Berita Viral

Kisah Guru Honorer Ngarit Usai Mengajar, Cuma Digaji Rp 2 Juta Per Bulan, Bangga Putrinya Masuk UGM

Kisah guru honorer ngarit usai mengajar karena cuma digaji Rp 2 juta per bulan. Kini bangga sang putri masuk UGM

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
Dok UGM
Kisah Guru Honorer Ngarit Usai Mengajar, Cuma Digaji Rp 2 Juta Per Bulan, Bangga Anaknya Masuk UGM 

Sebagai orang tua, Muhidin selalu mendukung cita-cita sang anak.

Ia menjadi sosok yang memantik semangat sang anak untuk mengejar pendidikan setinggi-tingginya.

Muhidin tidak pernah memaksa Gigih untuk menjadi juara kelas, yang terpenting baginya ialah rajin belajar dan memiliki karakter yang baik.

“Saya sebagai orangtua selalu memberikan motivasi, apa pun pandangan atau pendapatnya tidak pernah saya bantah. Kalau cita-cita Gigih baik bagi hidupnya di dunia dan akhirat, saya berdoa semoga Tuhan mengabulkan. Kalau kuliah di UGM baik untuk hidup Gigih ke depan, keluarga tentu mendukung,” ucap Muhidin.

Bagi Muhidin tidak mudah menjalani peran sebagai ayah sekaligus ibu setelah istrinya, Purnawati, meninggal dunia.

Tentu saja kepergian istrinya itu menjadi ujian berat tidak hanya baginya, tapi keempat anaknya.

Mulanya, ia mengaku kesulitan ketika harus menyesuaikan diri dengan tanggung jawab ganda ini, apalagi perkembangan anak bungsunya agak terhambat.

Dulu, kata Muhidin, mendiang istrinyalah yang biasanya mengurus toko alat rumah tangga yang ada di depan rumah mereka. Penghasilan dari toko digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Namun, karena tak ada lagi yang semahir sang istri dalam berdagang, toko tersebut kini tidak ada yang mengurusi.

Tak pernah lagi Muhidin mengisi barang-barang untuk dijual di toko.

Sehari-hari Muhidin berprofesi sebagai guru honorer.

Lulusan Pertanian Universitas Mataram tahun 1990 ini mengaku tak langsung mendapatkan pekerjaan setelah wisuda.

Untungnya, dua tahun berselang, temannya pun menawarkan posisi guru matematika di MAS NW Korleko.

Semenjak itu Muhidin pun mengabdikan diri sebagai pahlwan tanpa tanda jasa.

“Pernah juga saya ikut teman jadi TKI di Malaysia, tetapi hanya setahun. Selepas itu, saya kembali lagi jadi guru,” kenangnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved