Sosok Tukang Masak Pemicu 93 Warga Keracunan Massal 1 Orang Meninggal, Nasib Ikut Jadi Korban
Sosok tukang masak pemicu 93 warga keracunan massal 1 orang meninggal, nasibnya terungkap, ikut jadi korban.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Sarah Elnyora Rumaropen
SURYAMALANG.COM, - Sosok tukang masak pemicu 93 warga keracunan massal dan 1 orang meninggal jadi sorotan di Kota Bogor.
Selain menerima banyak tuduhan, tukang masak tersebut sebetulnya juga jadi korban sebab ikut keracunan masakannya sendiri.
Peristiwa keracunan massal ini terjadi saat acara tasyakuran Haul di daerah Babakan Baru, Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
Dari 93 orang warga yang keracunan makanan, 1 di antaranya meninggal dunia.
Tak pelak sosok tukang masak yang mengelola sajian tersebut jadi sorotan.
Meski tidak disebutkan namanya, namun tukang masak ini adalah seorang wanita berusia 46 tahun.
Tukang masak tersebut baru tinggal selama tiga tahun di kampung Babakan Baru.
“Jadi warga sini. Tapi ya baru. Adalah tiga tahunan mah. Jadi dia nikah sama warga sini dan tinggal di sini akhirnya,” kata Ketua RT 001 Arif kepada Tribun Bogor (grup suryamalang) Selasa (4/6/2024).
Selama ini tukang masak itu jarang sekali masak untuk acara besar seperti tasyakuran Haul.
“Baru kali ini masaknya. Kalau sering masak atau enggaknya saya kurang hapal. Tapi yang masak buat Haulnya ini ya dia gitu,” tambah Arif.
Untuk menunya, perempuan tersebut memasak makanan nasi uduk, tempe orek, serta telur balado.
Di sisi lain, tukang masak juga mengalami keracunan setelah memakan hasil masakannya sendiri.
Sedangkan satu orang yang meninggal dalam peristiwa ini adalah Ahmad Salim (34).
Ahmad Salim meninggal dunia setelah dirawat di RS Juliana dan kepergiannya menyisakan duka bagi keluarga.
“Meninggalnya kemarin. Setelah ashar lah sekitar pukul 04.00 WIB,” kata sepupu Salim, Komarudin (49) saat dijumpai Tribun Bogor di kediamannya, Selasa (4/6/2024).
Salim mengalami kondisi mual sampai tubuhnya lemas pasca mengonsumsi makanan.
“Waktu mau saya bawa, malam Seninnya kan saya bawa ke 24 jam ya, lemas, mau muntah tapi gak muntah. Itu diinfus terus pulang,” jelas Komarudin.
Malamnya sekitar pukul 23.00 WIB, Salim kembali lagi dibawa ke puskesmas dan langsung dirujuk ke RS Juliana.
“Terus sesudah itu malamnya, sekitar pukul 23.00 WIB, kerasa lagi, lemas lagi. Terus dibawa ke rumah sakit terdekat,” ujar Komarudin
Komarudin pun berharap, kasus keracunan ini diusut tuntas.
“Saya pengen sampai tuntas urusan ini, jangan sampai cukup cuman kekeluargaan, tapi ini sampai selayaknya lah, diusut tuntas. Ini kan pasti ada sebab penyebabnya, makanannya, bahan bahannya. Saya pengen tuntas lah urusan ini, jangan setengah-setengah, ngegantung maksudnya,” ungkap Komarudin.
Korban Salim masih bertatus bujang dan anak bungsu yang memiliki satu orang kakak.
Salim juga dikenal sebagai tulang punggung keluarga.
“Dia kerja di tempat cucian motor. Iya jadi apa-apa kebutuhan keluarga teh selalu ke dia (Salim). Bisa disebut tulang punggung keluarga lah,” ujar Komarudin.
Sebelum kejadian pun Komarudin merasakan hal yang tidak biasa dari Salim.
“Dia orangnya gak ceria. Tapi dia ngedadan ceria dan posting status juga. Bibinya juga suruh posting dan dikirim ke teman-temannya,” jelas Komarudin.
Sementara itu, Ketua RT 001 Arif mengatakan, keluarga Salim awalnya tidak menerima kejadian ini.
“Awalnya memang ga nerima. Ya siapa sih yang nerima kejadian kaya gini. Sampai meninggal dunia malah,” kata Arif.
Lalu Arif pun berusaha menasihati keluarga Salim agar mengikhlaskan kejadian tersebut.
“Saya nasihatin kan supaya ikhlas nerima. Sekarang memang lagi diusut kan. Sampel makanan sudah dibawa,” tandas Arif.
Ditetapkan Sebagai Kejadian Luar Biasa
Oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor peristiwa keracunan massal ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).
“Statusnya KLB, penanganan harus intensif. Jadi ambulan tidak boleh susah kemudian petugas harus sedia, obat-obatan harus ada,” kata Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah di UPTD Puskesmas Cipaku, Selasa (4/6/2024).
Syarifah melajutkan, Dinas Kesehatan Kota Bogor berkoordinasi dengan petugas puskesmas di Kota Bogor.
“Jadi tadi Kadinkes mengecek, berkoordinasi, bed-nya kurang atau tidak. Kalau kurang, tambahkan dari puskesmas lain" jelas Syarifah.
"Petugasnya kurang ditambahkan juga dari puskesmas yang lain, ambulansnya dan sebagainya. Jadi kalau KLB sudah tidak skala puskesmas tetapi skala kota,” imbuh Syarifah.
Saat ini UPTD Puskesmas Cipaku menjadi tempat penanganan sementara korban keracunan massal.
“Yang paling dekat dengan warga di puskesmas di sini (Cipaku) untuk rujukan. Semua yang datang nanti dilihat tadi kalau misalkan urgent harus perawatan makannya dari sini terus di rujuk ke RS,” ujar Syarifah.
Pemkot Bogor pun mengaku tak ingin kecolongan lagi dan langsung melakukan perawatan intensif korban keracunan massal.
“Tetapi dari yang tadi periksa pun mereka sudah ada yang kesini tetapi masih terasa dan diobati lagi" terang Syarifah.
"Yang kita rujuk ke rumah sakit itu yang dalam kondisi dehidrasi berat kemudian juga EKG. Kita tidak ingin kecolongan seperti yang kemarin meninggal, mungkin dia juga ada penyakit,” tandas Syarifah.
| JADWAL Pendaftaran Petugas Haji Tahun 2026, Akan Dapat Pelatihan Bahasa Arab Dasar |
|
|---|
| Roy Suryo Tak Terima Jadi Tersangka Kasus Ijazah Palsu Jokowi, Minta Kapolda Lakukan Hal Ini |
|
|---|
| Inilah 10 Desa di Kabupaten Pacitan Jawa Timur Dapat Dana Desa 2025 Tertinggi Rp 1,6 Miliar |
|
|---|
| Penderitaan Bilqis Bocah Asal Makassar Selama Diculik, Terkurung di Ruang Gelap Cuma Makan Mi Instan |
|
|---|
| Ustaz Yusuf Mansur Mendadak Mau Maju Presiden dan Beli Saham YouTube, Viral Diminta Diperiksa BNN |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/Sosok-Tukang-Masak-Pemicu-93-Warga-Keracunan-Masal-1-Orang-Meninggal-Keracunan-Masakan-Sendiri.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.