Cerita Fadli Pendaki Gunung Marapi Jarinya Putus Tangkis Hujan Batu, Tak Bisa Melihat Dikepung Asap

Cerita Fadli pendaki Gunung Marapi jarinya putus tangkis hujan batu, tak bisa melihat dikepung asap.

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Eko Darmoko
Youtube KOMPASTV DEWATA/BBC Indonesia
Muhammad Fadli. Cerita Fadli pendaki Gunung Marapi jarinya putus tangkis hujan batu, tak misa melihat dikepung asap 

Di tengah situasi asap hitam dan debu disertai hujan batu, Fadli yang saat itu masih bersama tiga rekannya perlahan-lahan bergerak turun. 

Mereka berusaha menghindari awan panas.

“Kami terus mencoba bergerak ke arah bawah dengan terus mencari tempat bersembunyi di bebatuan,” katanya.

“Saya mencoba bergeser ke bawah itu, untuk mencari jaringan (sinyal) untuk menghubungi pihak pos penjagaan dan meminta agar kami dijemput,” lanjutnya.

Setelah mendapat beberapa batang sinyal di layar ponsel, Fadli langsung menghubungi pihak Basarnas dan menyampaikan situasi dan keadaannya.

“Pihak Basarnas meminta agar saya menunggu di sebuah pertigaan dan nanti katanya akan dijemput ke sana,” lanjutnya.

Baca juga: Jasad Novi Pendaki Gunung Marapi Ditemukan, Sempat Live Facebook Sebelum Erupsi, Anaknya Juga Tewas

Muhammad Fadli pendaki Gunung Marapi jarinya putus tangkis hujan batu 1
Muhammad Fadli pendaki Gunung Marapi jarinya putus tangkis hujan batu 1 (BBC Indonesia)

Setelah menunggu kurang lebih delapan jam, akhirnya yang ditunggu pun sampai di tempat yang sudah dijanjikan untuk penjemputan.

“Saat tim evakuasi sampai di tempat itu, akhirnya saya bisa lega. Karena saya dan tiga teman saya akhirnya bisa selamat walaupun dalam keadaan luka-luka,” lanjutnya.

Saat dievakuasi, Fadli mengalami luka patah tulang, besut, dan luka bakar di punggungnya. 

Kondisi ini membuatnya harus digendong anggota tim penyelamat yang melakukan penjemputan tapi kemudian lukanya terasa perih, sehingga harus ditandu.

“Setelah tiga jam ditandu, akhirnya saya sampai ke pos evakuasi dan akhirnya saya bawa menggunakan ambulans ke Rumah Sakit Umum Daerah.RSUD) ini,” lanjutnya.

Fadli menceritakan, Ia bersama 17 orang teman lain yang terdiri dari 12 pria dan lima perempuan, memutuskan untuk naik ke Gunung Marapi pada Sabtu (2/12/2023).

Saat mendaki, Fadli dan kawan-kawan tidak merasakan firasat apapun. 

“Kami naik hari Sabtu dan bersama-sama mendaki dan saling membantu dalam segala hal,” katanya.

Pada Minggu (3/12/2023) Fadli bersama belasan temannya langsung menuju puncak untuk melihat matahari terbit dan menikmati pemandangan.

“Sebelum menuju puncak, kami sempat makan terlebih dulu karena pagi itu kami cukup lapar,” lanjutnya.

Di puncak Gunung Marapi, Fadli bersama temannya berfoto dan bersenda gurau sembari menikmati pemandangan yang indah.

“Sungguh tidak saya sangka gunung akan erupsi karena tidak ada tanda-tanda yang kami rasakan,” katanya.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved