Berita Pasuruan Hari Ini

Kisah Wiwin Guru Islam Mengajar di Sekolah Kristen, Dicap Menjual Agama dan Menolak Pernikahan Dini

Kisah Wiwin Guru Islam yang Mengajar di Sekolah Kristen, Menolak Pernikahan Dini, Dicap Jual Agama

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Galih Lintartika
Wiwin Dwi Jayanti, guru beragama Islam mengajar di SMA Kristen Bhaitani Tutur, Pasuruan. 

Namun, ia tetap percaya diri dan tidak memasukkan cibiran itu dalam-dalam. Dia tetap fokus sekolah sekalipun banyak cibiran miring yang menerpanya. Ia tetap berusaha menjadi siswa yang baik dan berprestasi.

Di sisi lain, Wiwin ternyata memiliki tekat yang kuat untuk sekolah. Ia rela berjalan kaki kurang lebih 5 Km dari sekolah ke tempat penurunan angkutan dan masuk ke dalam rumahnya dari jalan raya.

Jarak sekolah dan rumahnya memang cukup jauh. Ia perlu jalan kaki untuk keluar ke jalan raya besar yang dilewati angkutan umum. Setelah itu, dia harus naik angkutan umum dan turun di Tutur.

Setelah dari tempat pemberhentian angkutan, ia harus berjalan kaki menuju sekolahnya.

Dan itu dilakukannya setiap hari sampai lulus SMP dan lanjut ke SMA. Dia tidak pernah diantar karena memang tidak ada kendaraannya.

Hambatan untuk melanjutkan sekolah lebih tinggi juga kembali datang. Saat duduk di bangku kelas 3 SMA, ia dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang pria yang sudah berumur dan mapan.

"Kalau ukuran orang mapan di desa itu sudah bekerja dan mendapatkan penghasilan setiap bulannya."

"Saya tidak boleh melanjutkan sekolah sampai lulus, tapi disuruh nikah saja," ungkap dia.

Saat itu, batinnya memberontak. Ia tidak ingin menikah dini seperti gadis yang ada di lingkungannya.

Ia tetap ingin sekolah sampai setinggi-tingginya. Ia menyadari, memang di lingkungannya jarang ada yang sekolah tinggi.

"Saat itu saya dibantu Bu Elok dan Pak Dedy, guru saya di sekolah."

"Saya dibantu menjelaskan ke kedua orang tua saya. Intinya, ya meminta saya diberikan izin untuk menuntaskan sekolah dan lulus SMA," ujarnya.

Hingga akhirnya, kedua orang tuanya pun bisa memahami penjelasan gurunya di sekolah.

Wiwin batal nikah. Namun, setelah lulus SMA, Wiwin diminta untuk segera mencari kerja dan tidak dianjurkan melanjutkan kuliah.

Tekat Wiwin sudah bulat. Secara diam-diam, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, ia dibantu dua gurunya mendaftar kuliah di UM dengan jalur bidik misi. Di sisi lain, ia juga melamar sebuah pekerjaan.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved