Berita Surabaya Hari Ini

Kronologi Versi Keluarga, Penyebab Tewasnya Pelajar SMPN 37 Surabaya yang Terlibat Tawuran

Pihak keluarga mengungkap versi lain atas tewasnya Jonathan Marcel (16) pelajar kelas 3 SMPN 37 Surabaya dengan luka sobek di dada hingga punggung

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: rahadian bagus priambodo
surya.co.id/luhur pambudi
Para pelayat yang datang ke rumah korban tawuran di kawasan Jalan Kapasari Perdukuhan Gang 5, Simokerto, Surabaya 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA-Pihak keluarga mengungkap versi lain atas tewasnya Jonathan Marcel (16) pelajar kelas 3 SMPN 37 Surabaya dengan luka sobek setengah melingkar dari dada hingga punggung diduga dibacok senjata tajam saat terlibat tawuran antar kelompok remaja, pada Sabtu (9/12/2023) dini hari. 


Ibunda korban Rita Maulita (48) menceritakan, dirinya baru mengetahui anak keempat dari lima bersaudara itu, sekitar pukul 05.00 WIB, dari anak pertamanya yang memperoleh informasi tersebut dari teman Marcel dan pihak kepolisian setempat. 


Bahwa anaknya telah dalam keadaan meninggal dunia di kamar mayat RS Adi Husada, Kapasari, Simokerto, Surabaya. 


Padahal, ungkap Rita sapaannya, sekitar pukul 19.00 WIB, usai malam malam, sang anak Marcel berpamitan kepadanya untuk pergi keluar untuk bermain. 


Ia menganggap anaknya itu, tidak bermain jauh. Karena hanya mengenakan celana pendek dan kaus oblong. 


Bahkan, Rita sempat memberikan pesan agar Marcel secepatnya pulang karena situasi Kota Surabaya pada malam hari itu, mendung dan hujan. 


"Saya kira dia gak ada ke mana gitu. Kata kakaknya ternyata Marcel gak ada, sudah mati. Lalu rencananya saya mau saya jemput langsung gak usah urusan polisi. Ternyata gak boleh, karena ini (kematian akibat) kriminal kata polisi, ada prosedurnya," ujarnya seraya menahan tangis yang nyaris tumpah saat ditemui TribunJatim.com di depan rumah duka. 


Rita menduga, Marcel hanya duduk dan nongkrong di sekitar lokasi Jalan Raya Sidotopo Wetan, untuk bermain ponsel bersama teman-temannya yang lain memanfaatkan WiFi di salah satu warkop. 


Marcel tidak memiliki ponsel pribadi. Menurutnya, sang anak biasa bermain menggunakan ponsel milik teman-temannya bermain satu tongkrongan. 


Namun, ia menduga, pada subuh pagi tadi, Marcel hanya ikut berlari-larian untuk membuat 'konten' tawuran tersebut. 


Nah, apesnya, saat berlarian itu, tubuh Marcel terjatuh karena terpeleset sandal jepit yang dikenakannya. 


Marcel yang tertinggal dari kerumunan, lantas menjadi sasaran kekejian kelompok lawan tawuran tersebut. Hingga akhirnya sang anak mengalami luka parah di bagian dada hingga punggung. 


"Mungkin, kayaknya dia main wifi. Dia kan gak punya HP. Dia cuma ikut nongkrong sama Teman-temannya main Wi-Fi, di situ ada konten, di situ dia ikutan lari," katanya. 


"Lalu saat lari, dia terpeleset pakai sandal licin. Habis itu, disamsak sama pihak musuhnya di Rangkah," tambahnya. 


Bahkan, Rita menganggap, anaknya itu tidak terlibat dengan kelompok remaja tertentu. Dua orang teman sepermainan Marcel yang juga satu sekolah SMP dengan sang anak, kini sedang menjalani pemeriksaan di Mapolsek Simokerto. 


Dua orang teman anaknya itu, juga sempat menolong Marcel untuk segera mendapatkan pertolongan medis di rumah sakit terdekat. 


Dan, menurut Rita, informasi yang diperolehnya dari dua teman Marcel itu, sesuai dengan kronologi tersebut. 


