Breaking News

Berita Malang Hari Ini

Antologi Puisi 46 Warga Binaan Lapas Wanita Malang Dirilis : Aku Merdeka dan Jendela Berbingkai Baja

Antologi Puisi 46 Warga Binaan Lapas Wanita Malang Dirilis : Aku Merdeka dan Jendela Berbingkai Baja

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Suasana launching dan bedah buku antologi puisi karya 46 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Wanita kelas II A Malang, Rabu (7/2/2024). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Buku antologi puisi karya 46 warga binaan pemasyarakatan Lapas Wanita Kelas II A Malang dirilis dan dibedah di aula Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang, Rabu (7/2/2024).

Judul buku itu adalah 'Aku Merdeka dan Jendela Berbingkai Baja dan ber ISBN. Menurut Dr Daroe Iswatiningsih MSi, Kepala Lembaga Kebudayaan UMM di acara itu, ini merupakan buku ketiga yang menjadi karya warga binaan.

"Yang menulis puisi ini sebanyak 46 WBP Lapas Wanita Malang. Yang datang ke acara ini empat perwakilan WBP sebagai penulis," jelas Daroe.

Kerja sama Universitas Negeri Malang (UMM) dengan lapas sejak empat tahun lalu. Pertama terbit buku 'Titik Nadir Penantian'.

Lalu 'Cahaya Hati' dan buku antologi puisi 'Aku Merdeka dan Jendela Berbingkai Baja'.

Jika melihat isi bukunya, jumlah puisi tiap WBP berbeda. Ada yang satu sampai empat karya.

"Tujuan kami memberikan pelatihan pada WBP ini agar bisa jadi healing psikologis. Supaya apa yang dirasakan di hati mereka bisa terasakan oleh tulisan," kata Daroe.

Maka ia berharap agar karya mereka tidak berhenti sampai disini dan menghasilkan karya tulis lainnya.

Sedangkan Yunengseh BcIP SSos MH, Kepala Lapas Wanita kelas IIA Malang menceritakan proses penulisan buku ini sejak 1 Agustus 2023.

"Bahkan ada workshop penulisan dengan sastrawan Dr Tengsoe Tjahjono juga."

"Saya melihat antusiasme WBP karena minat menulis puisi ini. Sehingga mereka bisa mencurahkan isi hatinya."

"Ada rasa bersalah pada keluarga, anak-anak. Ini ekspresi mereka di dalam lapas," jawab kalapas.

Ia juga mendorong agar mereka terus menulis dan tak berhenti di karya ini.

Empat perwakilan penulis buku antologi puisi yang hadir menceritakan tentang proses kreatif mereka.

Fransisca yang di buku itu dengan karya dua puisi merasa senang atas terbitnya buku ini.

"Sebelumnya saya pernah menulis juga di buku 'Titik Nadir Perempuan'. Dua judul puisinya adalah 'Karena Merdekaku Sesederhana Itu' dan 'Terbelenggu'. Karya puisi 'Terbelenggu' ini untuk anak saya yang tidak pernah saya sentuh lama," ceritanya di forum.

Sedangkan WBP bernama Eva Aprilia menyatakan ia merasa bahagia karena bisa menulis perasaan saya selama di lapas.

Di acara itu ia juga membacakan karya puisinya. Dalam bedah buku itu Dr Hari Sunaryo MSi, dosen PBI UMM ingin agar WBP terus mengembangkan minat menulisnya.

"Jangan berhenti di sini karena dalam rangka program Lembaga Kebudayaan UMM."

"Jadi nanti kalau menulis sudah bukan lagi dalam rangka...," kata Hari.

Sehingga WBP bisa menawarkan gagasan dan pembaca mendapat kesadaran baru. Karena tulisan mereka ini menghadirkan pengalaman mereka, maka harus ada kebermaknaan dari itu.

Sedang Tengsoe, sastrawan melihat itu sebagai karya otentik mereka.

"Saya kagum pada karya mereka dan didalamnya juga tidak ada konteks yang diindah-indahkan."

"Sebab mereka mengkritisi diri sendiri," kata Tengsoe.

Sebagaimana yang lain, ia mendorong mereka terus menulis termasuk puisi termasuk jika sudah keluar lapas.

Menurutnya, menjadi penulis sastra itu sangat dihormati orang.

"Pengalaman di lapas harus ditulis karena mereka (pembaca) bisa belajar di kehidupan di dalam lapas," kata Tengsoe.

Tiga buku karya WBP diserahkan pada Yayuk Hermiati, Kepala Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah untuk jadi tambahan koleksi bacaan.

Perpustakaan keliling dari Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Malang juga menyinggahi lapas wanita untuk memenuhi minag baca WBP di sana.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved