Santri Tewas Dianiaya di Ponpes Kediri
Orangtua Santri Korban Penganiayaan Hingga Tewas di Ponpes Kediri Tolak Damai, Singgung Pihak Pondok
Suyanti bahkan memohon pihak -pihak lain terutama yang terlibat dalam kejahatan yang menewaskan anaknya (selain 4 tersangka) juga ikut diusut.
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, KEDIRI - Orangtua almarhum Bintang Balqis Maulana (14) santri yang tewas dianiaya seniornya di Ponpes Al Hanifiyyah, Mojo, Kabupaten Kediri bakal menolak berdamai dengan pihak pelaku penganiayaan yang telah menewaskan putranya.
Orangtua korban asal Banyuwangi itu bahkan meminta polisi untuk memeriksa pihak Pondok Pesantren yang diduga ikut terlibat dalam kasus penganiayaan berujung kematian santri itu.
Baca juga: Rekonstruksi Penganiayaan Santri yang Tewas di Ponpes Kediri, Pengacara Klaim Tak Ada Sudutan Rokok
Hal itu disampaikan Suyanti dan Effendi kedua orangtua almarhum Bintang Balqis Maulana saat bertemu awak media di Radio Andika Kediri, Senin (4/2/2024).
Suyanti bahkan memohon pihak -pihak lain terutama yang terlibat dalam kejahatan yang menewaskan anaknya juga ikut diusut.
Indikasi ini diungkapkan Suyanti, karena sebelum anaknya meninggal sempat menelepon dirinya memakai nomer telepon orang lain.
"Anak saya selama ini tertekan sehingga minta tidak usah dijemput. Diduga kejadian itu ada pelaku yang mengancam anaknya. Saya minta kejahatan ini diusut tuntas," tandasnya.
Diakui Suyanti, semula memang ada rencana untuk perdamaian.
Namun setelah melihat tanyangan di media massa dan penyataan pengacara tersangka yang seolah justru malah menyudutkan anaknya yang menjadi korban, pikirannya berubah.
"Saya sebagai ibunya merasa, sangat disayangkan sekali, apalagi anaknya sudah meninggal. Sehingga tidak ada kata berdamai dan kejahatannya harus diusut," ungkapnya.
Sehingga jika ada pengajuan dari pengacara tersangka untuk melakukan Restorasi Justice bakal ditolaknya.
"Saya tidak akan berdamai dan serahkan kepada hukum," jelasnya.
Baca juga: Kasus Meninggalnya Santri di Ponpes Kediri Versi Pengacara Pelaku Diduga Dipicu Kesalahan Pahaman
Suyanti juga mengakui salah satu pelaku penganiayaan masih berstatus saudara dengan keluarganya.
Pelaku malahan ikut mengantarkan kepulangan anaknya ke rumahnya di Afdeling Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.
Namun Suyanti mengaku langsung curiga setelah melihat ceceran darah di lantai dari keranda mayat dan kain kafan.
Selain itu pesan yang disampaikan anaknya juga bertolak belakang, sebelumnya anaknya meminta segera dijemput karena sangat merasa ketakutan diduga karena dianiaya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.