"(Berarti Marcel engga ikut tawuran) intinya mungkin begitu. Tapi informasi kebanyakan orang temannya begitu. Jadi dia lagi nongkrong terus ada konten, dia ikut lihat, pas lari, dia ikut lari, kepeleset, Marcel dipikir musuhnya, langsung disamsak (jadi sasaran). Apes Marcel itu mas," pungkasnya. 


Sementara itu, teman sekelas sekolah korban, Attarullah (14) mengatakan, komunitas teman yang terlibat tawuran bersama Marcel berbeda dari komunitas 'circle' pertemanan dari SMPN 37 Surabaya. 


Tak pelak, Atta sapaannya, juga tak mengetahui sosok lain dari teman sesama sekolahnya yang terlibat aktivitas tawuran tersebut.


Dan, ia menduga kuat, Marcel baru pertama kali terlibat kelompok teman lain yang gemar melakukan aksi tawuran tersebut. 


"Tawuran di daerah Rangkah, jam 03.30 WIB. Saya kurang tahu kronologi karena enggak ikut. Itu beda dari teman-teman ini (kelompok teman lain). Kayaknya baru pertama kali (Marcel ikut tawuran)," ujar Atta, saat ditemui TribunJatim.com di rumah duka korban. 


Di lain sisi, sahabat semasa keci korban, Nezha Gayyisa Fazil (16) mengatakan, dirinya tak menyangka bakal kehilangan teman dan sahabat karib semasa kecil dalam waktu cepat dengan cara yang demikian tragis. 


Ia mengetahui pertama kali kabar tersebut melalui broadcast pesan berantai yang masuk ke berbagai macam grub WhatsApp (WA) kalangan pertemanannya. 


Nezha tak menyangka, sang sahabat tewas dengan kondisi yang mengenaskan. Berdasarkan video rekaman kondisi jenazah sang teman, ia melihat darah membasahi sekujur tubuh Marcel, sapaan akrab sang sahabat. 


Kemudian, ia melihat kondisi luka sobek yang begitu jelas dan panjang. Yakni luka sobek berpola setengah lingkaran dari dada depan dekat ketiak sisi kanan, hingga ke belakang punggung tubuh sang sahabat. 


"Saya lihat video mayat yang banyak darahnya. Luka di lempeng dada depan sampai belakang. Melingkar," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di rumah duka korban. 


Padahal, beberapa jam sebelum kejadian, ia mengaku sempat menemui Marcel di rumah sang sahabat. 


Rencananya, ia ingin mengajak sang sahabat untuk bermain dan tidur di rumahnya yang memang bertetangga hanya berjarak sekian langkah saja. 


Namun, Nezha mengaku mengingat betul Marcel menjanjikannya bakal datang ke rumah setelah selesai 'ngonten'. 


Benar, lanjut remaja bertopi abu-abu itu, bahwa Marcel sempat menunda ajakannya karena hendak bermain dengan kelompok 'circle' pertemanan lainnya untuk 'ngonten', yang artinya, tawuran. 


"Maksudnya konten, ya tawuran itu. Komunitas teman Marcel yang bikin konten itu, berbeda jauh dengan komunitas teman sekolah," pungkasnya. 


Sementara itu, Kapolsek Simokerto Polrestabes Surabaya Kompol Moh Irfan mengatakan, pihaknya telah melakukan serangkaian tahapan penyelidikan atas kejadian tersebut. 


Tentunya, proses penyelidikan tersebut juga melibatkan anggota Tim Inafis Polrestabes Surabaya, mengingat adanya korban jiwa. 


Pihaknya sudah memeriksa sejumlah saksi yang mengetahui kejadian tersebut. Bahkan, ia tak menampik bahwa sudah ada sedikitnya dua orang yang sedang menjalani penyelidikan di Mapolsek Simokerto. 


Namun, ia memastikan sementara status kedua orang yang dimintai keterangan di ruang penyidik masih berstatus saksi.


Kompol Moh Irfan berjanji akan melansir perkembangan hasil penyelidikan atas kasus tersebut dalam waktu dekat. 


"Sementara masih ada 2 orang (dimintai keterangan), mohon waktu," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com, Sabtu (9/12/2023). 

Sumber: surya.co.id
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved