Berita Viral

Sanksi untuk Sopir Ambulans Berstatus ASN Turunkan Jenazah Bayi, Ternyata Minta Uang BBM Rp 1 Juta

Sanksi untuk sopir ambulans berstatus ASN turunkan jenazah bayi di SPBU kini di-nonaktifkan, ternyata awalnya minta uang BBM Rp 1 juta.

|
Youtube Tribun Jambi/Tribunnews.com
Suardi (kiri) sopir ambulans berstatus ASN turunkan jenazah bayi di SPBU kini di-nonaktifkan, ternyata awalnya minta uang BBM Rp 1 juta. 

"Sanksi, bupati yang memutuskan. Tapi kita mau lihat dulu persoalnya seperti apa. Sanksi terberat itu adalah diberhentikan tidak dengan hormat, tapi kami harus tahu substansi masalahnya seperti apa," jelas Witarso.

Mengenai nasibnya, Suardi sebagai sopir ambulans mengaku pasrah.

"Kalau seandainya saya dipecat, saya pasrah," terang Suardi, Senin (15/7/2024).

Suardi pun meminta maaf atas terjadinya peristiwa itu.

"Saya atas nama pribadi siap salah. Yang salah bukan pihak rumah sakit. Saya sendiri yang salah. Mungkin penyampaian saya tidak benar ke keluarga pasien," ujar Suardi. 

Suardi mengungkap peristiwa itu terjadi karena selisih paham dengan keluarga pasien mengenai biaya BBM tambahan.

Keluarga pasien akan menuju Desa Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir, Sintan yang berjarak sekitar 70 kilometer dari RSUD Sintang.

Suardi menjelaskan, malam itu dirinya mengemudikan ambulans ber-BBM Dexlite, beda dengan ambulans biasa (ambulans Perbup, Peraturan Bupati).

"Karena ambulans yang saya gunakan ini menggunakan BBM jenis Dexlite. Harganya per liter 14.900. Sementara perbup yang ada di rumah sakit, BBM yang ditanggung sebesar Rp 9.500," papar Suardi. 

Selisih biaya BBM tersebut dimintakan oleh Suardi ke keluarga pasien yang sudah membayar penuh ke kasir rumah sakit. 

Akibat tidak ada titik temu, Suardi memutuskan menurunkan keluarga pasien di SPBU di sekitar Tugu Beji, Sintang dan beralasan akan berganti ke ambulans biasa.

"Saya bilang, saya ingin menurunkan keluarga pasien dengan mengganti ambulans yang standar perbup," kata Suardi. 

Keluarga pasien yang terlanjur sakit hati dikenai biaya tambahan lagi memilih berangkat sendiri memakai mobil biasa ke Desa Nanga Mau.

Ojong, kakek pasien, menjelaskan, keluarganya tak mampu membayar biaya BBM tambahan karena tak memiliki uang.

"Aku ndak terima, cucuku meninggal, abis itu dia minta (biaya BBM) 1 juta. 'Aku ndak punya duit', aku bilang," beber Ojong dikutip dari Kompas TV.

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved