, untuk berapa hari. Itu kami sesuaikan," katanya.

Selain itu, beban lebih juga dirasakan para dosen yang tersisa sebab terpaksa  merangkap mengajar beberapa mata kuliah karena kurangnya jumlah pengajar. 

"Dengan mengajar mata kuliah yang merangkap ini, harusnya kami dibayar lebih malahan tapi gaji kami saat ini seperti disamakan dengan petugas cleaning service," jelas Panji

"Ini sangat disesalkan. Selama ini kami sudah mengupayakan dengan meminta kepada direktur untuk bertemu pihak yayasan. Tapi selama ini tidak pernah berhasil," terangnya.

Selain itu, Panji bersama dosen-dosen lainnya sempat menanyakan kepada pihak kampus mengapa gajinya tidak dibayarkan secara penuh.

Panji mengatakan pihak kampus menjanjikan akan membayar sisa kekurangan gaji tersebut, namun hingga saat ini tidak berubah. 

Bahkan menurut Panji dosen-dosen yang keluar dan meninggal saat pandemi Covid-19 gajinya belum diselesaikan, atau belum diberikan kepada keluarga mereka.

"Pernah kami menanyakan soal hanya dibayar Rp 1 juta, dan dari direktur atau wakil direktur itu cuma menjanjikan akan dibayar sisanya" ungkap Panji.

"Tapi buktinya apa sampai sekarang ya cuman Rp 1 juta setiap bulan," imbuhnya. 

Baca juga: Fakta-fakta Kondisi Poltekom Malang yang Merana, Dosen Tak Digaji 3 Tahun, Mahasiswa Terlantar

Kondisi di kampus Politeknik Kota Malang (Poltekom), Senin (20/11/2023).
Kondisi di kampus Politeknik Kota Malang (Poltekom), Senin (20/11/2023). (suryamalang.com/sylvi)

Kendati begitu, Panji yang sudah menjadi dosen di Poltekom sejak 2010 mengaku heran dengan maksud kampus masih menerima mahasiswa baru tahun 2023.

Padahal, situasi dan kondisi kampus tidak ada kejelasan.

"Ada satu angkatan mahasiswa baru 2023 ini belum mengikuti mata perkuliahan" ujarnya. 

"Dari direktur tidak pernah menghubungi dosen terkait, mekanisme mengajar dan gajinya seperti apa," jelas Panji.

"Sehingga yang menjadi korban para mahasiswa baru ini karena tidak ada kejelasan," sambungnya.

Sementara pihak yayasan memilih bungkam meski mahasiswanya menuntut tanggung jawab terkait upah dosen, pembenahan bangunan hingga keberlanjutan aktivitas perkuliahan.

Sekretaris Yayasan Poltekom Malang yang juga Anggota DPRD Kota Malang, Suryadi enggan memberikan komentar soal kondisi kampus yang terletak di Jalan Tlogowaru, Kota Malang itu.

Saat ditemui di Kantor DPRD Kota Malang, Rabu (22/11/2023), Suryadi mengarahkan para jurnalis bertanya ke pimpinan yayasan.

Suryadi juga tidak memberikan jawaban yang jelas dan tegas saat ditanya siapa suhu yang dimaksud.

"Langsung ke suhu-suhunya saja." kata politisi yang juga maju kembali sebagai caleg DPRD Kota Malang itu.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Poltekom, Mahbub Ubaidillah sebelumnya mengatakan di Poltekom terdapat 4 program studi yakni Teknik Mekatronika, Teknik Informatika, Teknik Telekomunikasi, Destinasi Wisata.

Namun kini hanya tinggal dua prodi yang memiliki mahasiswa, yaitu Mekatronika dan Informatika.

Sebagai mahasiswa jurusan Mekatronika angkatan 2021, Ubaidillah menceritakan keresahannya terkait kondisi Poltekom

"Bahkan dalam kondisi seperti ini masih menerima mahasiswa baru (maba). Ada enam orang," jelas Abdillah sapaan akrabnya pada wartawan Senin (20/11/2023). 

Abdillah sebagai kakak tingkat merasa kasihan kepada adik tingkatnya.

Sebelum tahun 2020, kondisi Poltekom tampak baik-baik saja. 

Bahkan pada tahun 2019, Komisi B DPRD Kota Malang juga mendatangi kampus itu terkait aset Pemkot Malang yang ditempati Poktekom.

"Sejauh ini kami sudah mendatangi para pengurus yayasan satu persatu dan direksi. Tapi hasilnya masih belum ada sampai sekarang," kata Abdillah. 

Kini para mahasiswa bergabung dan berjuang bersama agar Poltekom bisa seperti dulu lagi.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

(KOMPAS.com/Nugraha Perdana)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved