Nasib Keluarga Gak Mampu Bayar BBM, Jenazah Bayi Diturunkan Sopir Ambulans di SPBU Ternyata Pungli

Nasib keluarga gak mampu bayar BBM, jenazah bayi diturunkan sopir ambulans di SPBU ternyata pungli, direktur rumah sakit sebut menyalahi prosedur.

|
Youtube Tribun Sumsel/TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Suwardi (kanan) sopir ambulans, keluarga pasien (kiri) gak mampu bayar BBM, jenazah bayi diturunkan di SPBU ternyata pungli, direktur rumah sakit sebut menyalahi prosedur. 

"Hati saya sakit. Kami masih sadar (tidak berbuat anarkis) saya ndak terima. Cucu meninggal," kata Ojong.

Ojong pun tak kuasa menahan tangis karena diperlakukan tak masuk akal.

Baca juga: Firasat Dosen ITB Ketemu Anak Penjual Gorengan Sidoarjo Bisa Ubah Nasib Keluarga, Lulus Jadi Sukses

Setelah lebih dari 1 jam, jenazah bayi tersebut akhirnya dibawa ke rumah duka menggunakan mobil penumpang dan tiba di Nanga Mau sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

"Kami selaku masyarakat tidak terima seperti ini. Cara seperti ini menindas rakyat. Betul betul Kami tidak terima. Jangan sampai terjadi seperti ini. Tolong kasian masyarakat lain," ujar Ojong sesenggukan.

Sosok Sopir Ambulans

Sosok sopir ambulans itu ternyata bernama Suwardi. 

Setelah masalah ini mencuat, Suwardi mengaku bersalah kepada keluarga pasien yang sedang berduka karena meminta biaya tambahan untuk bayar BBM mobil ambulans

"Saya merasa berdosa dan sangat bersalah. Karena tidak membantu orang. Tapi saya sering membantu orang. Bahkan yang gratis pun sering bantu," kata Suwardi.

Suwardi mengakui meminta meminta biaya tambahan untuk mengganti selisih harga BBM yang dia beli menggunakan uang pribadi.

Sebelum berangkat, Suwardi sudah menjelaskan ke keluarga pasien jika ambulans yang digunakan beda dengan Perbup.

"Karena ambulans yang saya gunakan ini menggunakan BBM jenis Dexlite. Harganya perliter 14.900. Sementara perbup yang ada di rumah sakit, BBM yang ditanggung sebesar 9.500 rupiah" ungkap Suwardi.

"Selisih BBM itu yang saya minta pada keluarga pasien ternyata keluarga pasien mengeluarkan surat bahwanya sudah dibayar di kasir" lanjut Suwardi.

"Saya bilang selisih BBM dari 14.900 itu dikurangi perbup 9.500 selisih 5.400 rupiah itu saya minta pergantian pada pihak kelaurga," tambah Suwardi.

Akibat penambahan biaya inilah kemudian terjadi perselisihan, sehingga pihak keluarga membawa jenazah bayi turun dari ambulans di sekitar Tugu Beji.

"Sehingga timbul perselisihan bahwasanya saya menurunkan keluarga pasien dan sebagainya" ujar Suwardi.

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved